Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) mencatat terjadi 28 kali gempa susulan hingga Selasa, 21 November 2017, seusai gempa Morotai yang terjadi pada Sabtu pekan lalu. Gempa berkekuatan magnitudo 5,7 itu dilaporkan juga membuat 160 rumah rusak.
Baca: Gempa 5,8 Skala Richter Landa Maluku Utara
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan hasil pemantauan menunjukkan telah terjadi 28 kali gempa susulan (aftershock) hingga Selasa pagi. "Gempa susulan paling kuat magnitudonya mencapai 5,4," katanya, Selasa.
Pulau sekaligus Kabupaten Morotai, yang terletak di Kepulauan Halmahera, Kepulauan Maluku, Provinsi Maluku Utara, diguncang gempa yang terasa kuat dan rangkaian gempa susulan. Sebanyak 486 jiwa dari Desa Leoleo Rao, juga 75 kepala keluarga dari Desa Aru Burung dan Desa Lou Madoro, memilih mengungsi di perbukitan karena takut terjadi tsunami.
BMKG mencatat frekuensi gempa susulan yang terjadi terus mengecil dan kekuatannya pun semakin melemah.
BMKG menyatakan gempa Morotai ini dipicu sesar aktif di dasar laut tapi mekanisme pergerakannya mendatar (strike slip fault). "Karakteristik sesar mendatar semacam ini tidak akan memicu terjadinya tsunami," ucap Daryono. Kekuatan gempa juga tidak cukup kuat untuk membangkitkan gelombang tsunami.
Baca: PVMBG: Gempa Karangasem Picu Aktivitas Gunung Agung
Karena itu, BMKG meminta warga pengungsi kembali ke rumah masing-masing dan beraktivitas seperti biasa. "Tidak ada potensi tsunami dan gempa susulan makin melemah, sehingga saat ini kondisinya sudah aman," tutur Daryono.
ANWAR SISWADI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini