Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Olah raga anak jelata

Tokoh pantomim dari prancis, pradel, main di tim. pradel dengan ke-10 sketsanya memang berhasil menjanjikan kesegaran kepada penonton. seluruh pertunjukkannya mengasyikkan.

25 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANAK tukang engsel kereta api yang dilahirkan di Lyon, Prancis Selatan (51 tahun lalu) itu, terengah-engah. Sekuat tenaga ia mengangkat sebuah halter sampai di pundak. Tapi mendadak ia menurunkan kedua tangan, mengeringkan keringat dengan menggosok-gosokkan kedua telapak, lalu mengangkat kembali halter yang ternyata-sialan--tetap mengambang di pundaknya. Tentu saja para penonton tergelak. Pradel, dengan ke-10 sketsanya, memang berhasil menjanjikan kesegaran kepada penontonnya di Teater Tertutup TIM 13-14 Oktober. Antara lain dengan "humor-kejut"-nya seperti dalam Pengangkat Halter tadi, seluruh pertunjukannya mengasyikkan. Dan hampir tak memberi beban apa pun. Ayah seorang anak perempuan ini (hasil perkawinannya 6 tahun lalu dengan seorang wanita senegeri), memang lebih merupakan seorang realis yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Dan humor, diakuinya, adalah bagian dari kepribadiannya. Ia tidak merokok, tidak minum alkohol. Mengaku sangat menggemari cewek. Dan berpendapat:."Di dunia modern yang sangat tidak lucu ini, lelucon menjadi suatu kebutuhan yang penting. Dan tubuh Pradel yang kecil, kempal, rambut panjang tipis dan agak botak, hidung panjang di tengah wajah yang lancip, merupakan sosok yang klop dengan kebutuhan yang penting itu--dengan ujud tokoh-tokohnya yang karikatural. Dalam nomor Cowboy misalnya. Dengan mudah sosok itu menjadi koboi cengeng yang banyak tingkah. Menjerat kuda dengan laso tapi mendapat seekor serangga, yang segera ditembaknya dengan kesal tapi sesudah itu ditangisinya. Ia bersembahyang untuk binatang itu. Dan semuanya muncul dengan kocak. Apalagi ketika suatu saat, sesudah menghentikan kuda, seenaknya saja ia memasukkan rem-tangan bagai sedang menyetir mobil. Tokoh-tokoh Pradel semuanya memang konyol--atau menjadi konyol karena ketakberdayaan mengatasi keadaan. Tapi nomor puncaknya ternyata Latihan Orkestra. Tentang seorang dirigen yang kesal dan putus asa sampai ingin membelah perutnya sendiri -- karena para pemain orkesnya tidak pada becus. Kebenciannya kepada penggesek selo yang loyo begitu luar biasa sehingga bagai dirasuki dendam-kesumat berkalikali ia melecehkannya. Caranya: ia menirukan gerak anak buahnya itu dengan mimik yang tak kepalang menjijikkannya. Peniup trombon dan pemain piano juga jadi bulan-bulanan, dan para korban--meskipun Pradel hanya sendirian di pentas -- tampak menjadi gemetar, pucat dan sakit hati. Pantomim pada pokoknya memang seni upaya menghadirkan sesuatu yang tak ada. Dan Pradel, yang sudah 25 tahun bergerak di bidang itu, main di sekitar 85 negara, memang sangat berhasil meski tidak untuk seluruh sketsa. Klasik & Kolot Rambut, Drakula, Lukisan Pisau misalnya, bukanlah nomor-nomor yang berarti malah mungkin tak perlu. Dan nomor-nomor Selektor Bunyi Elektronik, Kecemasan dan Pintu-pintu, belum kempal benar. Berbeda dengan Marcel Marceau -orang Prancis yang selama ini dikenal sebagai tokoh pantomim besar--Pradel bukanlah akademikus yang terikat berbagai teori. Ia otodidak. Dan meski Marceau dikaguminya, ia menyebutnya "sudah ketinggalan zaman." Dengan topeng bedaknya yang tebal dan gerakan-gerakannya, Marceau "klasik dan kolot," katanya. Dan kalau Marceau bersedia mengurbankan segala-galanya demi pantomim, Pradel tidak. Ia main sesukanya, tanpa topeng dan dengan kostum sederhana. "Pernah selama bertahun-tahun saya main dengan celana jeans," katanya. Tapi kalau benar yang dikatakannya kepada TEMPO, bahwa sketsa-sketsanya yang terbaru berada dalam satu warna dengan Kecemasan yangPanjang dan Pintu pintu --- yang lahir dari kontras hiruk-pikuk dunia modern dengan "kehidupan dalam"--satu faset baru. Mungkin ia akan menjadi aktor pantomim dengan pesan-pesan yang "besar." Mungkin juga pertunjukannya hanya menjadi "olahraga" bagi diri Pradel sendiri, sebagaimana diucapkan aktor yang mengaku tak pernah gerak badan kecuali main pantomim itu. Yudhistira ANM Massardi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus