THAILAND Room di Hotel Hilton. Jakarta, pekan lalu jadi suatu
pusat kesibukan. Orang hilir mudik atau berunding dalam kelompok
kecil, sementara mesin fotokopi bekerja dan serombongan gadis
ayu, calon penerima tamu, tekun mengikuti petunjuk melalui
sebuah layar slide. Panitia Pelaksana South East Asia Regional
Computer Conference (SEARCC '80) membenah diri di sana untuk
menerima para peserta.
IPKIN (Ikatan Pemakai Komputer Indonesia) bersama para pengusaha
di bidang komputer mempersiapkan konperensi itu yang berlangsung
21-24 Oktober. Bersamaan dengan itu diselenggaraan pula sebuah
pameran peralatan komputer di Balai Sidang Senayan.
Sejak tahun 1976, pekan ini ketiga kalinya perhimpunan komputer
nasional kelima negara ASEAN ditambah Hongkong dan India bertemu
dalam forum SEARCC. Forum ini semula diadakan di Singapura,
kemudian di Manila (1978), dan bertujuan menggalang kerjasama di
bidang teknologi komputer. Kali ini ia bertema amat panjang:
Teknologi Komputer dan Manajemen Informasi untuk Pembangunan
Nasional dan Kerjasama Regional.
Sedikitnya tiga pokok persoalan akan dibahas: Pengelolaan dan
masalah nasional di bidang pengolahan data, aplikasi komputer di
negara berkembang, masalah teknis dan ilmiah. Sudah ada 35
kertas kerja, antaranya delapan dari Indonesia yang membahas
ketiga pokok itu. Diharapkan juga kehadiran wakil dari Inggris,
Amerika Serikat, Australia dan Jepang. Mereka tentunya sangat
berkepentingan mengetahui kecenderungan teknologi komputer di
negara berkembang.
Saat ini kapasitas total komputer di Indonesia mencapai 43.552
KB (kilo-bytes). Angka ini mengungkap kapasitas komputer di
lingkungan 202 instansi dan perusahaan pemerintah, tersebar di
42 kota. "Kelak jumlah ini akan bertambah dengan 2.000 K13,"
ungkap Brigjen Theo Sumantri, Ketua Panitia Pelaksana SEARCC '80
yang juga mengepalai Dispullahta (Dinas Pengumpulan dan
Pengolahan Data Angkatan Darat). Maksudnya ialah Dispullahta,
yang kini memiliki sebuah komputer IBM 370 tipe 135 berkapasitas
384 KB, segera akan diperluas kapasitasnya.
Saat ini, di samping induk komputer di MABAD itu, setiap Kodam
memiliki sebuah komputer mini, masing-masing bcrkapasitas 8 KB.
Akhir Pelita III, diharapkan semua komputer itu saling bisa
berhubungan melalui satelit Palapa. "Paling tidak sebagian
besar," harap Sumantri.
Instalasi komputer terbesar dimiliki Pertamina "Bukan saja di
Indonesia tapi juga di Asia Tenggara," ujar Kepala Biro
Pengolahan Data Pertamina, R.S. Robot. Total kapasitas yang
disediakan 6 unit komputernya mencapai 9.280 KB. Di Jakarta
terdapat 2 unit IBM S/ 370-3031, masing-masing berkapasitas 3 MB
(mega-bytes), di Cilacap dan Balikkapan masing-masing satu unit
IBM S/ 370-3145 berkapasitas 1 MB, di Plaju satu unit IBM
S/370-3145 berkapasitas 768 KB dan di Pangkalan Brandan satu
unit IBM S/370-3135 berkapasitas 512 KB. Ini ditambah dengan dua
unit komputer WANG berkapasitas belasan KB. Semua itu dipasang
Pertamina antara tahun 1974 dan 1980, menggantikan peralatan
yang sudah usang.
Juga dari segi aplikasinya Pertamina unggul. Dari pembuatan
model reservoir, pemetaan dan perhitungan geofisika, melalui
perawatan dan penjadwalan instalasi penyulingan, pengaturan
distribusi dalam negeri serta jadwal pelayaran tanker minyak
sampai pemanfaatan untuk menghitung gaji dan lain kegiatan
administratif perusahaan minyak raksasa itu. Fasilitas komputer
itu juga tersedia bagi para kontraktor minyak asing.
Aplikasi komputer di Bank Indonesia, menurut Kepala Desk
Mekanisasi, Ny Gustinah Muhammad Samadikun SH, yang paling utama
adalah pengolahan data laporan tahunan dari 1.085 bank swasta
dan pemerintah di seluruh Indonesia Kemudian antara 20 bidang
aplikasi lainnya terdapat misalnya pengolahan data peredaran
devisa dan laporan administrasi. Sedang untuk kebutuhanintern,
BI menggunakan komputernya untuk menghitung gaji 6.500 karyawan
setiap bulan dengan segala variasinya.
Sejak pembaruan instalasi komputer di BI tahun 1979, seluruh
sistem dengan induk IBM 370-135 berkapasitas 512 KB disewanya
dari perusahaan IBM. Dengan cara ini BI selalu bisa menukar
komputer lama dengan model baru, malah juga tidak usah repot
melakukan pemeliharaan dan menyediakan suku cadang. "Itu semua
sudah ditangani sendiri oleh si pemilik," tambah Ny. Samadikun.
Tapi di Departemen Pekerjaan Umum, Kepala Pusat Data &
Statistik, Ir. Haidar Ali lebih yakin dengan membeli instalasi
komputer yang berinduk sebuah IBM 370-145. "Selama 9 tahun
penggunaannya, kami bisa menghemat Rp 3 milyar," ujarnya.
Lebih 70% penggunaan komputer itu untuk melakukan perhitungan
teknis dan ilmiah. Selebihnva digunakan untuk mengolah data di
bidang manajerial. Juga beberapa direktorat jenderal dalam
lingkungan Departemen PU memiliki minikomputer sendiri.
IBM juga merajai instalasi komputer Garuda. Tiga buah melayani
perusahaan penerbangan nasional itu. Sebuah tipe 370-145
berkapasitas 512 KB, sebuah 370-145 berkapasitas 1 MB dan sebuah
IBM 3031 berkapasitas 3 MB. Semuanya disewa dari IBM. Manfaat
paling besar dari komputer itu, menurut Kepala Bagian Data
Processing Garuda, Ir. Pamudjihardjo, adalah untuk pembukuan
calon penumpang. "Inilah aplikasi paling utama," ujarnva.
Seluruh instalasi itu dilayani oleh 174 tenaga di berbagai kota
bekerja 24 jam penuh setiap hari.
Di Garuda terdapat 3 macam aplikasi. Pertama, jaringan ARGA
(Automatic Reservation Garuda Airways), yang melalui satelit
INTELSAT menghubungkan komputer induk langsung (on-line) dengan
puluhan terminal tersebar di dalam dan luar negeri. Jaringan
ARGA terbuka 24 jam dan melayani pembukuan penumpang, konfirmasi
serta penyampaian pesan.
Aplikasi kedua, Juga on-line, adalah AMEGA (Automatic
Maintenance & Engineering Garuda Airways), suatu program untuk
pembelian, penerimaan dan inventarisasi alat-alat untuk
penerbangan dan perencanaan penyediaan material. "Kalau
menggunakan sistem manual akan repot sekali," jelas
Pamudjihardjo.
Yang ketiga disebut BATCH. Sistem ini tidak on-line karena
pemakaiannya sesekali saja sifatnya. BATCH antara lain mengolah
masalah manajerial seperti perhitungan pendapatan dan
pengeluaran, penjualan, muatan, sistem penggajian, utang dan
piutang. Seluruh sistem komputer induk Garuda di Jakarta
ditangani 174 tenaga.
Juga di Pemerintah DKI aplikasi instalasi komputer cukup
beragam. Instalasinya terdiri dari satu unit IBM 370-135 dengan
kapasitas 96 KB dan dua unit IBM 370-145, masing-masing
berkapasitas 786 KB. Ketiga unit IBM itu dibeli oleh DKI,
terakhir tahun 1977. Dengan komputer itu pemerintah DKI mengolah
data kependudukan, Ireda, STNK, pajak bangsa asing, Izin UU
Gangguan, Surat Izin Perumahan, penagihan PAM, urusan
kepegawaian intern dan perhitungan gaji. "Dulu gaji dihitung
orang setiap bulan dan baru selesai 15 hari," cerita Drs J.
Widarto Soeparno, Wakil Kepala Badan Pusat Pengolahan Data
Elektronik DKI Jakarta. "Sekarang selesai dalam waktu 15 jam."
Komputer induk di Balai Kota dihuhungi on-line dengan terminal
di Kantor jsersama, Dinas Pengawas Bangunan dan Dinas PU DKI di
Jatibaru dan dengan Bappenas Di Jatibaru juga terdapat sebuah
plotter yang dipergunakan untuk membuat peta dari gambar desain,
berdasarkan data komputer.
Instalasi komputer DKI itu bekerja non-stop 24 jam, kecuali hari
Minggu. Tiga shift melayaninya dan sebulan tercapai pemakaiannya
sampai 300-400 jam CPU (Central Processing Unit - Komputer
Induk). "Standar pemakaian minimal, menurut IBM, 176 jam CPU per
bulan," ujar Widarto.
Khususnya dalam pelaksanaan pembuatan STNK masih terasa
hambatan. Soalnya ialah prosedur pembuatan plat nomor secara
fisik dengan memperFunakan mesin pres manual, sedang proses
administrasinya bisa selesai dalam waktu beberapa menit.
Ditambah lagi dengan keharusan menunggu sampai terkumpul
sejumlah yang cukup untuk dipanggang sekaligus dalam oven email.
Semua proses ini sangat menghambat pelaksanaan ccpat penggantian
STNK, hinga manfaat komputer sebetulnya ditiadakan oleh
bottleneck itu.
Salah satu komputer yang tertua di Indonesia mungkin terdapat di
Departemen Keuangan yang sejak tahun 1955 mulai memanfaatkan
sebuah komputer UNIVAC tipe 1005. Mesin kuno itu sudah beberapa
kali diganti dan kini Depkeu menggunakan 2 unit CPU UNIVAC tipe
1106 berkapasitas 262 KB. Ini didampingi sebuah komputer GMC
berkapasitas 96 KB. Sedang dalam tahun 1980 ini juga dipasangnya
lima unit komputer GGS, masing-masing berkapasitas 48 KB di
Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan dan Ujungpandang. Seluruh
instalasi di Depkeu itu langsung dibeli. "Dengan sewa selama 4
tahun harganya sama dengan membeli," ujar Kepala PAIK, Kartono
Gunawan. PAIK (PUsat Analisa Informasi Keuangan) bagian yang
mengelola instalasi komputer di Depkeu. Dalam kontrak
pembeliannya tercantum ketentuan bahwa seluruh peralatan -
kebanyakan merk UNIVAC-setiap pagi harus diperiksa oleh
penjualnya selama 2 jam. Ini mutlak perlu karena, menurut
Kartono, hampir setiap fungsi di Depkeu dilayani oleh instalasi
itu.
Tentang efisiensi penggunaan komputer masih terdapat berbagai
penilaian. Meskipun tidak mengungkapkan data kongkrit, Ir.
Rukman Hutasoit, Direktur PT Pansystems berpendapat bahwa di
berbagai instansi yang memakai komputer, terdapat pengulangan
data. "Misalnya sebuah instansi mengumpulkan data tentang
kependudukan, sekalipun instasi lain sudah melakukan itu,"
tuturnya.
Alasannya karena data yang dikumpulkan lebih dulu, kurang
lengkap. "Akhirnya banyak data yang overlapping," ujar Hutasoit.
Hal seperti itu mestinya bisa dikoordinasikan oleh BAKOTAN
misalnya. "Tapi agaknya wewenang BAKOTAN belum cukup untuk
mengatur itu," kata Hutasoit lagi.
Segi lain dari pemakaian komputer yang kurang efisien
dikemukakan Ketua SEARCC, Dr. Pedro F. Baraodian. "Pola umum
pendidikan di bidang EDP (Electronic Data Processing) oleh pihak
pembuat, peralatan komputer ditujukan untuk melayani khusus
piranti buatannya dan bersifat amat singkat dan tak jelas."
Menurut Dr. Baraodian, yang juga Ketua Pelaksana Pusat
Pendidikan Komputer Nasional di Filipina, tidak adanya
infrastruktur pendidikan ketrampilan EDP di kebanyakan negara
Asia merupakan hambatan utama bagi pemanfaatan yang efektif
teknologi komputer. "Lebih sering komputer itu menganggur tak
terpakai atau kurang dimanfaatkan karena tidak tersedia aplikasi
yang cocok," ungkap Dr. Baraodian dalam majalah Asia Komputer
edisi September 1980. "Kekurangan aplikasi itu disebabkan tidak
adanya tenaga trampil, khususnya para analis sistem dan
perancang yang seharusnya bisa memanfaatkan piranti itu secara
efisien."
Hal ini juga disentuh R.S. Robot dari Pertamina. Menurut Robot,
mungkin saja terdapat underutilization di berbagai instansi dan
perusahaan, tapi ini juga bisa disebabkan para pengelola sistem
komputer itu belum sepenuhnya memi-liki pengetahuan untuk
memanfaatkan seluruh kemampuan komputer itu. "Untuk memahami
pemakaian suatu sistem komputer baru, minimal diperlukan sekitar
5 tahun," katanya.
SEBAGAI standar pemakaian minimal yang efisien, Robot
menyebutkan angka 176 jam CPU. "Tapi kenyataannya kami bekerja
270 jam CPU per bulan di setiap unit," ujarnya. "Bahkan dulu
pernah sampai 300400 jam CPU per bulan." Tapi dengan penggantian
tipe komputer yang lebih cepat, standar ini kemudian turun
sekitar 270 jam CPU.
"Kecepatan komputer sekarang mencapai jutaan instruksi per
detik," ujar Ir. Ichjar Musa, Konsultan dari PT Bina Cipta
Informatika yang bersama Kartono Gunawan mengurus keuangan dalam
Panitia Pelaksana SBARCC '80. Tapi menurut Musa, banyak komputer
di Indonesia yang mengolah data, hanya menghasilkan data lagi.
"Tidak menghasilkan informasi," jelasnya. Sebagai contoh Musa
mengemukakan komputer PLN yang hanya berguna untuk menghitung
rekening pembayaran listrik. Memang itu efektif karena bisa
dihitung dengan cepat. Tapi mestinya beban tugas komputer tidak
hanya itu. Sebetulnya bisa saja diperoleh informasi tentang
sektor PLN yang mana yang banyak menghasilkan uang, atau
industri mana yang banyak memanfaatkan listrik, atau gardu A
misalnya hanya kuat berapa tahun setelah dipakai untuk sekian
pemakai.
Jadi apa yang diingini dengan komputer? "Inilah yang perlu
ditegaskan," ujar Musa. "Kalau si pemakai tak bisa
mendefinisikan keinginannya, komputer itu ibarat pajangan saja.
Di Indonesia ini banyak yang hanya membeli, tapi belum sadar
sepenuhnya akan manfaatnya."
Menurut ASBINSIS Puspullahta (Pusat Pengumpulan & Pengolahan
Data) Hankam, Kolonel (L) Ir. Jafar Basri M.Sc., efisiensi
penggunaan komputer tidak dapat hanya diukur dari jumlah jam
pemakaian. "Harus dilihat outputnya," ujarnya. Ketika komputer
dibeli demikian mahalnya, memang pendekatan pemanfaatan per jam
menjadi ukuran. "Tapi harga komputer sekarang relatif murah,
hingga tidak lagi tepat ukuran yang dulu itu," jelas Jafar Basri
yang juga Ketua Pameran dalam SEARCC '80.
Juga Brigjen. Hardijono, Kepala Puspullahta Hankam dan Wakil
Ketua SEARCC sependapat. "Tahun 1960-an kriteria efisiensi
memang diukur berdasarkan CPU-time," jelasnya, "tapi itu
sekarang sudah tidak valid lagi." Menurut Hardijono, ada
komputer yang bisa melayani ratusan terminal dan ada yang hanya
sepuluh saja. "Jadi tergantung kapasitas dan kecepatannya."
Komputernya jelas tidak pernah menganggur. "Bahkan tiga hari
lalu kami bekerja sampai jam empat pagi," ungkap Hardijono.
Rupanya selalu tersedia program yang perlu diolahnya.
Puspullahta menerima pekerjaan dari luar bila komputernya
sempat. Bahkan "pernah kami mengerjakan testing mahasiswa baru
ITB," jelasnya.
Bagian komputer di Bank Indonesia, kata Ny. Gustinah Samadikun,
juga cukup sibuk. "Kami kerja 22 jam sehari dengan 3 shift."
Menurut nyonya ini, sebetulnya efisiensinya sudah dua kali lipat
dari standar, yang di beberapa kalangan ditentukan sebanyak 176
jam CPU per bulan.
Tapi Ir. Haidar Ali dari Puslahta Dep. PU tidak begitu pasti.
"Penggunaannya sangat tergantung dari fluktuasi permintaan oleh
pemakai," jelasnya. Tapi ia mengemukakan bahwa breakeven point
kini sudah tercapai. "Kini tinggal menikmati keuntungannya."
Komputer di Dep. PU dipasang tahun 1977 dan sejak 51 bulan itu,
menurut Ali, sudah tercapai 4344 jam CPU yang berarti rata-rata
170 jam CPU sebulan.
Yang jelas berbagai perusahaan menganggap adanya komputer suatu
keuntungan yang sukar dibandingkan dengan faktor lain. Berkata
Pramudji dari Garuda: "Dengan komputer GIA bisa bersaing dengan
perusahaan penerbangan asing, karena pelayanan kepada calon
penumpang bisa cepat dan tepat." Kalau pembukuan penumpang masih
ditangani manusia seperti dulu, calon penumpang mungkin lari
karena bosan menunggu gilirannya. Bahkan, menurut Pramudji,
komputer Garuda dalam sebulan bekerja sebanyak 600 jam CPU.
Dahsyat!
Dan seperti dikatakan Kartono Gunawan dari Depkeu "Efektivitas
sebuah komputer memang bisa diukur, tapi tak bisa dinilai,"
apalagi dibandingkan dengan prestasi manusia. "Manusia bisa
silap, komputer tidak."
Pendapat seperti ini mungkin menyebabkan timbulnya anggapan
bahwa komputerisasi cenderung meniadakan lapangan kerja bagi
manusia. Tapi secara serentak anggapan itu ditolak oleh mereka
yang terlibat teknologi komputer.
Ny. Samadikun dari Bank Indonesia dengan tegas menolak anggapan
bahwa komputer mengurangi kesempatan kerja. "Malah dengan adanya
komputer ini kemudian muncul bidang kerja baru." Sebagai contoh,
disebutnya dulu tidak ada yang namanya pekerjaan data analis,
programer atau operator, tapi sekarang hampir semua instansi
yang memanfaatkan komputer, merekrut tenaga ini atau melatih
pegawainya. "Kami di sini dulu mulai dengan tiga orang, sekarang
jumlahnya sudah seratus tigabelas," ungkapnya.
R.S. Robot dari Pertamina sependapat dengan pandangan ini. "Di
negara berkembang tidak usah takut bahwa komputer menyebabkan
pengangguran," ujarnya. Ia menjelaskan bahwa Biro Puslahta
Pertarnina kini mengerjakan sekitar 250 tenaga. "Malah saya
masih butuh tenaga lagi, terutama tenaga pengumpulan data,"
katanya.
Komputer menimbulkan pengangguran? "Pendapat itu sama saja
dengan menganggap bahwa televisi akan mematikan bioskop," ujar
Ir. Jafar Basri."Ternyata tidak." Sebagai contoh Kolonel Laut
itu mengemukakan bahwa untuk membuat daftar gaji seluruh
personal di MABAL, diperlukan 30 orang yang bekerja selama 10
hari. Tapi dengan komputer, sekalipun untuk personal AL di
seluruh Indonesia, cukup dikerjakan 3 - 4 orang dalam waktu 5
hari. "Tampaknya ini menimbulkan pengangguran," ujar Basri.
"Soalnya, tenaga kemudian beralih ke penyiapan data."
Brigjen Hardijono menunjukkan bidang process-control di antara
tiga bidang aplikasi komputer yang mungkin bisa menimbulkan
pengangguran. Kepala Puspullahta Hankam itu mengemukakan contoh
sebuah tanker raksasa 200 ribu ton, yang karena otomatisasi
dengan komputer, cukup dijalankan oleh hanya belasan tenaga
kerja. "Di situ memang jelas tenaga manusia diganti oleh
komputer," ujarnya. "Namun di berbagai bidang aplikasi, hal ini
tak dapat dihindarkan.
Tapi pada kedua bidang aplikasi besar lainnya seperti
administrasi dan manajemen, Hardijono berpendapat bahwa komputer
justru membantu manusia. Kedua bidang ini semakin kompleks dan
komputer membantu mengolahnya lebih cepat dan lebih tepat. Juga
aplikasi di bidang ilmiah dan perencanaan komputer membantu
manusia memecahkan komputasi yang rumit dan kompleks.
Pengalihan teknologi komputer di Indonesia agaknya belum
menimbulkan dampak sosial. Juga belum terlihat dasar legislatif
yang mengatur penerapan teknologi mutakhir itu. Belum terasa
betul kebutuhan akan ini. Sampai saat ini belum ada
undang-undang yang mengatur persoalan komputer di Indonesia.
Yang ada baru surat edaran resmi yang mewajibkan semua instansi
dan perusahaan pemerintah meminta izin dari Bakotan (Badan
Koordinasi Otomatisasi Administrasi Negara) bila ingin membeli
atau memperluas sistem komputer.
Di negara maju, soal undang-undang ini ramai dipersoalkan.
Terutama karena semakin banyak data pribadi seseorang terkumpul
dengan adanya komputer dan tersimpan untuk waktu tak terbatas.
Orang cenderung mencari perlindungan hukum terhadap ikhwal ini.
Tapi yang utama kini bagi Indonesia adalah pengadaan teknologi
itu dulu. Kalau pun perlu ada pembatasan, mungkin di bidang yang
langsung menyentuh masyarakat. Seperti rekening penagihan dari
PLN, PAM dan Telkom, yang kini seluruhnya dikerjakan dengan
komputer. Sebetulnya di sini diperlukan suatu badan yang
berwenang mengaudit hasil itu. "Mungkin bisa dibentuk suatu tim
dalam organik BAKOTAN," ujar Hutasoit Masalah ini sebetulnya
dekat dengan Lembaga Konsumen, tapi sampai sekarang belum tampak
kegiatannya di bidang ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini