Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

HMPV Kemungkinan Hasil Evolusi Virus Unggas, Mantan Direktur WHO: Merebak Akibat Musim Dingin

Virus HMPV berbeda dengan Covid-19 yang tergolong baru dan belum bisa ditebak pada masa awal pandemi.

7 Januari 2025 | 19.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi HMPV. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan kenaikan jumlah pasien yang terjangkit virus Human Metapneumovirus (HMPV) di Cina bukan kejadian luar biasa. Jenis infeksi saluran napas, termasuk gejala penularan HMPV, cenderung meningkat selama musim dingin di negara-negara empat musim. “Namun memang perlu mendapat perhatian,” katanya melalui keterangan tertulis pada Selasa, 7 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tjandra, yang juga merupakan direktur pascasarjana Universitas YARSI, memastikan HMPV sudah muncul sejak lama. Virus ini berbeda dengan Covid-19 yang tergolong baru dan belum bisa ditebak pada masa awal pandemi. Namun, gejala keduanya identik, yaitu menimbulkan batuk, demam, sesak napas, dan nyeri dada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penjelasan soal virus HMPV pertama kali muncul dalam jurnal ilmiah berjudul ‘A Newly Discovered Human Pneumovirus Isolated from Young Children with Respiratory Tract Disease’, yang terbit di Belanda pada Juni 2001. Laporan soal temuan virus ini muncul dari berbagai negara, seperti Norwegia, Rumania, Jepang, dan Cina. Namun, kata Tjandra, HMPV kemungkinan sudah ada puluhan tahun sebelum akhirnya diidentifikasi oleh para peneliti.

Kata pertama dari HMPV adalah human. Jenisnya berbeda dengan Animal Metapneumovirus (AMPV) yang ditemukan lebih dulu di Afrika Selatan, persisnya pada 1978. Virus AMPV yang memiliki 4 sub tipe, dari A sampai D, awalnya diberi nama Turkey Rhinotracheitis Virus (TRTV) karena menjangkit unggas.

“Para pakar berpendapat bahwa penyakit HMPV pada manusia tampaknya semacam evolusi dari AMPV yang sub tipe C,” tutur Tjandra.

Kendati menyebut HMPV bukan ancaman baru, Tjandra meminta masyarakat tetap waspada. "Langkah pencegahan seperti mencuci tangan dan menggunakan masker tetap relevan untuk mengurangi risiko penyebarannya," kata dia.

Dikutip dari Reuters, Pemerintah Cina melaporkan kasus HMPV meningkat paling cepat pada anak-anak di bawah usia 14 tahun di wilayah utara. Menurut laporan resmi, infeksi saluran napas akut meningkat pesat pada 16-22 Desember 2024.  Seorang pejabat otoritas pengendalian penyakit di Cina menyatakan Negeri Tirai Bambu masih akan menghadapi kasus infeksi saluran napas ini selama musim dingin dan musim semi.

Administrasi Nasional Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Cina sedang menguji coba sistem pemantauan untuk pneumonia yang tidak diketahui asalnya. Regulator menetapkan protokol untuk menangani patogen yang belum dikenal

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik. Dia memastikan HMPV sudah dikenal dalam dunia medis. “Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab. Ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” katanya keterangan tertulis, Selasa, 7 Januari 2025. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus