Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Ide Pola Segitiga Masjid Al Safar yang Ditafsir Tidak Islami

Berkonsep bentuk dasar kubus dan tanpa kubah, masjid KM 88 dikembangkan dari morfologi batu yang dipahat.

5 Juni 2019 | 19.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Masjid Al safar dibangun dengan menggunakan dana 10 milyar dan menjadi menjadi masjid terbesar di rest area di Indonesia. Mempunyai menara setinggi 27 meter sebagai penanda masjid. Tempo/Rully Kesuma

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung -Masjid Al Safar kini menjadi perbincangan. Seorang penceramah menyebut tafsirannya terhadap masjid itu yang bernuansa tidak islami. Banyak pola segitiga juga benda seperti mata pada masjid itu sebagai simbol kelompok tertentu yang ingin menciptakan dunia baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam rekaman video yang viral belakangan ini, Ustad Rahmat Baequni mengatakan pola segitiga termasuk menara masjid yang lancip seperti piramida di Mesir buatan Firaun. “Untuk menunjukkan kalau dia Tuhan di Mesir,” katanya.

Tepat di gambar bagian mihrab atau tempat imam pada rekaman videonya, Rahmat berujar, “Maka ketika kita salat sebetulnya menghadap siapa? Kita menghadap Allah atau segitiga satu mata?”

Pada rekaman video ceramahnya yang lain unggahan akhir Mei 2019, Rahmat juga menyinggung masjid itu yang berlokasi di rest area KM 88 jalan tol Purbaleunyi di daerah Purwakarta, Jawa Barat.

Masjid itu rancangan kantor arsitek Urbane di Bandung bersama Ridwan Kamil sebagai penggagas, kini Gubernur Jawa Barat. Principal Urbane Indonesia Reza Achmed Nurtjahja mengatakan masjid berkapasitas seribu orang itu dirancang dengan desain yang modern dan unik.

Berkonsep bentuk dasar kubus dan tanpa kubah, masjid KM 88 dikembangkan dari morfologi batu yang dipahat. Idenya mengadopsi lingkungan lokasi masjid yang berdiri di atas bukit dan dikelilingi pegunungan. “Morfologi ini kemudian dikembangkan dengan teknik folding (lipatan) pada bentuk,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Selasa, 4 Juni 2019.

Konsekuensi desain yang ditimbulkan yaitu pola fasad (muka bangunan), landscape dan grafis mengikuti modul segitiga. Pengembangan analogi bintang yang berpendar di malam ditampilkan dengan penempatan beragam ukuran segitiga dengan pola tidak beraturan di bagian fasad.

Konsep landscape dan grafis untuk masjid juga mengikuti konsep folding atau modul segitiga.

Sirkulasi ruang pun menggunakan konsep lipatan sehingga jalur akses tidak linear melainkan agak berliku atau zigzag.

Pada area mihrab sengaja ditutup dinding kaca untuk mengurangi kebisingan jalan sekaligus mendapat cahaya dengan latar belakang taman. “Masjid KM 88 ini diharapkan dapat menjadi oase bagi pengguna jalan tol,” ujar Reza.

ANWAR SISWADI

Erwin Prima

Erwin Prima

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus