Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Penolong Atau Penindas

Pemakaian komputer di Indonesia meningkat aplikasinya sudah cukup beragam, komputer cukup berperan dalam kehidupan saat ini, bahkan membuka kesempatan kerja. (tek)

25 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THAILAND Room di Hotel Hilton. Jakarta, pekan lalu jadi suatu pusat kesibukan. Orang hilir mudik atau berunding dalam kelompok kecil, sementara mesin fotokopi bekerja dan serombongan gadis ayu, calon penerima tamu, tekun mengikuti petunjuk melalui sebuah layar slide. Panitia Pelaksana South East Asia Regional Computer Conference (SEARCC '80) membenah diri di sana untuk menerima para peserta. IPKIN (Ikatan Pemakai Komputer Indonesia) bersama para pengusaha di bidang komputer mempersiapkan konperensi itu yang berlangsung 21-24 Oktober. Bersamaan dengan itu diselenggaraan pula sebuah pameran peralatan komputer di Balai Sidang Senayan. Sejak tahun 1976, pekan ini ketiga kalinya perhimpunan komputer nasional kelima negara ASEAN ditambah Hongkong dan India bertemu dalam forum SEARCC. Forum ini semula diadakan di Singapura, kemudian di Manila (1978), dan bertujuan menggalang kerjasama di bidang teknologi komputer. Kali ini ia bertema amat panjang: Teknologi Komputer dan Manajemen Informasi untuk Pembangunan Nasional dan Kerjasama Regional. Sedikitnya tiga pokok persoalan akan dibahas: Pengelolaan dan masalah nasional di bidang pengolahan data, aplikasi komputer di negara berkembang, masalah teknis dan ilmiah. Sudah ada 35 kertas kerja, antaranya delapan dari Indonesia yang membahas ketiga pokok itu. Diharapkan juga kehadiran wakil dari Inggris, Amerika Serikat, Australia dan Jepang. Mereka tentunya sangat berkepentingan mengetahui kecenderungan teknologi komputer di negara berkembang. Saat ini kapasitas total komputer di Indonesia mencapai 43.552 KB (kilo-bytes). Angka ini mengungkap kapasitas komputer di lingkungan 202 instansi dan perusahaan pemerintah, tersebar di 42 kota. "Kelak jumlah ini akan bertambah dengan 2.000 K13," ungkap Brigjen Theo Sumantri, Ketua Panitia Pelaksana SEARCC '80 yang juga mengepalai Dispullahta (Dinas Pengumpulan dan Pengolahan Data Angkatan Darat). Maksudnya ialah Dispullahta, yang kini memiliki sebuah komputer IBM 370 tipe 135 berkapasitas 384 KB, segera akan diperluas kapasitasnya. Saat ini, di samping induk komputer di MABAD itu, setiap Kodam memiliki sebuah komputer mini, masing-masing bcrkapasitas 8 KB. Akhir Pelita III, diharapkan semua komputer itu saling bisa berhubungan melalui satelit Palapa. "Paling tidak sebagian besar," harap Sumantri. Instalasi komputer terbesar dimiliki Pertamina "Bukan saja di Indonesia tapi juga di Asia Tenggara," ujar Kepala Biro Pengolahan Data Pertamina, R.S. Robot. Total kapasitas yang disediakan 6 unit komputernya mencapai 9.280 KB. Di Jakarta terdapat 2 unit IBM S/ 370-3031, masing-masing berkapasitas 3 MB (mega-bytes), di Cilacap dan Balikkapan masing-masing satu unit IBM S/ 370-3145 berkapasitas 1 MB, di Plaju satu unit IBM S/370-3145 berkapasitas 768 KB dan di Pangkalan Brandan satu unit IBM S/370-3135 berkapasitas 512 KB. Ini ditambah dengan dua unit komputer WANG berkapasitas belasan KB. Semua itu dipasang Pertamina antara tahun 1974 dan 1980, menggantikan peralatan yang sudah usang. Juga dari segi aplikasinya Pertamina unggul. Dari pembuatan model reservoir, pemetaan dan perhitungan geofisika, melalui perawatan dan penjadwalan instalasi penyulingan, pengaturan distribusi dalam negeri serta jadwal pelayaran tanker minyak sampai pemanfaatan untuk menghitung gaji dan lain kegiatan administratif perusahaan minyak raksasa itu. Fasilitas komputer itu juga tersedia bagi para kontraktor minyak asing. Aplikasi komputer di Bank Indonesia, menurut Kepala Desk Mekanisasi, Ny Gustinah Muhammad Samadikun SH, yang paling utama adalah pengolahan data laporan tahunan dari 1.085 bank swasta dan pemerintah di seluruh Indonesia Kemudian antara 20 bidang aplikasi lainnya terdapat misalnya pengolahan data peredaran devisa dan laporan administrasi. Sedang untuk kebutuhanintern, BI menggunakan komputernya untuk menghitung gaji 6.500 karyawan setiap bulan dengan segala variasinya. Sejak pembaruan instalasi komputer di BI tahun 1979, seluruh sistem dengan induk IBM 370-135 berkapasitas 512 KB disewanya dari perusahaan IBM. Dengan cara ini BI selalu bisa menukar komputer lama dengan model baru, malah juga tidak usah repot melakukan pemeliharaan dan menyediakan suku cadang. "Itu semua sudah ditangani sendiri oleh si pemilik," tambah Ny. Samadikun. Tapi di Departemen Pekerjaan Umum, Kepala Pusat Data & Statistik, Ir. Haidar Ali lebih yakin dengan membeli instalasi komputer yang berinduk sebuah IBM 370-145. "Selama 9 tahun penggunaannya, kami bisa menghemat Rp 3 milyar," ujarnya. Lebih 70% penggunaan komputer itu untuk melakukan perhitungan teknis dan ilmiah. Selebihnva digunakan untuk mengolah data di bidang manajerial. Juga beberapa direktorat jenderal dalam lingkungan Departemen PU memiliki minikomputer sendiri. IBM juga merajai instalasi komputer Garuda. Tiga buah melayani perusahaan penerbangan nasional itu. Sebuah tipe 370-145 berkapasitas 512 KB, sebuah 370-145 berkapasitas 1 MB dan sebuah IBM 3031 berkapasitas 3 MB. Semuanya disewa dari IBM. Manfaat paling besar dari komputer itu, menurut Kepala Bagian Data Processing Garuda, Ir. Pamudjihardjo, adalah untuk pembukuan calon penumpang. "Inilah aplikasi paling utama," ujarnva. Seluruh instalasi itu dilayani oleh 174 tenaga di berbagai kota bekerja 24 jam penuh setiap hari. Di Garuda terdapat 3 macam aplikasi. Pertama, jaringan ARGA (Automatic Reservation Garuda Airways), yang melalui satelit INTELSAT menghubungkan komputer induk langsung (on-line) dengan puluhan terminal tersebar di dalam dan luar negeri. Jaringan ARGA terbuka 24 jam dan melayani pembukuan penumpang, konfirmasi serta penyampaian pesan. Aplikasi kedua, Juga on-line, adalah AMEGA (Automatic Maintenance & Engineering Garuda Airways), suatu program untuk pembelian, penerimaan dan inventarisasi alat-alat untuk penerbangan dan perencanaan penyediaan material. "Kalau menggunakan sistem manual akan repot sekali," jelas Pamudjihardjo. Yang ketiga disebut BATCH. Sistem ini tidak on-line karena pemakaiannya sesekali saja sifatnya. BATCH antara lain mengolah masalah manajerial seperti perhitungan pendapatan dan pengeluaran, penjualan, muatan, sistem penggajian, utang dan piutang. Seluruh sistem komputer induk Garuda di Jakarta ditangani 174 tenaga. Juga di Pemerintah DKI aplikasi instalasi komputer cukup beragam. Instalasinya terdiri dari satu unit IBM 370-135 dengan kapasitas 96 KB dan dua unit IBM 370-145, masing-masing berkapasitas 786 KB. Ketiga unit IBM itu dibeli oleh DKI, terakhir tahun 1977. Dengan komputer itu pemerintah DKI mengolah data kependudukan, Ireda, STNK, pajak bangsa asing, Izin UU Gangguan, Surat Izin Perumahan, penagihan PAM, urusan kepegawaian intern dan perhitungan gaji. "Dulu gaji dihitung orang setiap bulan dan baru selesai 15 hari," cerita Drs J. Widarto Soeparno, Wakil Kepala Badan Pusat Pengolahan Data Elektronik DKI Jakarta. "Sekarang selesai dalam waktu 15 jam." Komputer induk di Balai Kota dihuhungi on-line dengan terminal di Kantor jsersama, Dinas Pengawas Bangunan dan Dinas PU DKI di Jatibaru dan dengan Bappenas Di Jatibaru juga terdapat sebuah plotter yang dipergunakan untuk membuat peta dari gambar desain, berdasarkan data komputer. Instalasi komputer DKI itu bekerja non-stop 24 jam, kecuali hari Minggu. Tiga shift melayaninya dan sebulan tercapai pemakaiannya sampai 300-400 jam CPU (Central Processing Unit - Komputer Induk). "Standar pemakaian minimal, menurut IBM, 176 jam CPU per bulan," ujar Widarto. Khususnya dalam pelaksanaan pembuatan STNK masih terasa hambatan. Soalnya ialah prosedur pembuatan plat nomor secara fisik dengan memperFunakan mesin pres manual, sedang proses administrasinya bisa selesai dalam waktu beberapa menit. Ditambah lagi dengan keharusan menunggu sampai terkumpul sejumlah yang cukup untuk dipanggang sekaligus dalam oven email. Semua proses ini sangat menghambat pelaksanaan ccpat penggantian STNK, hinga manfaat komputer sebetulnya ditiadakan oleh bottleneck itu. Salah satu komputer yang tertua di Indonesia mungkin terdapat di Departemen Keuangan yang sejak tahun 1955 mulai memanfaatkan sebuah komputer UNIVAC tipe 1005. Mesin kuno itu sudah beberapa kali diganti dan kini Depkeu menggunakan 2 unit CPU UNIVAC tipe 1106 berkapasitas 262 KB. Ini didampingi sebuah komputer GMC berkapasitas 96 KB. Sedang dalam tahun 1980 ini juga dipasangnya lima unit komputer GGS, masing-masing berkapasitas 48 KB di Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan dan Ujungpandang. Seluruh instalasi di Depkeu itu langsung dibeli. "Dengan sewa selama 4 tahun harganya sama dengan membeli," ujar Kepala PAIK, Kartono Gunawan. PAIK (PUsat Analisa Informasi Keuangan) bagian yang mengelola instalasi komputer di Depkeu. Dalam kontrak pembeliannya tercantum ketentuan bahwa seluruh peralatan - kebanyakan merk UNIVAC-setiap pagi harus diperiksa oleh penjualnya selama 2 jam. Ini mutlak perlu karena, menurut Kartono, hampir setiap fungsi di Depkeu dilayani oleh instalasi itu. Tentang efisiensi penggunaan komputer masih terdapat berbagai penilaian. Meskipun tidak mengungkapkan data kongkrit, Ir. Rukman Hutasoit, Direktur PT Pansystems berpendapat bahwa di berbagai instansi yang memakai komputer, terdapat pengulangan data. "Misalnya sebuah instansi mengumpulkan data tentang kependudukan, sekalipun instasi lain sudah melakukan itu," tuturnya. Alasannya karena data yang dikumpulkan lebih dulu, kurang lengkap. "Akhirnya banyak data yang overlapping," ujar Hutasoit. Hal seperti itu mestinya bisa dikoordinasikan oleh BAKOTAN misalnya. "Tapi agaknya wewenang BAKOTAN belum cukup untuk mengatur itu," kata Hutasoit lagi. Segi lain dari pemakaian komputer yang kurang efisien dikemukakan Ketua SEARCC, Dr. Pedro F. Baraodian. "Pola umum pendidikan di bidang EDP (Electronic Data Processing) oleh pihak pembuat, peralatan komputer ditujukan untuk melayani khusus piranti buatannya dan bersifat amat singkat dan tak jelas." Menurut Dr. Baraodian, yang juga Ketua Pelaksana Pusat Pendidikan Komputer Nasional di Filipina, tidak adanya infrastruktur pendidikan ketrampilan EDP di kebanyakan negara Asia merupakan hambatan utama bagi pemanfaatan yang efektif teknologi komputer. "Lebih sering komputer itu menganggur tak terpakai atau kurang dimanfaatkan karena tidak tersedia aplikasi yang cocok," ungkap Dr. Baraodian dalam majalah Asia Komputer edisi September 1980. "Kekurangan aplikasi itu disebabkan tidak adanya tenaga trampil, khususnya para analis sistem dan perancang yang seharusnya bisa memanfaatkan piranti itu secara efisien." Hal ini juga disentuh R.S. Robot dari Pertamina. Menurut Robot, mungkin saja terdapat underutilization di berbagai instansi dan perusahaan, tapi ini juga bisa disebabkan para pengelola sistem komputer itu belum sepenuhnya memi-liki pengetahuan untuk memanfaatkan seluruh kemampuan komputer itu. "Untuk memahami pemakaian suatu sistem komputer baru, minimal diperlukan sekitar 5 tahun," katanya. SEBAGAI standar pemakaian minimal yang efisien, Robot menyebutkan angka 176 jam CPU. "Tapi kenyataannya kami