Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Curah hujan selalu berbeda, terkadang deras atau gerimis. Saat hujan deras, limpahan air yang turun sangat banyak. Tapi, apakah hujan deras dan gerimis mempengaruhi kecepatan air yang turun ke tanah?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut National Aeronautics and Space Administration ada banyak kemungkinan terkait pertanyaan itu. Sebab, tetesan air hujan mungkin tidak jatuh sama sekali, karena kuatnya embusan angin yang mendatar atau horizontal. Jika tidak ada angin mendatar, kecepatan air hujan mencapai maksimum sekitar 10 meter per detik untuk tetesan terbesar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun untuk mencapai tanah dari ketinggian 4.000 meter, tetesan air hujan menghabiskan waktu setidaknya 400 detik. Itu berarti hampir 7 menit air sampai di tanah.
Mengutip situs web Union University, kecepatan jatuhnya suatu benda meningkat sampai gaya hambatan udara ke atas sama dengan gravitasi menuju bawah. Ada banyak variasi tetesan air hujan, karena tergantung massa. Itu sebabnya, kecepatan air yang jatuh tidak sama.
Para ilmuwan mempertimbangkan tetesan air hujan rata-rata memiliki jari-jari sekitar 0,2 sentimeter dan massa sekitar 0,034 gram. Berdasarkan penghitungan itu, kecepatan hujan gerimis sekitar 9 meter per detik. Sedangkan tetesan air hujan yang lebih kecil dengan jari-jari 0,15 sentimeter memiliki kecepatan sekitar 7 meter per detik. Lagi-lagi secara umum tergantung ukurannya, tetesan air hujan jatuh antara 3 kilometer hingga 6 kilometer per jam.
Mengutip situs web University of Wisconsin, para ilustrator menggambarkan tetesan hujan seperti bentuk air mata bagian bawah bulat dan pucuknya runcing. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Saat air hujan jatuh bentuknya cenderung seperti roti hamburger. Hal itu disebabkan gaya tarik udara yang dilalui oleh air hujan.
HENDRIK KHOIRUL MUHID