Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bibit Siklon Tropis 91S terpantau berada di Samudra Hindia, sebelah barat daya Lampung, dengan pusat sirkulasi di koordinat 12,9 derajat lintang selatan dan 95,1 derajat bujur timur. Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga Kamis pagi, 20 Maret 2025, kecepatan angin maksimum bibit siklon ini mencapai 40 knot atau 75 kilometer per jam, dengan tekanan minimum 999 hektopascal (hPa).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bibit siklon ini berpotensi berkembang menjadi siklon tropis 24 jam ke depan, sambil bergerak ke arah timur-tenggara. Intensitasnya diperkirakan baru menurun dalam 48–72 jam mendatang, dengan laju anginnya menjadi 30 knot. Siklon ini akan bergerak ke tenggara–selatan menjauhi wilayah Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dampak tidak langsung Bibit Siklon 91S ini masih akan ada hingga esok pagi, 21 Maret 2025. Beberapa wilayah diprediksi mengalami angin kencang, terutama di pesisir barat Lampung, pesisir barat Banten, serta pesisir selatan Banten hingga Jawa Barat.
Pusaran angin ini juga memicu gelombang tinggi, maksimal hingga 2,5 meter, yang berpotensi terjadi di perairan barat Bengkulu hingga Lampung, area selatan Selat Sunda dan perairan Banten, sampai perairan sekitar Nusa Tenggara Timur (NTT).
BMKG juga mendeteksi Madden-Julian Oscillation (MJO) di tengah mobilitas Bibit Siklon 91S. Pada Senin, 17 Maret lalu, MJO fase 2 terdeteksi di Samudra Hindia bagian barat dan diperkirakan akan bergerak ke fase 3 pada pekan ini.
Fenomena ini berkontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat hingga tengah. Kombinasi antara pengaruh tidak langsung bibit siklon 91S dan aktivitas MJO dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem, terutama di Sumatera bagian selatan dan Jawa, yang saat ini mengalami perlambatan dan pertemuan angin yang konsisten.