bekerja 270 jam CPU per bulan di setiap unit," ujarnya. "Bahkan dulu pernah sampai 300400 jam CPU per bulan." Tapi dengan penggantian tipe komputer yang lebih cepat, standar ini kemudian turun sekitar 270 jam CPU. "Kecepatan komputer sekarang mencapai jutaan instruksi per detik," ujar Ir. Ichjar Musa, Konsultan dari PT Bina Cipta Informatika yang bersama Kartono Gunawan mengurus keuangan dalam Panitia Pelaksana SBARCC '80. Tapi menurut Musa, banyak komputer di Indonesia yang mengolah data, hanya menghasilkan data lagi. "Tidak menghasilkan informasi," jelasnya. Sebagai contoh Musa mengemukakan komputer PLN yang hanya berguna untuk menghitung rekening pembayaran listrik. Memang itu efektif karena bisa dihitung dengan cepat. Tapi mestinya beban tugas komputer tidak hanya itu. Sebetulnya bisa saja diperoleh informasi tentang sektor PLN yang mana yang banyak menghasilkan uang, atau industri mana yang banyak memanfaatkan listrik, atau gardu A misalnya hanya kuat berapa tahun setelah dipakai untuk sekian pemakai. Jadi apa yang diingini dengan komputer? "Inilah yang perlu ditegaskan," ujar Musa. "Kalau si pemakai tak bisa mendefinisikan keinginannya, komputer itu ibarat pajangan saja. Di Indonesia ini banyak yang hanya membeli, tapi belum sadar sepenuhnya akan manfaatnya." Menurut ASBINSIS Puspullahta (Pusat Pengumpulan & Pengolahan Data) Hankam, Kolonel (L) Ir. Jafar Basri M.Sc., efisiensi penggunaan komputer tidak dapat hanya diukur dari jumlah jam pemakaian. "Harus dilihat outputnya," ujarnya. Ketika komputer dibeli demikian mahalnya, memang pendekatan pemanfaatan per jam menjadi ukuran. "Tapi harga komputer sekarang relatif murah, hingga tidak lagi tepat ukuran yang dulu itu," jelas Jafar Basri yang juga Ketua Pameran dalam SEARCC '80. Juga Brigjen. Hardijono, Kepala Puspullahta Hankam dan Wakil Ketua SEARCC sependapat. "Tahun 1960-an kriteria efisiensi memang diukur berdasarkan CPU-time," jelasnya, "tapi itu sekarang sudah tidak valid lagi." Menurut Hardijono, ada komputer yang bisa melayani ratusan terminal dan ada yang hanya sepuluh saja. "Jadi tergantung kapasitas dan kecepatannya." Komputernya jelas tidak pernah menganggur. "Bahkan tiga hari lalu kami bekerja sampai jam empat pagi," ungkap Hardijono. Rupanya selalu tersedia program yang perlu diolahnya. Puspullahta menerima pekerjaan dari luar bila komputernya sempat. Bahkan "pernah kami mengerjakan testing mahasiswa baru ITB," jelasnya. Bagian komputer di Bank Indonesia, kata Ny. Gustinah Samadikun, juga cukup sibuk. "Kami kerja 22 jam sehari dengan 3 shift." Menurut nyonya ini, sebetulnya efisiensinya sudah dua kali lipat dari standar, yang di beberapa kalangan ditentukan sebanyak 176 jam CPU per bulan. Tapi Ir. Haidar Ali dari Puslahta Dep. PU tidak begitu pasti. "Penggunaannya sangat tergantung dari fluktuasi permintaan oleh pemakai," jelasnya. Tapi ia mengemukakan bahwa breakeven point kini sudah tercapai. "Kini tinggal menikmati keuntungannya." Komputer di Dep. PU dipasang tahun 1977 dan sejak 51 bulan itu, menurut Ali, sudah tercapai 4344 jam CPU yang berarti rata-rata 170 jam CPU sebulan. Yang jelas berbagai perusahaan menganggap adanya komputer suatu keuntungan yang sukar dibandingkan dengan faktor lain. Berkata Pramudji dari Garuda: "Dengan komputer GIA bisa bersaing dengan perusahaan penerbangan asing, karena pelayanan kepada calon penumpang bisa cepat dan tepat." Kalau pembukuan penumpang masih ditangani manusia seperti dulu, calon penumpang mungkin lari karena bosan menunggu gilirannya. Bahkan, menurut Pramudji, komputer Garuda dalam sebulan bekerja sebanyak 600 jam CPU. Dahsyat! Dan seperti dikatakan Kartono Gunawan dari Depkeu "Efektivitas sebuah komputer memang bisa diukur, tapi tak bisa dinilai," apalagi dibandingkan dengan prestasi manusia. "Manusia bisa silap, komputer tidak." Pendapat seperti ini mungkin menyebabkan timbulnya anggapan bahwa komputerisasi cenderung meniadakan lapangan kerja bagi manusia. Tapi secara serentak anggapan itu ditolak oleh mereka yang terlibat teknologi komputer. Ny. Samadikun dari Bank Indonesia dengan tegas menolak anggapan bahwa komputer mengurangi kesempatan kerja. "Malah dengan adanya komputer ini kemudian muncul bidang kerja baru." Sebagai contoh, disebutnya dulu tidak ada yang namanya pekerjaan data analis, programer atau operator, tapi sekarang hampir semua instansi yang memanfaatkan komputer, merekrut tenaga ini atau melatih pegawainya. "Kami di sini dulu mulai dengan tiga orang, sekarang jumlahnya sudah seratus tigabelas," ungkapnya. R.S. Robot dari Pertamina sependapat dengan pandangan ini. "Di negara berkembang tidak usah takut bahwa komputer menyebabkan pengangguran," ujarnya. Ia menjelaskan bahwa Biro Puslahta Pertarnina kini mengerjakan sekitar 250 tenaga. "Malah saya masih butuh tenaga lagi, terutama tenaga pengumpulan data," katanya. Komputer menimbulkan pengangguran? "Pendapat itu sama saja dengan menganggap bahwa televisi akan mematikan bioskop," ujar Ir. Jafar Basri."Ternyata tidak." Sebagai contoh Kolonel Laut itu mengemukakan bahwa untuk membuat daftar gaji seluruh personal di MABAL, diperlukan 30 orang yang bekerja selama 10 hari. Tapi dengan komputer, sekalipun untuk personal AL di seluruh Indonesia, cukup dikerjakan 3 - 4 orang dalam waktu 5 hari. "Tampaknya ini menimbulkan pengangguran," ujar Basri. "Soalnya, tenaga kemudian beralih ke penyiapan data." Brigjen Hardijono menunjukkan bidang process-control di antara tiga bidang aplikasi komputer yang mungkin bisa menimbulkan pengangguran. Kepala Puspullahta Hankam itu mengemukakan contoh sebuah tanker raksasa 200 ribu ton, yang karena otomatisasi dengan komputer, cukup dijalankan oleh hanya belasan tenaga kerja. "Di situ memang jelas tenaga manusia diganti oleh komputer," ujarnya. "Namun di berbagai bidang aplikasi, hal ini tak dapat dihindarkan. Tapi pada kedua bidang aplikasi besar lainnya seperti administrasi dan manajemen, Hardijono berpendapat bahwa komputer justru membantu manusia. Kedua bidang ini semakin kompleks dan komputer membantu mengolahnya lebih cepat dan lebih tepat. Juga aplikasi di bidang ilmiah dan perencanaan komputer membantu manusia memecahkan komputasi yang rumit dan kompleks. Pengalihan teknologi komputer di Indonesia agaknya belum menimbulkan dampak sosial. Juga belum terlihat dasar legislatif yang mengatur penerapan teknologi mutakhir itu. Belum terasa betul kebutuhan akan ini. Sampai saat ini belum ada undang-undang yang mengatur persoalan komputer di Indonesia. Yang ada baru surat edaran resmi yang mewajibkan semua instansi dan perusahaan pemerintah meminta izin dari Bakotan (Badan Koordinasi Otomatisasi Administrasi Negara) bila ingin membeli atau memperluas sistem komputer. Di negara maju, soal undang-undang ini ramai dipersoalkan. Terutama karena semakin banyak data pribadi seseorang terkumpul dengan adanya komputer dan tersimpan untuk waktu tak terbatas. Orang cenderung mencari perlindungan hukum terhadap ikhwal ini. Tapi yang utama kini bagi Indonesia adalah pengadaan teknologi itu dulu. Kalau pun perlu ada pembatasan, mungkin di bidang yang langsung menyentuh masyarakat. Seperti rekening penagihan dari PLN, PAM dan Telkom, yang kini seluruhnya dikerjakan dengan komputer. Sebetulnya di sini diperlukan suatu badan yang berwenang mengaudit hasil itu. "Mungkin bisa dibentuk suatu tim dalam organik BAKOTAN," ujar Hutasoit Masalah ini sebetulnya dekat dengan Lembaga Konsumen, tapi sampai sekarang belum tampak kegiatannya di bidang ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus