NAIKNYA ongkos taksi selama ini ternyata bukan karena devaluasi atau harga BBM naik. Tapi karena ulah argometer. Alat pencatat harga, yang biasanya dipasang pada dashboard itu, sering mencatat harga yang oleh penumpang sendiri dianggap ketinggian. Tak jarang timbul pertengkaran. Seorang penumpang, pekan lalu, luka parah kena tusukan obeng yang dihunjamkan pengemudi taksi. Pasalnya, si penumpang menuduh pengemudi "mengudakan" argometer hingga biaya taksi dari Grogol ke Kebayoran, Jakarta, melonjak tak wajar. Pengudaan argometer oleh sejumlah taksi sebenarnya bukan cerita baru. J. Sianturi dari PT President Taxi yang memiliki armada taksi terbesar di Jakarta mengakui, hasil razia menunjukkan 30% taksi di lingkungannya menggunakan argo yang tak wajar. Penipuan lewat pengubahan argo memang merangsang banyak sopir mengutak-atik alat pengukur biaya itu. Atau seorang mekanik biasa saja bisa melakukannya. Caranya dengan mengubah gigi roda yang menggerakkan angka-angka penunjuk tarif. Pada ukuran normal, satu putaran roda bergigi yang dihubungkan dengan speedometer itu jatuh pada jarak 100 meter. Pada setiap putaran berikutnya dan seterusnya angka yang menunjukkan biaya naik 20 rupiah. Pengudaan argo dilakukan dengan memutus beberapa gigi pada roda penggerak angka. Hasilnya, satu putaran roda jatuh pada jarak di bawah 100 meter. Karena gejala itu, Pemerintah DKI Jakarta baru-baru ini mengharuskan semua pengusaha taksi mengubah argometer mekanis, yang dipakai selama ini, ke argo elektronik. Pengubahan sudah harus dilakukan selambat-lambatnya April tahun depan. Pada perhitungan Pemda DKI, argometer elektronik tak bisa dikudakan karena komputer pada argometer ini sudah diprogram. Sebagian taksi di Jakarta terlihat sudah menggunakan argometer elektronik. Penampilan argo yang dipasang di bagian dashboard itu memang lebih menarik. Kode angka yang digunakan mengikuti sistem digital. Bagaimana kerja argo elektronik itu? Menurut H. Ilyas dari PT Taxonik Biru Indah, salah satu perusahaan yang memasukkan argo elektronik, pada prinsipnya kerja argo mekanis dan elektronik sama saja. Namun, tentunya, terdapat perbedaan. Mekanisme pada argo mekanis mengandalkan putaran kabel speedometer ketika taksi berjalan dan baru mengandalkan arus listrik ketika taksi menunggu -- angka berubah setiap 38 detik. Mekanisme argo elektronik seluruhnya bekerja berdasarkan arus listrik yang disuplai dari aki. Perbedaan yang penting antara keduanya terletak pada sistem pengubah angka. Argo elektronik, menurut Ilyas, tidak menggunakan roda bergigi melainkan komputer yang diprogram. Terdapat dua sistem dalam pengubahan angka argo dengan komputer. Beberapa merk menggunakan dua program komputer, satu program untuk mencatat jarak melalui putaran ban, satu lagl untuk mengubah tarif. Ada pula merk yang memiliki sistem pengubahan angka yang lebih canggih, yaitu menggunakan hanya satu program untuk semua pengubahan -- putaran ban atau pengubahan tarif saja. Program-program komputer pada argo itu menjalani penyesuaian ketika dipasangkan pada sebuah taksi. Khususnya untuk mencocokkan satuan tarif dan besarnya ban taksi. Menurut Ilyas, argo elektronik pun tidak 100% aman dari usaha pengudaan. Khususnya argo yang menggunakan dua program komputer. Sangat mudah untuk mengubah satuan tarif dengan tersembunyi, juga mudah memanipulasikan ukuran ban, karena kedua program terpisah. Sianturi mengakui, argometer elektronik tidak seluruhnya aman. "Bagaimanapun, ini 'kan bikinan manusia juga," katanya. Tapi Sianturi yakin, mengubah argo elektronik tidak akan banyak terjadi. Selain karena mahal, juga cuma bisa dilakukan oleh mekanik-mekanik khusus. Jadi, bila ada pengubahan, yang melakukannya mesti pemilik taksi, dan ini tergolong penipuan yang bisa diajukan ke pengadilan. Jis
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini