Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali Belum Lepas dari Ancaman Hujan Persisten

Menurut peneliti BRIN, kalau hari-hari ini hujan dirasakan berkurang, bukan berarti musim badai sudah berlalu.

28 Desember 2024 | 23.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kondisi persawahan terendam banjir di Baureno, Bojonegoro, Jawa Timur, 18 Desember 2024. Ratusan hektare lahan pertanian di kawasan itu terendam banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo . ANTARA/Muhammad Mada

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wilayah Indonesia telah lepas dari pengaruh bibit siklon tropis 98S yang memberikan efek hujan ekstrem ataupun persisten (hujan intensitas tinggi karena terjadi menerus). Bibit siklon itu tumbuh menjadi siklon tropis namun menjauh dari posisinya semula di sebelah barat daya Sumatera per Jumat 27 Desember 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkap itu saat dihubungi pada Jumat. Dia yang sebelumnya juga mengungkap adanya bibit siklon baru yakni 99S di sebelah barat daya Banten sebagai sisa-sisa peluruhan yang terbentuk kembali. "Posisi mereka menjauh," kata Erma.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Disampaikannya pula kalau suhu permukaan laut di pesisir selatan Jawa Barat, Banten, dan Sumatera bagian selatan sudah relatif normal. Hasil pemantauannya menunjukkan tidak ada lagi anomali positif yang berlebihan. "Siklon bergerak menuju perairan yang lebih hangat, ke tengah Samudera Hindia," katanya, Jumat.

Update badai siklon dekat wilayah perairan Indonesia per Kamis malam, 26 Desember 2024. Dok. BRIN.

Dalam wawancara awal bulan ini, Erma menyebut laut yang sedang memanas seragam telah ikut berperan memelihara sistem badai tropis dekat Indonesia. Anomali suhu muka laut di perairan Indonesia, kata Erma, terukur +2,0-2,5 dari suhu normalnya. 

Namun, penurunan suhu muka laut di Samudera Hindia sebelah barat daya atau selatan Indonesia tersebut belum diikuti di sebelah tenggara atau tepatnya di utara Australia. Anomali berupa air laut yang memanas +3 derajat masih terjaga di kawasan ini. 

Pada Jumat lalu, Erma mengungkap hasil pemantauan yang menunjukkan prakondisi vorteks atau pusat tekanan rendah baru di sana. "Posisi pusat tekanan rendah di selatan Jawa Timur, Bali, Lombok," kata Erma.

Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali Masih Diminta Waspada

Menurut profesor riset bidang klimatologi ini, kondisi tersebut akan memicu atau membangkitkan bibit siklon yang baru dan akan mewarnai cuaca ekstrem berikutnya hingga dasarian pertama (10 hari pertama) Januari 2025. Jawa Tengah dan Jawa Timur dimintanya waspada potensi kembali hadirnya hujan persisten. 

Begitu juga Bali dan bahkan, disebutkannya, sampai Sulawesi karena terjadinya penguatan angin baratan akibat kondisi terbaru ini.

Jadi kalau hari-hari ini hujan dirasakan berkurang, Erma mengatakan, bukan berarti musim badai sudah berlalu. "Justru sedang organisir di laut, belum mempengaruhi daratan," katanya. 

Musim Badai di Indonesia

Erma menyatakan sengaja menggunakan frasa 'musim badai'. Alasannya, dinamika yang ada sejak November lalu di mana sistem badai tropis terbentuk secara intensif di selatan maupun utara Indonesia. 

Tiga bibit siklon tropis saat terpantau berjejer di perairan selatan Indonesia. (BMKG)

Di selatan, tiga bibit siklon bisa terbentuk berjajar sekaligus. Di utara, Erma menyoroti Vorteks Borneo yang juga tak biasanya bertahan lebih dari lima hari. Vorteks Borneo kali ini bahkan bisa tumbuh menjadi bibit siklon tropis. "Ini juga rekor," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus