Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di depan Istana Merdeka, para pemburu rayap itu termangu. Mereka bukan- pemburu rayap biasa. Mereka adalah profesor, doktor, dan master ahli rayap- dari Institut Pertanian Bogor yang sudah enam tahun berperang melawan jutaan ”gerilyawan” rayap. Tim pemburu rayap itu dipimpin Profesor Surjono Surjokusumo dan Profesor Rudolf Christian Tarumingkeng. Mereka datang ditemani Yudi Rismayadi, Naresworo Nugroho, Niken Subekti, Farah Diba, dan Arinana. Kali ini tugas mereka membersihkan Istana Merdeka.
Namun, mereka sedikit kecewa karena bekas-bekas rayap yang membuat ambrol langit-langit ruang tamu istana itu telah bersih. Jadi, agak sulit mencari jejak rayap. ”Mereka bersembunyi, tetapi ini masih merupakan ancaman, karena Coptotermes termasuk rayap yang bisa menembus tembok,” papar Surjono, arsitek Institut Teknologi Bandung yang hijrah ke IPB untuk menekuni rayap.
Istana Merdeka meskipun merupakan bangunan yang kukuh—umurnya setidaknya dua abad—tetap bisa ditembus rayap. Menurut Surjono, rayap di istana datang menyerang plafon yang kayunya bertahun-tahun terkena rembesan air hujan. Rembesan itu menumbuhkan jamur: salah satu menu favorit rayap. Selain itu mereka masuk melalui rekahan tembok atau celah untuk kabel listrik dan saluran air. ”Bangunan istana ini sudah akut diserang rayap,” kata Yudi.
Setelah hasil kajian survei dikumpulkan, Jumat pekan lalu, tim ahli rayap IPB akan melakukan presentasi cara memberantas rayap di Istana Merdeka. Rencananya ada dua serangan yang akan dilakukan, yakni penyemprotan dan menggunakan umpan rayap.
Untuk penyemprotan mereka menggunakan bahan penghambat pertumbuh-an kulit. Sedangkan umpannya adalah umpan yang ramah lingkungan yang terbuat dari udang tapi bisa membunuh protozoa dalam usus rayap. Protozoa ini biasanya bertugas mengurai bubuk kayu menjadi selulosa.
Umpan ini akan dipasang terus-menerus sampai koloni rayap habis. Metode yang disebut Sentricon Colony Elimination System ini ampuh membasmi koloni rayap dalam 195 hari. Tahap selanjutnya adalah memantau keberadaan ra-yap setiap enam bulan sekali.
Metode umpan ini biasanya butuh biaya sekitar Rp 8 sampai 10 juta untuk bangunan tipe 120 meter persegi, sudah termasuk stasiun umpan dan biaya pemeliharaannya. Untuk Istana Merdeka, jelas biayanya lebih besar. Maklum, ada jutaan ”musuh” yang bercokol di atas ruang kerja Presiden itu.
Deffan Purnama (Bogor)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo