Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Teknologi & Inovasi

Eks CEO Binance Changpeng Zhao Ingin Tinggalkan AS, Rawat Pasangan dan 3 Anak di UEA

Mantan CEO Binance Changpeng Zhao mendesak hakim untuk mengizinkannya meninggalkan AS sebelum menjatuhkan hukuman.

26 November 2023 | 15.31 WIB

Zhao Changpeng, pendiri dan CEO Binance menghadiri konferensi Viva Technology yang didedikasikan untuk inovasi dan startup di pusat pameran Porte de Versailles di Paris, Prancis 16 Juni 2022. REUTERS/Benoit Tessier
material-symbols:fullscreenPerbesar
Zhao Changpeng, pendiri dan CEO Binance menghadiri konferensi Viva Technology yang didedikasikan untuk inovasi dan startup di pusat pameran Porte de Versailles di Paris, Prancis 16 Juni 2022. REUTERS/Benoit Tessier

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara mantan CEO Binance Changpeng Zhao mendesak hakim AS untuk menolak permintaan Departemen Kehakiman yang melarang dia kembali ke rumahnya di Uni Emirat Arab sampai dia dijatuhi hukuman karena melanggar persyaratan anti pencucian uang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Mengutip Reuters, Minggu, 26 November 2023, pengacara Zhao dalam pengajuannya pada hari Kamis meminta Hakim Distrik AS Richard Jones di Seattle untuk tidak membatalkan persyaratan jaminan yang ditetapkan oleh hakim pada hari Selasa lalu. Hal ini yang akan memungkinkan dia meninggalkan AS sambil menunggu hukuman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Zhao, warga negara UEA dan Kanada, mengundurkan diri sebagai CEO Binance pada hari Selasa setelah mengaku bersalah karena dengan sengaja menyebabkan pertukaran mata uang kripto global gagal mempertahankan program anti pencucian uang yang efektif.

Pihak berwenang AS mengatakan Binance melanggar undang-undang anti pencucian uang dan sanksi AS. Perusahaan itu gagal melaporkan lebih dari 100,000 transaksi mencurigakan dengan organisasi yang digambarkan AS sebagai kelompok teroris termasuk Hamas, Al Qaeda, dan Negara Islam Irak dan Suriah.

Perusahaan sebagai bagian dari kesepakatan pembelaan setuju untuk membayar lebih dari $4,3 miliar. Zhao telah setuju untuk membayar denda sebesar $150 juta kepada Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS, dan jaksa dalam pengajuannya pada hari Rabu mengatakan bahwa ia menghadapi hukuman hingga 18 bulan penjara.

Departemen Kehakiman telah meminta Jones pada hari Senin untuk membatalkan keputusan Hakim AS Brian Tsuchida yang mengizinkan Zhao pulang ke UEA menjelang hukumannya pada 23 Februari. Ini setelah dia setuju untuk membebaskannya dengan jaminan $175 juta.

Pemerintah mengatakan mereka mungkin tidak dapat menjamin kepulangannya jika dia memilih untuk tidak kembali ke AS untuk menjalani hukuman. Hal ini mengingat negara tersebut tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan UEA dan Zhao adalah seorang multi-miliarder dengan aset yang signifikan.

Namun pengacara Zhao berpendapat mantan CEO tersebut telah menunjukkan bahwa dia tidak berisiko melarikan diri dengan menyetujui paket jaminan "substansial" dan secara sukarela datang ke AS untuk menerima tanggung jawab atas tindakannya.

Mengizinkan Zhao kembali ke UEA akan memungkinkan dia merawat pasangannya dan tiga anaknya serta mempersiapkan mereka untuk hukumannya, kata pengacara pembela.

Departemen Kehakiman menanggapi secara singkat pada hari Jumat bahwa keputusannya pada sidang hari Selasa untuk merekomendasikan Zhao tetap bebas sebelum hukuman dijatuhkan adalah hal yang “luar biasa” dan hanya karena mereka yakin risiko penerbangan yang ditimbulkannya dapat “dikelola” dengan membatasi perjalanannya.

“Dalam sebagian besar kasus, terdakwa multi-miliarder yang telah mengaku bersalah, menghadapi kemungkinan hukuman penjara, dan tinggal di negara yang tidak mengekstradisi warganya ke Amerika Serikat akan ditahan,” kata pengacara Departemen Kehakiman.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Sunu Dyantoro

Sunu Dyantoro

Memulai karier di Tempo sebagai koresponden Surabaya. Alumnus hubungan internasional Universitas Gadjah Mada ini menjadi penanggung jawab rubrik Wawancara dan Investigasi. Ia pernah meraih Anugerah Adiwarta 2011 dan 2102.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus