Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Jerengkan Mata, Melihat Keindahan

Stereogram tiga dimensi, teknik baru menyajikan gambar tiga dimensi, dapat dilihat dengan mata telanjang. penggemar stereogram marak di berbagai negara. teknik melihat sangat menentukan penampakan gambar itu.

19 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI sebuah toko buku di kawasan Blok M, Jakarta, beberapa pengunjung tampak mengerumuni sebuah poster berbingkai. Di bawah poster itu tertulis, Tyrannosaurus Rex. "Ini adalah gambar tiga dimensi dari sejenis dinosaurus. Untuk melihatnya, perlu konsentrasi," kata penjaga toko menjelaskan pada pengunjung. Memang tidak gampang menemukan dino di poster itu. Sebab, gambar itu hanya berupa titik-titik warna-warni tidak beraturan -- sepintas seperti alat tes buta warna. Maka, pengunjung pun pada penasaran untuk menemukan dino. Cukup lama mereka mengamati poster itu. Ada yang melihatnya sambil menjerengkan matanya, ada pula yang memaju-mundurkan kepala. Poster yang diamati pengunjung itu adalah sebuah gambar tiga dimensi hasil rekayasa komputer. Sebut saja namanya Random Dot Stereogram (RDS) atau stereogram tiga dimensi. Cukup banyak variasi gambar yang tersedia di toko-toko buku atau pasar swalayan. Ada gambar ikan hiu, kuda, pesawat terbang, dan lain- lain. Teknik menemukan gambar di balik kumpulan warna tidak beraturan itu memang tidak dapat ditempuh dengan sepintas. Beberapa petunjuk praktis, misalnya, jatuhkan fokus pandangan di belakang kertas. Atau sasaran pandang mata kiri dan kanan disilangkan di atas gambar. "Kalau sudah ketemu, saya kayak melihat dinosaurus di dalam sebuah akuarium. Jernih dan tiga dimensinya sangat jelas," kata Nita, salah seorang pengunjung yang berhasil melihat gambar dinosaurus tadi. Ini merupakan perkembangan baru. Dahulu gambar tiga dimensi hanya bisa dilihat dengan bantuan kaca mata dua warna, lensa merah di kiri dan lensa hijau di kanan. Gambar tiga dimensi stereogram itu dapat dilihat dengan mata telanjang. Prinsip dasar pembuatannya tidak jauh beda. Saat melihat sebuah objek, sebenarnya mata kiri dan kanan menghasilkan citra yang berbeda. Perbedaan itulah yang memungkinkan mata melihat bentuk tiga dimensi. Dengan pola gambar tertentu, perbedaan citra yang ditangkap kedua mata itu dapat dimanipulasi hingga sebuah gambar dua dimensi pada bidang datar dapat berubah menjadi gambar tiga dimensi. Prinsip RDS ini sebenarnya ditemukan sejak tahun 1960, tapi baru pada tahun 1979 diterapkan menjadi sebuah stereogram. Sejak itu, poster stereogram mulai beredar di Amerika Serikat - biasanya dijual di toko-toko peralatan sulap. Sejak akhir 1992, stereogram itu menjadi populer, setelah penerbit Shogakukan di Jepang mencetak buku kumpulan gambar stereogram. Tsuneo Nemoto, editor di Shogakukan, mulai tertarik pada stereogram ketika ia mendapatkan satu contoh poster. "Kami lalu membesarkan dan menganalisa pola acak dari stereogram itu," kata Nemoto. Setelah pola gambar itu diketahui, Nemoto membuat sendiri puluhan gambar RDS. Kumpulan RDS itu lalu dibukukan dan diterbitkan November 1992. Buku pertamanya sukses, langsung menjadi best seller di Jepang. Buku kedua yang dibuat Nemoto juga laris manis. Kedua buku RDS ciptaannya itu telah terjual lebih dari 700 ribu buah. Bahkan, buku Nemoto ini menimbulkan demam stereogram di Jepang. "Dalam lima juta tahun sejarah kehidupan manusia, baru kali ini ada sebuah permainan yang dibuat di dalam otak," kata Genpei Akasegawa, seorang penggemar stereogram di Jepang. Apa yang membuat orang tergila-gila pada stereogram? Orang yang baru melihat stereogram akan penasaran. Sebab, untuk melihat gambar yang tersembunyi itu bukan pekerjaan gampang. Namun, bila berhasil, biasanya menjadi ketagihan dan dengan bangga mengajari orang lain. "Kadang Anda bisa melihatnya, kadang tidak. Ada yang bisa cepat, tapi ada pula yang perlu berhari-hari. Setiap orang punya cara rahasia tersendiri untuk mencari gambar tersembunyi itu," kata Nemoto. Suksesnya penjualan buku itu mengundang penerbit lain untuk membuat buku yang sama. Di Jepang kini sudah lebih dari 30 buku RDS diterbitkan. Demam stereogram itu kini juga mulai melanda Korea Selatan, Taiwan, dan Asia Tenggara. Di Indonesia, stereogram masuk pasar Oktober lalu. Poster yang sering ditemukan di toko-toko, penerbitnya tertulis: "Magic Eye, N.E. Thing Enterprises". Selembar stereogram berukuran 61 cm x 43,5 cm dijual Rp 12.500, atau yang berukuran kartupos Rp 1.000. Menurut Dedi Cahyadi, Ketua Primkopad Diktum yang menjadi penjualnya, yang paling laris adalah poster. Dalam empat bulan, terjual 2.000 lembar. Penggemarnya memang marak. Misalnya Didi Karnadi, karyawan perusahaan periklanan di Jakarta, yang sudah sejak sebulan lalu menggemari stereogram. Pada mulanya, ia memang agak sulit menemukan gambar tersembunyi itu. Setelah berhasil melihat penampakan keindahan gambar tiga dimensi itu, ia pun menikmatinya. "Saya seperti masuk ke sebuah dunia yang lain," katanya. Kini Didi sudah ketagihan dan mengoleksi puluhan poster stereogram dengan berbagai gambar. Di Jepang sendiri teknologi stereogram terus berkembang. Kini Nemoto menemukan generasi terbaru. Bentuknya tidak lagi titik- titik warna teracak, tapi sudah seperti potret biasa. Ada stereogram bergambar sebuah perahu di sungai dengan latar belakang hutan yang lebat. Jika daun-daun di hutan itu dicermati, akan muncul gambar burung-burung terbang dalam tiga dimensi. Atau, misalnya, dua gambar wanita setengah bugil berdampingan yang membelakangi Anda. Dengan teknik memandang stereogram, Anda dapat melihatnya hanya satu gambar. Dan tiba- tiba, mata Anda serasa persis di belakang bokongnya. Anda pun dapat mencobanya. Dua gambar di halaman ini, yang satu menyembunyikan bintang berkilau-kilauan, dan yang lainnya ikan hiu. Namun, hendaknya ingat nasihat Nemoto: "Jangan terlalu memaksa mata Anda terus-menerus." Cobalah. Bambang Sujatmoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus