Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Ibnu Sina, Ilmuwan yang Mengembangkan Kedokteran Modern Dunia

Ibnu Sina (Avicenna) ilmuwan muslim kelahiran Uzbekistan yang paling berpengaruh dalam sejarah perkembangan kedokteran modern dunia

8 Februari 2022 | 10.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ibu Sina. Foto : Darunnajah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ibnu Sina (Avicenna) merupakan salah satu ilmuwan muslim kelahiran Uzbekistan yang paling berpengaruh dalam sejarah perkembangan kedokteran modern dunia. Bukunya yang berjudul The Canon of Medicine (Qanun fi Thib) ikhtisar semua pengetahuan medis pada masanya hingga sekarang. Itu sebabnya, Ibnu Sina dijuluki sebagai Bapak Kedokteran Modern.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ibnu Sina mempelajari ilmu kedokteran saat berusia 16 tahun. Selama bertahun-tahun mendalami ilmu pengetahuan, ia telah menulis 450 karya di bidang ilmiah dan filsafat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku The Canon of Medicine yang mencakup lima volume dan ribuan halaman itu pertama kali diterjemahkan dari bahasa Arab ke Latin pada abad 12. Sejak itu, secara bertahap karya Ibnu Sina menjadi referensi pengobatan medis utama di Barat sampai abad 17, seperti dikutip dari Avicenna Journal of Medical Biotechnology.

Demi mengembangkan ilmu medis di Barat, buku itu dijadikan standar kurikulum di beberapa perguruan tinggi di Eropa, salah satunya Universitas Bologna. Perguruan tinggi itu termasuk universitas tertua di Eropa, sudah ada sejak tahun 1088.

Ibnu Sina melalui karyanya mengenai kaidah kedokteran itu menghimpun teori dan praktik pengobatan Yunani, India, dan Cina. Misalnya, penggunaan ramuan rempah-rempah untuk mengobati penyakit. Metode pengobatan tradisional yang dahulu dianggap berhubungan dengan metafisika itu dibuktikan oleh Ibnu Sina secara medis melalui uji ilmiah, seperti dikutip dari JSTOR Daily.

Menurut The Oxford Scientist, Ibnu Sina merupakan ilmuwan pertama yang melakukan eksperimen ilmiah dalam fisiologi. Itu termasuk salah satunya penggunaan prinsip ilmiah untuk menguji keamanan dan efektivitas obat dalam pembentukan dasar farmakologi modern.

Ibnu Sina juga memperkenalkan metode pemeriksaan penyakit radang selaput otak dan sumsum tulang belakang (meningitis). Ia membuat metode baru dalam penggunaan anestesi, analgesik, dan berbagai zat antiinflamasi. Sebelumnya, selama berabad-abad hal itu tidak pernah diketahui oleh orang-orang Yunani. 

Ada gagasan Ibnu Sina yang dahulu sempat diragukan, namun baru teruji ilmiah pada era sekarang, yaitu metode diet, pengobatan jantung, ginjal, dan gangguan mental.

Ibnu al-Nafis, ilmuwan pertama yang mampu menggambarkan secara akurat peredaran darah dari jantung ke paru-paru juga terinspirasi dari penemuan Ibnu Sina. Kajian Ibnu Sina itu tentang sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular). 

Berkat kegeniusan Ibnu Sina dalam perkembangan ilmu kedokteran, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) membuat Avicenna Prize for Ethics in Science. Penghargaan itu diberikan setiap dua tahun kepada individu maupun kelompok dengan pencapaian luar biasa di bidang etika dalam sains. UNESCO membuat penghargaan itu untuk menghormati kegeniusan Ibnu Sina dalam perkembangan ilmu kedokteran.

HARIS SETYAWAN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus