Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Dosen UNS Rancang Battery Swapping Station Motor Listrik Dipakai Bersama Antarmerek

Selama ini pengguna motor listrik hanya dapat menukar baterai di Battery Swapping Station yang sesuai dengan merek masing-masing.

30 Oktober 2024 | 12.47 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Solo - Fakhrina Fahma, dosen Teknik Industri di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, merancang kemampuan baterai sepeda motor listrik aneka merek untuk bisa menggunakan stasiun pengisian ulang daya yang sama. Selama ini, sepeda motor listrik yang beredar memiliki swappable battery (baterai yang dapat diganti atau ditukar) dengan spesifikasi yang berbeda-beda, sehingga pengguna hanya dapat menukarnya di Battery Swapping Station (BSS) yang sesuai dengan merek masing-masing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian Fakhrina mengembangkan desain persyaratan pertukaran dan pengoperasian (interoperabilitas) antarmerek swappable battery tersebut. Lalu, mengembangkan desain BSS untuk memvalidasi penerapan persyaratan interoperabilitas tersebut melalui eksperimen pengisian daya terhadap berbagai merek SB atau baterai..

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam konferensi pers yang dilakukan di Fakultas Teknik UNS pada Selasa, 29 Oktober 2024, Fakhrina merinci sejumlah merek sepeda motor listrik yang kini ada di pasaran di Indonesia. Di antaranya adalah VOLTA, VIAR, MAB, Gesits, Selis Emax, United, Rakata, Neo, Elvindo Rama, BF Goodrich CG, Ecgo, Alva one, dan Honda PCX Electric.

"Namun sayangnya sepeda motor listrik yang beredar tersebut memiliki spesifikasi SB yang berbeda-beda, sehingga pengguna kendaraan hanya dapat menukarnya di BSS yang sesuai dengan merek masing-masing," katanya. 

Kendala itu, dinilai Fakhrina, menyebabkan rantai pasok energi menjadi tidak efisien karena dibutuhkan investasi SB dan BSS sangat besar. Menurutnya, salah satu cara meminimalisasi biaya investasi ini adalah mendorong agar ekosistem SB dapat dipertukarkan dan dioperasikan antarmerek atau disebut dengan interoperabilitas. 

"Jadi kalau mau tanpa kendala, idealnya semua spesifikasi SB ini harus sama. Jadi dalam bentuk modular," kata dia kepada Tempo menambahkan.

Dosen Teknik Industri Fakultas Teknik UNS Solo, Fakhrina Fahma, setelah dinyatakan lulus ujian disertasi dan meraih gelar doktor, Selasa, 29 Oktober 2024. TEMPO/Septhia Ryanthie

Ia menjelaskan, persyaratan interoperabilitas perlu dikembangkan agar menjamin terjadinya kolaborasi antarmerek SB tersebut dalam proses pengisian daya. Ditegaskannya, pengembangan persyaratan interoperabilitas ini merupakan salah satu upaya dalam rekayasa rantai pasokan sepeda motor listrik pada tahap awal melalui kegiatan standarisasi. 

"Dengan adanya standar interoperabilitas diharapkan dapat meminimalisasi biaya investasi dan terciptanya pasar yang lebih besar, sehingga dapat mendorong teknologi sepeda motor listrik sukses di pasar," katanya.

Penelitian Fakhrina

Penelitian Fakhrina mencakup standar minimal yang meliputi tegangan, konektor, arus, serta persyaratan keamanan baterai, sehingga memudahkan pengguna dalam menukar baterai di mana saja tanpa terbatas oleh merek kendaraan. Pengembangan desain persyaratan interoperabilitas berbasis teknologi yang dilakukan oleh Fakhrina masih terbatas pada tiga layer: komponen, komunikasi, dan informasi.

"Ini akan mengurangi kecemasan konsumen terhadap ketersediaan energi dan mendorong adopsi kendaraan listrik lebih luas," katanya sambil menekankan pula pentingnya kolaborasi antara produsen baterai dan kendaraan, "Serta peran pemerintah dalam mendorong standar interoperabilitas ini melalui insentif fiskal, seperti subsidi dan pengurangan pajak."

Penelitian Fakhrina menggunakan metodologi integrasi Framework for Analysis, Comparison, and Testing of Standards (FACTS) dan pendekatan dynamic open innovation. Hasilnya dia mendapati desain persyaratan interoperabilitas pada layer komponen merekomendasikan parameter yang perlu diatur yaitu dimensi maksimal pack baterai, jenis konektor, tegangan dan arus pada SB.

Sedangkan pada layer komunikasi dan informasi, standardisasi protokol komunikasi dan model data dapat dilakukan melalui konsensus penggunaan protokol standar terbuka agar semua sistem dapat terhubung secara mulus mengacu pada standar ISO 61851, ISO 15118 dan IEC 61850. 

Riset tentang swappable battery ini telah mengantar Fakhrina meraih gelar doktor dari Program Studi Doktor Teknik Industri UNS Solo seminggu lalu, 23 Oktober 2024. Judul disertasinya adalah 'Pengembangan Persyaratan Interoperabilitas Berbasis Teknologi pada Electric Motorcycle Swappable Battery di Era Digital Supply Chain'. 

Penelitian Fakhrina tersebut sebelumnya juga telah menghasilkan satu artikel ilmiah di jurnal internasional. Fakhrina juga menghasilkan artikel yang dimuat pada konferensi internasional sebanyak tiga artikel. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus