Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Gen Manusia dari Siberia di Papua

Indonesia bagai wadah berkumpulnya orang dari beragam ras.

31 Oktober 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gen Manusia dari Siberia di Papua

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Jarak antara Siberia dan Papua di sebelah timur Indonesia mencapai ribuan kilometer. Namun, sebuah studi menunjukkan ada jejak gen manusia Denisova dari Siberia pada genom manusia modern di sebelah timur Indonesia. Entah bagaimana, manusia primitif yang hidup 50-30 ribu tahun lampau itu bisa menyeberangi Garis Wallacea dan melakukan kawin silang dengan manusia modern Homo sapiens ketika bermigrasi ke Australia dan Papua.

"Ini temuan yang sangat menarik karena Denisovan tidak memiliki aliran gen Neanderthal, tapi memberikan sumbangan 4-6 persen gen pada populasi orang-orang Melanesia," kata Dr Richard Green, peneliti biomolekuler dari Universitas California di Santa Cruz, pada seminar Human Evolution and Archaic Admixture di Lembaga Eijkman, Selasa lalu.

Penemuan ini menyulut pertanyaan baru tentang seberapa jauh evolusi manusia berjalan. Hal itu berawal dari penemuan fragmen tubuh manusia berupa gigi dan tulang yang sudah menjadi fosil di sebuah gua di Denisov, selatan Siberia, Rusia.

Fosil berumur 40 ribu tahun itu berasal dari tubuh anak perempuan yang meninggal ketika berusia 5-7 tahun. Analisis gen yang diekstrak dari fosil menunjukkan bahwa anak perempuan itu punya rambut, mata, dan kulit berwarna cokelat.

Uniknya, gen manusia purba yang diberi nama Denisovan itu terekam pada populasi manusia modern yang tinggal di Indonesia bagian timur, seperti Papua, Flores, Maluku, dan Timor. Jejak gen manusia purba itu juga ditemukan pada populasi manusia yang tinggal di wilayah sebelah timur garis Wallace, seperti Filipina, Australia, dan kepulauan di Oceania.

Masih belum diketahui pasti bagaimana terjadi percampuran gen manusia purba dan manusia modern pada wilayah yang terletak sangat berjauhan. Selama ini hanya ada dua hominid yang dikenal, yaitu Neanderthal dan manusia modern. Penemuan fragmen Denisovan merupakan keping penting untuk melengkapi puzzle evolusi manusia.

Sebelum penemuan Denisovan, Neanderthal dianggap sebagai manusia primitif dengan ciri unik genetis yang paling mendekati manusia modern. "Sayangnya, mereka diperkirakan punah 30 ribu tahun silam dan kami belum menemukan bukti fosil Neanderthal yang lebih muda dari itu," kata Green.

Bersama koleganya, Green melakukan penelitian genetika untuk memeriksa kedekatan Neanderthal dan manusia modern. Mereka membandingkan gen Neanderthal dengan gen dari orang Prancis, Han dari Cina dan Papua yang mewakili wilayah Eurasia, serta Yoruba dan San, representasi Afrika.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Neanderthal menurunkan gen pada orang non-Afrika. "Pertanyaan menarik lain adalah bagaimana interaksi manusia modern dan Neanderthal karena pada satu masa mereka pernah hidup bersama," kata Green.

Ilmuwan meyakini Neanderthal, Denisovan, dan manusia modern sebagai keturunan dari manusia purba Homo heidelbergensis yang hijrah dari Afrika sekitar 300-400 ribu tahun yang lalu. Sekelompok H. heidelbergensis mengarah ke Eropa dan Asia Barat dan berkembang menjadi Neanderthal, sedangkan kelompok yang pergi ke timur menjadi nenek moyang Denisovan. Kelompok H. heidelbergensis yang tersisa di Afrika sekitar 130 ribu tahun lalu berevolusi menjadi Homo sapiens--nenek moyang manusia modern. Mereka baru melakukan eksodus dari Afrika sekitar 60 ribu tahun lalu.

Fosil Denisovan tergolong baru dalam pohon silsilah manusia. Studi menunjukkan adanya pencampuran genetis antara genom Denisovan dan manusia modern di Asia Tenggara bagian timur dari ras Melanesia.

Percampuran gen Denosivan kemungkinan terjadi saat mereka melakukan perkawinan (interbreeding) saat hidup di wilayah timur Eurasia. Ketika manusia modern menyeberang ke Papua Nugini sekitar 45 ribu tahun, mereka membawa serta gen Denisovan.

"Mereka telah menyebar dalam area geografis dan ekologi yang lebih luas ketimbang hominin (nenek moyang manusia) lain di luar manusia modern," kata Mark Stoneking dari antropolog molekuler dari Max Planck Institute, Jerman, seperti dikutip LiveScience.

Temuan gen manusia purba Denisovan pada populasi manusia modern di Indonesia membuka pertanyaan baru tentang evolusi. Indonesia seperti wadah tempat berkumpul orang dari beragam ras dengan karakteristik fisik dan budaya berbeda yang terlihat dari Sabang sampai Merauke.

"Indonesia adalah tempat yang memiliki keanekaragaman yang luar biasa. Masih banyak misteri dan pertanyaan di sini yang harus diselesaikan," kata Green. "Penelitian ini akan terus berlanjut, terutama bagaimana mereka sampai ke Papua dan sekitarnya."

Temuan ini juga menjadi pendukung riset untuk menemukan mata rantai yang hilang antara keberadaan manusia modern di Indonesia dan Homo floresiensis yang ditemukan di Liang Bua, Flores. Fosil manusia yang dijuluki Hobbit, karena tingginya hanya sekitar 1 meter, juga menambah daftar pertanyaan dalam studi genetika.

"Secara fisik, kondisi manusia purba di Flores itu berbeda dengan manusia di bagian barat Indonesia karena mereka lebih kecil. Lalu ada lagi jejak gen lain pada populasi di Papua dari manusia Denisova yang asalnya jauh di utara. Bagaimana mereka bisa sampai sini, inilah yang akan kami telusuri," kata Deputi Direktur Lembaga Eijkman, Herawati Sudoyo. GABRIEL TITIYOGA


Melebur di Zaman Es

Ketika manusia modern bermigrasi keluar dari Afrika, kondisi zaman es memaksa mereka berlindung di dalam "refugia" yang dihuni oleh kelompok-kelompok kecil manusia purba kerabat jauh mereka. Dari berbagai "lokasi pengungsian" tersebut, perubahan evolusi mengarah pada satu spesies manusia global dan mengakhiri manusia Neanderthal dan Denisovan, nenek moyangnya.
- Homo heidelbergensis
- 700 ribu-200 ribu tahun lampau

Spesies pertama dari genus Homo yang menguburkan anggota keluarganya yang mati. Dianggap sebagai nenek moyang bersama Homo sapiens dan spesies manusia lain, H.neanderthalensis, H.floresiensis, dan Denisovan.
- Homo neanderthalensis

200 ribu-28 ribu tahun lampau
- Luas cakupan migrasi
- Homo sapiens

200 ribu tahun lalu-sekarang
- Luas migrasi 26 ribu tahun lalu
- Denisovan

50 ribu-30 ribu tahun lalu
Ditemukan pada 2008. Untaian genom yang ditemukan pada gigi dan tulang jari spesies itu menunjukkan hominin ini berkerabat dengan nenek moyang bersama Melanesian dan Aborigin Australia.
-Kemungkinan cakupan migrasi
-Perkiraan lokasi glacial refugia (tempat menetap sementara selama zaman es)
- 10k: 10 ribu tahun lalu
-20k
Puncak perluasan bentangan es selama zaman es terakhir
- 25k
- 40k
- 60k

Eksodus utama dari Afrika
-60k
-82k

Manusia modern menghuni Maroko
-77-65k

Manusia modern menempati Afrika Selatan
-90-120k
-Gua Denisova, Siberia
-50k
-16k

Manusia modern menyeberang ke Amerika
-Gua Rusa Merah, Longlin, dan Maludong, Cina
-Gua Liang Bua, Flores, Indonesia
-50k
-Melanesia
- Manusia Gua Rusa Merah
60 ribu-12 ribu tahun lalu

Ditemukan pada 1979, tapi baru dipelajari pada 2008
- Homo floresiensis
90 ribu-18 ribu tahun lalu

Manusia berukuran kerdil yang dijuluki "hobbit" ditemukan di Pulau Flores pada 2003.

Hidup dalam waktu yang sama dengan manusia modern. Kemungkinan spesies ini adalah hasil dari evolusi lokal dalam habitat tertutup.
-Interglasial
-Glasial
-Interglasial
-Glasial
-Glasial
-Interglasial: Periode hangat singkat yang terjadi antara dua periode glasial (zaman es)
-600k
-500k
-400k
-300k
-200k
-100k
-Sekarang
-Homo heidelbergensis bermigrasi dari Afrika ke Eurasia, yang kini menjadi Eropa dan Cina, selama masa interglasial.
-Populasi yang tetap tinggal di Afrika berkembang menjadi Homo sapiens. Populasi Eurasian selamat dari zaman es dan berkembang menjadi Homo neanderthalensis.
-Migrasi pertama manusia modern dari Afrika.
-Manusia modern menggantikan populasi yang lebih primitif di Eurasia.GRAPHICNEWS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus