ADA jantung cangkokan, dan Insya Allah, bakal ada jantung
buatan -- yang bisa dipasang di dada anda.
Setidaknya itulah harapan Dr. Robert K. Jarvik, asisten profesor
bidang penelitian ilmu bedah dan bioteknik dari Universitas
Utah, Amerika Serikat.
Di laboratorium Fakultas Kedokteran universitas di Salt Lake
City itu, Dr. Jarvik bersama sejumlah rekannya menjalankan suatu
program penelitian yang paling ambisius dalam mengurusi orang
berpenyakit jantung mengembangkan jantung buatan. Pekan lalu
Jarvik-7, satu antara sejumlah jantung buatan yang dirancang Dr.
Jarvik, bahkan sudah berdenyut lebih delapan bulan. Siang malam,
tanpa henti.
Jantung buatan (seperti halnya jantung asli) pada pokoknya ialah
sebuah pompa. Tapi ia harus mampu bekerja seumur hidup tanpa
gagal. Kalau macet 10 detik saja, pemakainya pasti pingsan. Maka
pembikinannya harus sempurna betul. "Sebuah dengan buatan yang
mutunya lumayan, masih bisa digunakan," ucap seorang rekan
Jarvik, "tapi jantung buatan yang sekedar lumayan, tidak
terpakai."
Anak Sapi
Juga bahannya tidak boleh mempengaruhi atau merusak darah yang
disalurkannya -- sebanyak 7 liter setiap menit selama sisa hidup
pasien pemakai. Ukuran seluruhnya juga tak boleh melebihi
besarnya jantung asli yang digantikannya.
Mengatasi semua problem itu, para ahli cukup pusing selama
bertahun-tahun. Baru sekarang tim peneliti dalam program jantung
buatan itu merasa sudah ada harapan untuk meningkatkan percobaan
dengan hewan ke percobaan dengan manusia.
Sejak beberapa bulan jantung buatan itu memang sudah pula
dipasang dalam dada sejumlah anak sapi dan seekor domba. Tidak
jauh dari bangunan laboratorium, hewan itu tenang mengunyah
makanan mereka di kandangnya. Salah satu anak sapi yang diberi
nama Alfred Lord Tennyson -- nama penyair Inggris -- sampai
pekan lalu sudah hampir setahun hidup, ditunjang jantung buatan
itu. Di atas kandangnya tertulis The Champ (Sang Juara).
Jantung buatan Jarvik-7 itu meniru bentuk dan fungsi jantung
asli. Ia terdiri dari 2 atrium (ruang penerima darah) dan dua
ventrikel (ruang pompa), seluruhnya terbuat dari bahan
poliuretan. Sehelai diafragma dalam kedua ventrikel itu -- kiri
dan kanan -- digerakkan secara pneumatis dengan udara
berkompresi. Setiap pulsa mendorong darah keluar secara
bergantian dari kedua ventrikel itu. Ventrikel kanan mengirim
darah ke paru untuk dibekali oksigen. Ventrikel kiri mendorong
darah segar itu melalui aorta ke seluruh tubuh.
Tapi dalam tahap kini, ada hambatan besar: sumber tenaga yang
menjalankan jantung buatan itu tak bisa dipindah-pindah. Hewan
percobaan tidak bisa meninggalkan kandangnya, karena terikat
pada peralatan kompresi udara dan sumber listrik. Cara seperti
itu tentu sukar diterapkan pada seorang pasien, kecuali untuk
sementara waktu, misalnya dalam keadaan darurat.
Sekalipun bisa dikembangkan peralatan kompresi udara yang dapat
diangkut, pipa besar yang menyalurkan udara bertekanan itu ke
jantung dalam rongga dada, sangat mengganggu. Juga risiko
infeksi besar sekali di tempat pipa itu memasuki dada.
"Mungkin saja banyak orang bersedia menerima kondisi semacam itu
jika pilihan lain baginya hanya maut," ucap Jarvik. "Tapi
mestinya tidak begitu." Atau kata Dr. John Ketteringham, ahli
analisa kesehatan dari perusahaan konsultan Arthur D. Little,
"Masih dibutuhkan beberapa tahun lagi sebelum bisa disaksikan
pemanfaatan secara klinis berbagai peralatan itu, karena problem
yang berkaitan dengan sumber tenaga."
Memang soal pokok sekarang ialah teknologi sumber tenaga itu.
Namun saat ini Dr. Jarvik dan rekannya di Universitas Utah
bekerjasama dengan Milton Issacson dari Nu-Tech Inc.,
mengembangkan suatu alat konversi tenaga elektrohidraulis.
Alat ini sangat kecil dan mekanismenya sederhana. Ia bisa
ditempatkan dalam rongga dada tanpa mengganggu organ lain.
Beratnya hanya 85 gram dan membutuhkan ruang hanya 30 cm3.
Sebagai sumber tenaga, alat itu menggunakan baterai yang
berkekuatan arus listrinya dikendalikan komputer mikro. Baterai
itu beratnya sekitar 2 kg, dan bisa dipakai di pinggang atau
dengan rompi. Melalui kabel kecil yang menembus dada ia bisa
dihubungkan dengan si jantung buatan.
Sumber tenaga jantung bbatan seperti itu memungkinkan pasien
bebas bergerak. Tapi jangan tergesa-gesa: ia baru dites pada
hewan dan pada model jantung dalam laboratorium. "Saya tidak
membayangkan penggunaannya sebelum tahun 1990-an," kata Jarvik.
Itu pun bila satu masalah bukan teknis bisa diatasi: cukupnya
dana untuk menunjang program pengembangan jantung buatan total.
Sebab Dewan Kardiologi dari National Heart, Lung and Blood
Institute (Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah) di AS,
berpendapat lain. Institut itu -- yang terutama menyediakan dana
pemerintah federal buat riset di bidang jantung -- terutama
mendukung program pengembangan sebuah alat yang disebut LVAD,
yang menunjang fungsi ventrikel kiri (LVAD -- Left Ventricle
Assistance Device).
LVAD mengambil alih tugas ruang bawah jantung asli, yang
menjalankan hampir 80% seluruh pekerjaan bagian ini biasanya
merupakan bagian yang paling terlibat berbagai kegagalan kerja
jantung manusia.
Tapi juga LVAD itu masih jauh dari sempurna dan harganya cukup
mahal. Lima tahun terakhir memang sudah lebih 200 kali LVAD
dipasang pada pasien jantung. Tapi alat ini tidak bisa
mempertahankan hidup pasien itu selama waktu yang berarti.
Menurut Thermo Electro Corp. di Wallham, Massachusets,
perusahaan yang terutama mengembangkan LVAD itu, masih
dibutuhkan 6 sampai 7 tahun lagi sebelum peralatan itu bisa
menjangkau jumlah pasien yang secara ekonomis berarti, misalnya
50.000 pasien setahun.
Sebagian besar dana pemerintah juga disalurkan pada program
pengembangan jantung nuklir. Sejak 1968, 3 perusahaan telah
dikontrak untuk itu. Sasarannya ialah menghasilkan sebuah
jantung buatan yang dapat dimasukkan seluruhnya ke dalam rongga
dada dan mampu bekerja minimal selama 10 tahun tanpa tergantung
sumber tenaga dari luar. Berbagai sistem yang dikembangkan,
memanfaatkan panas yang dihasilkan isotop radioaktif Plutonium
238. Panas ini kemudian menjalankan mesin kecil tipe Rankine
atau termokompresi. Mesin itu pada gilirannya menjalankan pompa
darah secara pneumatis, hidraulis atau mekanis.
Tapi juga jantung nuklir itu tidak mencapai sukses. "Saat ini
pengembangan tidak lagi diusahakan betul," ucap Dr. John Watson,
Kepala Divisi Peralatan dan Teknologi Institut Nasional itu. Tak
satu pun jantung buatan bertenaga nuklir dalam percobaan,
berhasil menunjang hidup hewan percobaan melebihi dua hari.
Debaran Enak
Sejarah penelitian membuat jantung buatan total dimulai oleh Dr.
William J: Kolff dan Tetsuo Akutsu di tahun 1957. Kedua
peneliti itu untuk pertama kali memasukkan jantung buatan total
terbuat dari polivinilkhlorida, ke dalam tubuh seekor anjing.
Di tahun 1968, ada perkembangan baru: pertama kali sebuah
jantung buatan total dimasukkan ke dada seorang pasien oleh Dr.
Denton A. Cooley dari Institut Jantung Texas. Jantung ini
digerakkan secara pneumatis. Selama 64 jam kehidupan pasien itu
bisa ditunjang, sampai saat tersedia jantung asli dari seorang
donor untuk dicangkokkan.
Memang upaya itu semata-mata dijalankan untuk memperpanjang
waktu mencari jantung dari donor itu. Mesin jantung-paru
konvensional, yang biasanya dipakai selama operasi jantung, tak
bisa menjamin waktu selama itu.
Tapi sejak itu tak pernah ada lagi upaya yang semacam. Bila ada
kelak, seperti yang diharapkan tim di Universitas Utah,
tujuannya pasti lebih luas. Jantung buatan itu harus
menggantikan jantung asli pasien secara permanen, menjamin
kehidupan normal sampai ajal tiba.
Tapi kapan percobaan dengan tubuh manusia dimulai? Akhir Januari
yang lalu tim di Utah itu sudah mendapatkan persetujuan pimpinan
universitas untuk menggantikan jantung asli seorang pasien.
Syaratnya hanya jika tidak ada kemungkinan lain bagi si pasien
kecuali maut. Dr. Kolff pertengahan bulan lalu juga sudah
mengajukan permintaan izin kepada FDA (Food and Drug
Administration --Badan Pengontrolan Makanan dan Obat di AS).
Izin FDA itu mutlak perlu, dan merupakan langkah terakhir dalam
prosedur, sebelum jantung buatan hasil penelitian 20 tahun bisa
digunakan untuk menyelamatkan nyawa seorang pasien. Dengan
debaran yang enak, tentu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini