Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Paceklik Peneliti Laut Dalam

Indonesia kekurangan peneliti laut dalam. Kehilangan potensi pengetahuan soal sumber pangan hingga penyerapan karbon.

 

25 Mei 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi penelitian bawah laut. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Jumlah peneliti dan penelitian laut dalam di Indonesia sangat minim.

  • Penelitian laut dalam dapat menguak pengetahuan soal penyerapan karbon, sumber pangan, obat-obatan, hingga bahan mineral.

  • Perlu perubahan paradigma perguruan tinggi, kemudahan izin riset, dan sosialisasi ke pelajar.

Meski berstatus negara maritim, Indonesia masih kekurangan ilmuwan terampil yang berfokus pada penelitian laut dalam. Kawasan ini masih amat jarang diteliti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Data Pusat Riset Laut Dalam (PRLD) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), per 2023, hanya ada sekitar 20 peneliti aktif di pusat riset ini. Dari jumlah tersebut, ada tiga yang sudah mendekati atau masuk masa pensiun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain jumlah peneliti, publikasi riset laut dalam dari Indonesia tak banyak yang sudah terbit sejak 5-10 tahun terakhir jika dibandingkan dengan publikasi terkait dengan riset di wilayah pesisir. Kondisi ini amat disayangkan. Seharusnya Indonesia memiliki lebih banyak peneliti yang melakukan pengkajian ilmiah mengenai laut dalam. Masalah yang sama juga dihadapi negara-negara berkembang lainnya yang memiliki wilayah laut dalam.

Kawasan laut dalam memiliki karakter kedalaman 200 meter atau lebih, bertekanan air (hidrostatis) tinggi, tak tertembus cahaya, dan bersuhu amat dingin -4 derajat Celsius (kecuali di Laut Mediterania yang bersuhu 13 derajat Celsius sepanjang tahun dan ada yang bersuhu tinggi 60-464 derajat Celsius di lokasi tertentu).

Ilustrasi penelitian air laut. Shutterstock

Kawasan laut dalam layak diteliti karena memiliki beraneka manfaat jasa ekosistem yang menopang kehidupan di bumi, seperti penyerapan karbon, sumber pangan, obat-obatan, dan bahan mineral. Keberadaan makhluk hidup di laut dalam juga layak ditelusuri agar kita mendapat pengetahuan seputar adaptasi mereka di lingkungan ekstrem.

Sekitar 70 persen dari total wilayah laut Indonesia tergolong laut dalam (analisis data batimetri Indonesia, Badan Informasi Geospasial). Lebih dari separuhnya berada di kawasan timur, meliputi Laut Banda, Laut Arafura, Laut Seram, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Sulawesi, Laut Flores, Laut Sawu, Laut Timor, dan Samudra Pasifik di bagian utara Papua. Dua wilayah laut dalam lainnya berlokasi di bagian barat Indonesia, yakni Samudra Hindia di sebelah barat Pulau Sumatera dan di selatan Pulau Jawa.

Sebagai ilmuwan yang berkiprah di penelitian laut dalam, saya mengusulkan beberapa solusi: perbaikan di institusi pendidikan tinggi, kolaborasi penelitian, dan edukasi publik. Langkah ini bisa dilakukan pemerintah, perguruan tinggi, dan institusi riset untuk memperbaiki persoalan jumlah serta iklim riset laut dalam di Indonesia.

Peningkatan intensitas dan kualitas riset diperlukan untuk lebih memahami ekosistem laut dalam. Pemahaman yang lebih baik merupakan dasar pengambilan keputusan berbasis sains yang holistik terkait dengan manajemen sumber daya laut dalam.

1. Memupuk Minat Ilmuwan Laut Dalam Sejak Dini

Sektor pendidikan tinggi Indonesia mesti berkontribusi mengenalkan laut dalam Indonesia dan segala potensinya dari pendidikan sarjana. Saat ini, pengenalan laut dalam kepada mahasiswa, khususnya di jurusan ilmu kelautan, amatlah kurang.

Hal ini merupakan refleksi dari pengalaman saya sebagai mahasiswa sarjana program studi ilmu kelautan salah satu universitas negeri tertua di Provinsi Maluku. Selama empat tahun pendidikan (1995-1999), saya tidak ingat pernah belajar tentang laut dalam atau bahkan mengetahui informasi soal Palung Weber, palung terdalam di Indonesia yang ada di Laut Banda, Maluku.

Dua dekade kemudian, tidak banyak yang berbeda. Dalam diskusi kelompok terpumpun tentang pengembangan kurikulum pendidikan doktor ilmu kelautan di universitas yang sama pada awal Mei 2023, misalnya, saya mengamati bahwa tidak satu pun mata kuliah dalam kurikulumnya yang secara eksplisit menyebutkan mengenai laut dalam.

Kondisi ini memprihatinkan. Pendidikan doktoral semestinya menjadi ujung tombak untuk menghasilkan kebaruan ilmu laut dalam. Apalagi, sebagai wilayah yang masih jarang dipelajari, laut dalam berpotensi menghasilkan banyak ilmu pengetahuan baru yang relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di Maluku.

Peluang pelatihan bagi peneliti dan mahasiswa muda Indonesia, baik lokal maupun di luar negeri, sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas riset laut dalam, seperti yang dilakukan dalam program Deep Ocean Early-career Researchers. Skema bimbingan dari akademikus yang lebih berpengalaman (mentorship) juga penting untuk menginspirasi generasi selanjutnya dalam menekuni penelitian laut dalam.

Ilustrasi penelitian bawah laut. Shutterstock

2. Kolaborasi Penelitian

Kolaborasi riset, terutama dengan pihak luar negeri, sangat berguna dalam meningkatkan kapasitas peneliti agar terjadi interaksi dan transfer ilmu pengetahuan ihwal laut dalam.

Ada setidaknya dua kolaborasi riset dengan pihak luar negeri tentang laut dalam yang sudah dilakukan dalam setidaknya lima tahun belakangan. Contoh pertama adalah TRIUMPH (Transport Indonesian Seas, Upwelling, and Mixing Physics) (2017-2022). Kegiatan ini merupakan kolaborasi PPLD LIPI; First Institute of Oceanography of China; dan University of Maryland, Amerika Serikat.

TRIUMPH berfokus pada fisika kelautan, terutama pada proses-proses pengangkutan, pengangkatan (upwelling), dan percampuran (mixing) massa air laut. Pemahaman proses-proses ini berdampak pada pengambilan keputusan tentang mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, pengelolaan sumber daya perikanan, prakiraan cuaca, serta manajemen bencana.

Kolaborasi kedua adalah proyek SJADES (South Java Deep-Sea Biodiversity Expedition), ekspedisi bersama antara Indonesia dan Singapura pada 2018 di perairan selatan Jawa dan berfokus pada keanekaragaman hayati laut dalam. Ekspedisi ini menghasilkan temuan-temuan spesies baru laut dalam yang dipublikasikan di Raffles Bulletin of Zoology pada 2021.

3. Menjangkau Anak Muda

Solusi lainnya adalah menjangkau generasi muda melalui berbagai media: dari seni, media sosial, hingga buku. Konten ini harus disajikan dalam bahasa dan gambar yang mudah dipahami.

Pengenalan tersebut penting agar mereka mengetahui keberadaan dan potensi laut dalam sedini mungkin. Harapannya, mereka tertarik mempelajari lebih dalam ihwal laut dalam.

Sebagai contoh, sebuah kanal edukasi Kok Bisa pernah membahas misteri apa saja yang ada di laut dalam. Sejak ditayangkan pada enam tahun lalu, video tersebut sudah ditonton sebanyak 3,9 juta kali. Angka itu seharusnya bisa menjadi indikator keingintahuan publik mengenai laut dalam.

Sosialisasi riset laut dalam sebenarnya pernah dilakukan oleh peneliti PPLD LIPI (kemudian menjadi PRLD BRIN) kepada para siswa SMP dari Raja Ampat, Papua Barat, dan sekitarnya dalam kegiatan Sail Raja Ampat pada 2014. Namun sosialisasi yang dilakukan masih jauh dari memadai, baik dari segi intensitas maupun kualitas. Pemerintah melalui BRIN membutuhkan kerja sama dengan banyak pihak terkait dan lintas disiplin untuk menyebarkan konten seputar laut dalam yang berkualitas serta mudah dipahami.

Selain tiga langkah di atas, pemerintah perlu mengatasi banyak tantangan lainnya, terutama infrastruktur dan pendanaan penelitian laut dalam yang terbatas, masih berbelitnya birokrasi perizinan peneliti asing mitra, pemakaian teknologi ataupun peralatan, serta penggunaan data bersama.

Harapannya, peneliti laut dalam bisa lebih banyak dan lebih aktif menyingkap misteri laut dalam di Tanah Air.

---

Artikel ini ditulis oleh Yosmina Tapilatu, peneliti di Pusat Riset Laut Dalam, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Terbit pertama kali di The Conversation.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus