Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Ilmuwan Stanford Pakai AI untuk Sempurnakan Tekstur Daging Nabati

Tim ilmuwan di Stanford mengaku terkejut pendekatan baru yang melibatkan AI bisa menaklukkan tantangan bagi para produsen daging nabati selama ini.

29 November 2024 | 19.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan di Stanford University, AS, mengembangkan metode baru yang menggabungkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan teknik pengujian mekanik tiga dimensi untuk memodifikasi dan meniru tekstur daging berbasis tumbuhan. Metode ini bertujuan untuk mempercepat pengembangan produk daging nabati yang dapat menarik lebih banyak konsumen daging hewani untuk beralih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendekatan baru ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas produk berbasis tumbuhan, terutama dalam hal tekstur, yang selama ini menjadi tantangan bagi produsen daging buatan atau daging nabati. “Kami terkejut menemukan bahwa produk berbasis tumbuhan saat ini dapat mereproduksi seluruh spektrum tekstur daging hewan,” kata Ellen Kuhl, profesor rekayasa mekanik dan penulis utama penelitian ini, seperti dikutip dari Stanford Report, Jumat 29 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa beberapa produk nabati telah berhasil meniru tekstur daging hewan. Mereka memberikan harapan baru bagi industri daging nabati yang terus berkembang untuk membuat produk-produk yang lebih menggugah selera bagi konsumen yang selama ini memilih daging hewan.

Tim peneliti menggunakan pengujian mekanik untuk menganalisis tekstur delapan produk, termasuk hot dog dan sosis berbasis hewan dan nabati, serta tahu, untuk mengukur respons setiap produk itu terhadap tekanan, tarikan, dan gesekan. Setelah itu, data tersebut dianalisis menggunakan AI untuk menghasilkan persamaan yang menggambarkan sifat tekstur daging tersebut.

“Hot dog dan sosis berbasis tumbuhan menunjukkan hasil yang sangat mirip dengan daging hewan dalam pengujian tarik, dorong, dan geser,” kata Skyler St. Pierre, mahasiswa PhD di bidang rekayasa mekanik dan penulis utama lainnya dalam penelitian ini. Dia menyambung, “Ini menunjukkan bahwa kita bisa mengembangkan produk nabati yang tidak hanya lebih lezat, tapi juga lebih mirip dengan daging asli.”

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai bagaimana produk nabati dapat ditingkatkan agar lebih mirip dengan daging asli. “Itu luar biasa karena sekarang kita dapat menggunakan mesin untuk melakukan uji yang kuantitatif dan sangat dapat direproduksi,” kata Kuhl menambahkan.

Dengan kemampuan AI untuk memprediksi tekstur makanan, tim peneliti percaya bahwa proses inovasi dapat dipercepat, yang pada akhirnya dapat membantu menciptakan alternatif daging yang lebih realistis dan diterima oleh pasar yang lebih luas. “Alih-alih menggunakan pendekatan coba-coba, AI memungkinkan kami untuk menghasilkan resep yang lebih efisien dan lebih tepat untuk produk daging berbasis tumbuhan,” tutur St. Pierre.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus