Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Ilmuwan Ungkap Temuan Baru Soal Hubungan Orang Kidal dengan Kemampuan Kognitif

Sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal ilmiah Scientific Reports berfokus pada asimetri pengenalan emosi dan penggunaan tangan, termasuk kidal.

12 November 2024 | 08.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan riset oleh American Psychological Association (APA), sekitar 10,6 persen orang di dunia bertangan kidal. Sejumlah penelitian lama menunjukkan bahwa kidal dapat terkait dengan kemampuan artistik atau kecerdasan sementara sebagian besar penelitian terbaru tidak menunjukkan hubungan tersebut. Namun, kidal bukanlah satu-satunya bentuk asimetri kiri-kanan yang ditunjukkan orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Satu gagasan yang telah dikemukakan adalah bahwa bukan kidal itu sendiri yang terkait dengan kemampuan kognitif, tetapi bagaimana asimetri ini didistribusikan di otak. Untuk menyelidiki hal ini, hubungan kidal dengan kemampuan kognitif perlu diselidiki dengan mempertimbangkan asimetri lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melansir Psychology Today, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Scientific Reports berfokus pada asimetri pengenalan emosi dan penggunaan tangan. Studi yang dilakukan ilmuwan Georgina Donati dari University of Oxford Bersama tim penelitinya menjadikan pengunjung The Science Museum di London sebabagi subjek pengujian.

Untuk menguji apakah pengunjung museum lebih terampil dengan tangan kiri atau kanan mereka, para peneliti menggunakan metode pegboard. Dalam metode ini, pengunjung museum harus memindahkan patok kecil berwarna ke dalam lubang di papan secepat mungkin dengan masing-masing tangan. Dengan mengukur tangan mana yang lebih cepat, dapat ditentukan apakah seseorang kidal atau tidak.

Selain itu, dilakukan pula tes wajah chimeric dilakukan. Dalam tes ini, pengunjung museum harus melihat gambar wajah yang menunjukkan emosi di bagian kiri atau kanan wajah sementara bagian itu netral secara emosional. Para relawan harus menilai ekspresi emosi yang ditunjukkan wajah-wajah itu. Dengan membandingkan seberapa ekspresif mereka menilai emosi yang ditunjukkan di bagian kanan atau kiri wajah, dapat ditentukan apakah orang menunjukkan bias sisi kiri atau kanan untuk pengenalan emosi.

Selain itu, pengunjung museum melakukan tes kefasihan bahasa dan mengisi kuesioner autisme tentang kesulitan sosial. Mereka juga memberikan informasi tentang diagnosis autisme atau ADHD yang dilaporkan sendiri.

Hasilnya, seperti yang sudah diperkirakan, ilmuwan menemukan bahwa kebanyakan peserta tidaklah kidal. Selain itu, kebanyakan orang menganggap wajah dengan separuh wajah kiri yang emosional lebih ekspresif daripada wajah dengan separuh wajah kanan yang emosional. Bias terhadap separuh wajah kiri terkait pengenalan emosi ini tercatat dengan baik dalam literatur ilmiah.

Para ilmuwan kemudian menganalisis bagaimana tangan kanan dikaitkan dengan keberhasilan dalam tugas papan pasak dan menemukan bahwa orang dengan tangan kanan sedang adalah yang paling berhasil, terlepas dari apakah mereka kidal atau tidak. Keberhasilan tugas juga dikaitkan dengan kelancaran berbahasa, yang menunjukkan bahwa mungkin ada efek berjenjang antara tangan kanan, keberhasilan tugas, dan kemampuan kognitif.

Para ilmuwan kemudian menguji lebih lanjut apakah profil lateralitas sukarelawan individu memiliki efek apa pun. Secara keseluruhan, 53 persen sukarelawan menunjukkan profil standar (kidal dan dominan kiri untuk pengenalan emosi visual). Sementara itu, 12 persen sukarelawan menunjukkan profil terbalik. Sebanyak 13 persen menunjukkan bias kiri untuk kedua tes dan 22 persen sukarelawan memiliki bias kanan untuk kedua tes.

Menariknya, profil terbalik dikaitkan dengan lebih banyak kesulitan sosial yang dilaporkan sendiri dan tingkat autisme dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang dilaporkan sendiri yang lebih tinggi. Para ilmuwan berpendapat bahwa orang dengan profil terbalik tidak selaras dengan rata-rata orang lain untuk kedua tangan dan lateralisasi emosional yang mungkin membuat mereka lebih sulit untuk mengatur waktu reaksi mereka dengan tepat terhadap isyarat sosial dan dengan demikian dapat menyebabkan kesulitan sosial.

Temuan ini menunjukkan bahwa mungkin bukan kidal atau tidaknya tangan itu sendiri yang relevan dengan kemampuan kognitif, tetapi lebih pada profil asimetri yang berbeda. Ini berarti bahwa untuk proyek-proyek mendatang tentang kidal dan kemampuan lainnya, penting bagi para ilmuwan untuk mempertimbangkan profil asimetri secara keseluruhan di luar kidal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus