Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Setelah Soeharto Menelepon di Kala Sahur

Hari-hari ini peta koalisi sedang disusun, berbentuk jabatan menteri atau tandem di parlemen. Dulu ada “demam AIDS”, yaitu demam “Aku Ingin Ditelepon -Soeharto” tiap kali usai pemilu.

29 Juni 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Arsip

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Begitulah, Presiden Soeharto telah menelepon sejumlah orang untuk diminta membantunya sebagai menteri, sepanjang pekan lalu. Umumnya mereka yang “kejatuhan bulan” itu ditelepon Pak Harto di kala sahur di bulan puasa ini meski ada yang ditelepon menjelang buka puasa. Dan di pagi menjelang subuh itu Pak Harto konon masih sempat guyonan untuk membuka percakapannya.

Ada yang kabarnya ditanyai, “Lho, kok, Saudara ada di dekat telepon?” Ada pula yang ditanyai soal kesehatan. Seorang menteri, yang mendapat panggilan telepon pukul tiga dinihari Sabtu pekan lalu, tak lupa diingatkan Pak Harto agar jangan tidur lagi selepas sahur. Pembicaraan berlangsung singkat. Bahkan, tak seperti lima tahun lalu, Pak Harto tak mengharuskan sang calon menteri menemuinya di kediaman Jalan Cendana atau di peternakan “Tri S” di Tapos, Bogor.

Yang menarik juga ketika nama Siti -Hardijanti Rukmana, putri Presiden, -beredar sebagai calon kuat Menteri Sosial. Di saat Presiden mengumumkan kabinetnya, Rabu lalu, Mbak Tutut sedang terbang ke Boston, Amerika Serikat, untuk menjenguk putranya yang bersekolah di sana. Banyak yang kecele ketika Nyonya Inten Soeweno, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari -F-KP yang duduk di Komisi VII, oleh Presiden ditunjuk sebagai Menteri Sosial. Lucunya, banyak yang termakan gosip.

Beberapa rumah orang penting dikabarkan sudah kebanjiran karangan bunga berukuran kecil sampai besar. Ternyata, setelah Pak Harto mengumumkan kabinetnya, nama si Polan tak disebut-sebut. Akhirnya, sebuah lembaga eksekutif pun terbentuk: Kabinet Pembangunan VI. Diumumkan Presiden Soeharto, yang didampingi Wakil Presiden Try Sutrisno dan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono, Rabu malam lalu, dan dilantik menjelang salat Jumat lalu, inilah kabinet yang akan mengantar Republik memasuki pembangunan jangka panjang tahap kedua.

Maka persiapan menjelang tahap yang disebut lepas landas itu ditekankan Presiden Soeharto ketika mengumumkan susunan kabinet. “Semua jajaran pemerintahan perlu menerapkan dasar-dasar manajemen modern, yang meliputi perencanaan yang matang, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat.” Koordinasi rupanya mendapat perhatian khusus. Dalam penjabaran tugas menteri, digariskan bahwa setiap bulan ada rapat koordinasi di setiap bidang koordinasi.

Kemudian setiap bulan Presiden akan bersidang dengan kompartemen Ekonomi Keuangan dan Pengawasan Pembangunan serta kompartemen Industri dan Perdagangan. Ditambah kompartemen Politik dan Keamanan serta Kesejahteraan Rakyat. Empat kompartemen ini masing-masing akan dipimpin seorang menteri koordinator (menko).

Kabinet kali ini tak berbeda jauh dengan kabinet lalu dalam hal jumlah orang. Kabinet Pembangunan (KP) V mempunyai 38 menteri dan 3 pejabat setingkat menteri. Selain itu, ada 3 menko. Kabinet kali ini juga punya 38 menteri negara dan 3 pejabat setingkat menteri. Namun kali ini jumlah menko bertambah satu. Yang menarik, dalam kabinet ini tak ada lagi jabatan menteri muda, yang pertama kali dikenal pada KP III yang dilantik pada 1978.

Barangkali dihapuskannya menteri muda ini ada kaitannya dengan upaya meningkatkan koordinasi tadi. Di antara 38 menteri negara, yang menarik adalah tampilnya kembali Harmoko sebagai Menteri Penerangan, untuk ketiga kalinya. Dari panjangnya masa jabatan, prestasi Harmoko sudah melampaui para pendahulunya, termasuk nama beken seperti Ali -Moertopo.

Ketika ditanyai apa resepnya sampai bisa bertahan tiga kali, Harmoko berkata, “Saya bisa menerjemahkan kepada masyarakat apa yang dimaui bos saya. Dan saya pasrah serta tawakal.”

Ramalan B.J. Habibie tentang kursinya ternyata tidak meleset. Menteri dengan banyak jabatan ini begitu yakin masih tetap akan dipercayai Pak Harto memimpin bidang riset dan teknologi. Ternyata benar, ia tetap bertahan sebagai Menteri Ristek, untuk keempat kalinya, sejak 1978. Tapi dugaan di luar bahwa jabatan Habibie adalah Menko Ristek ternyata meleset. Habibie tetap di pos semula, plus Ketua BPPT dan Kepala BPIS. Habibie masuk kompartemen Menko Industri dan Perdagangan, yang dipimpin Hartarto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus