Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Teknologi & Inovasi

NASA Luncurkan Roket ke Aurora, Pelajari Dampak Geomagnetik di Atmosfer

Peluncuran roket NASA ini untuk mempelajari dampak fenomena geomagnetik tersebut terhadap atmosfer atas Bumi.

8 April 2025 | 14.35 WIB

Containerhouse, Lofoten , Norwegia. dok. Airbnb
Perbesar
Containerhouse, Lofoten , Norwegia. dok. Airbnb

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Dua roket milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) diluncurkan ke dalam aurora di langit Alaska pada 25 Maret lalu untuk mempelajari dampak fenomena geomagnetik tersebut terhadap atmosfer atas Bumi. Peluncuran ini juga menciptakan pertunjukan cahaya yang menakjubkan di langit utara Alaska.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Eksperimen ini merupakan bagian dari misi Auroral Waves Excited by Substorm Onset Magnetic Eventsatau AWESOME, yang dipimpin oleh tim peneliti dari University of Alaska Fairbanks (UAF). Dua dari tiga roket yang direncanakan berhasil diluncurkan dari Poker Flat Research Range, yang terletak di utara Fairbanks.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat melintasi aurora, roket-roket tersebut melepaskan semburan gas atau vapor tracers yang memunculkan cahaya warna-warni di langit dan dapat terlihat dari berbagai wilayah utara Alaska. Pergerakan gas ini direkam dari darat dan akan digunakan untuk mengukur angin atmosfer serta aliran partikel bermuatan di atmosfer atas dan ionosfer.

“Saya sangat senang karena kondisi memungkinkan kami untuk meluncurkan dan menjalankan eksperimen ini,” kata Mark Conde, peneliti utama dari Geophysical Institute sekaligus profesor fisika antariksa di UAF, dikutip dari laporan Space.com, Selasa, 8 April 2025. “Saya benar-benar sangat senang,” ujarnya menegaskan. 

Roket pertama yang diluncurkan adalah Terrier-Improved Malemute setinggi 42 kaki, disusul oleh Black Brant XII setinggi 70 kaki dengan empat tahap peluncuran. Keduanya melepaskan vapor tracers dan sensor tekanan di berbagai ketinggian selama berlangsungnya auroral substorm, yakni peningkatan intensitas aurora secara tiba-tiba dan singkat. Roket Malemute juga mencatat gangguan magnetik yang ditimbulkan aurora.

Instrumen kecil yang dilepaskan selama eksperimen ini akan membantu mengukur bagaimana energi dan momentum yang disalurkan ke termosfer tengah dan bawah Bumi melalui substorm aurora dapat mempengaruhi kestabilannya. Pemahaman terhadap interaksi antara atmosfer atas Bumi dan aurora, yang terbentuk dari partikel bermuatan matahari yang berinteraksi dengan medan magnet dan atmosfer Bumi, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam memprediksi cuaca antariksa.

Selama peluncuran, mahasiswa dan staf peneliti dari UAF ditempatkan di sejumlah titik pengamatan, seperti Utqiagvik, Kaktovik, Toolik Lake, Eagle, Venetie, dan Poker Flat, guna merekam eksperimen dari berbagai sudut pandang.

“Karena kami memiliki roket dua tahap yang dikerahkan di Alaska tengah dan roket empat tahap yang dikerahkan di lepas pantai utara Alaska, pada dasarnya kami menjalankan dua eksperimen pelacak independen secara bersamaan,” ujar Conde. “Dan karena lokasi kamera yang kami butuhkan benar-benar berbeda untuk masing-masing roket, kami memerlukan banyak lokasi kamera yang cerah secara bersamaan.”

Sementara itu, peluncuran roket ketiga, juga roket dua tahap Terrier-Improved Malemute, mengalami penundaan karena adanya masalah pada motor yang harus diperiksa. Tim NASA saat ini tengah menyelidiki gangguan kecil pada kabel salah satu tahap motor.

Roket ketiga direncanakan membawa pelacak tambahan yang perlu dilepaskan saat waktu fajar, ketika cahaya matahari di ketinggian bisa mengaktifkan vapor tracers, namun kondisi di permukaan masih cukup gelap agar kamera dapat menangkap responsnya terhadap pergerakan udara.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus