DUA kali perampokan terakhir ini di akarta tampak mendatangkan
hikmah bagi sejumlah perusahaan alat pengaman. Antara lain NV
Mugi, Technodev Inti Utama, Sumbertek, Motorola, Gapura Karya
dan Komtelindo Utama memperagakan produk masing-masing pekan
lalu. Sebagian besar alat itu dilengkapi komputer. Harganya
tidak dicantumkan, tapi cukup mahal.
"Soal harga dapat dirundingkan," ucap Pangkopkamtib, Laksamana
Sudomo. "Jangan lupa komisi untuk saya," sambungnya secara
berkelakar.
Walaupun tanpa komisi, Pangkopkamtib pada hakekatnya ikut
mempromosikan alat pengaman. Bahkan ia mendesak supaya pemakaian
alat pengaman diperbanyak terutama di berbagai bank dan
perusahaan penukar uang. "Saya harap ini dilaksanakan," ucapnya
di depan sekitar 300 pengusaha dan bankir yang diundang
berkumpul di Kolak Metro Jaya. Untuk itu Sudomo memberi waktu
satu bulan. "Kualitas kejahatan sekarang meningkat," katanya
lagi.
Sarung Bantal
Tiga bulan lalu PT Sinar Iriawan kena rampok. Pekan lalu lima
perampok berhasil pula menggait uang -- baik dalam rupiah maupun
valuta asing -- sebanyak Rp 200 juta dari PT Sri Kandi. Keduanya
money changer, menjalankan bisnis tukar-menukar uang. Dan
keduanya tergolong empuk bagi perampok.
Umumnya perusahaan penukar uang di Jakarta tadinya tidak
memikirkan keamanan. Bahkan, seperti diungkapkan Dan Kores 71,
drs. Hindarto, ada di antara mereka yang belum punya brankas,
tempat menyimpan uang. "Ada yang simpan uangnya dalam sarung
bantal," kata Sudomo agak menyindir.
Pengaman yang paling sederhana adalah tombol dan kickbar di
bawah meja. yang bisa ditekan atau ditendang bila terjadi
bahaya. Ia membunyikan alarem. Yang lebih kompleks adalah
billtrap atau money clip. Bila setumpuk uang yang terletak di
atas alat ini diambil semua, alarem akan berbunyi, kecuali
disisakan selembar sebagai isolasi. Semua itu sudah umum
dipergunakan. Juga penjahat ulung sudah mengetahuinya.
Yang lebih rumit lagi adalah yang membunyikan alarem bila
terjadi perubahan dalam keadaan atau lingkungan normal. Misalnya
alat yang mempergunakan sel foto-elektrik yang peka terhadap
perubahan cahaya. Bila ada seorang atau benda melintasi
jangkauan alat ini, segera alarem akan terpelatuk. Golongan ini
termasuk peka terhadap asap, panas, suara, gerak, getaran dsb.
Semua peralatan ini dapat diatur dengan nilai konstan. Bila itu
terlampaui, akan terjadi suatu perubahan voltase yang pada
gilirannya akan mengaktifkan bunyi alarem di suatu tempat yang
dikehendaki. Peralatan semacam ini dapat dipasang misalnya di
pagar, pintu, jendela, pintu brankas atau dalam ruangan --
bertujuan mensiagakan petugas keamanan melalui alarem.
Jenis lain yang menarik perhatian adalah yang oleh pengusahanya
dinamakan RAPID. Sistem ini pada pokoknya suatu jaringan
komunikasi yang dikaitkan dengan peralatan alarem. Ini akan
berbunyi di ruangan Satpam (kesatuan pengaman) perusahaan itu
dan sekaligus di sentralnya yang terpasang di Kodak Metro Jaya.
Ny. Roselin Yaman, Dir-Ut Technodev Inti Utama, yang mengageni
RAPID ini, memperkirakan biayan a bisa dipikul bersama oleh
bank dan perusahaan money change.
Tentu semua ini tak akan ada gunanya bila tidak didukung oleh
Satpam setempat atau pun polisi. Karena itu peralatan seperti
RAPID dikaitkan dengan Automatic Vehicle Monitoring System
(AVM), yang juga diimpor oleh Technodev Inti Utama. Kodak Metro
Jaya sedang mempertimbangkan untuk membelinya. Melalui AVM ini
mobil patroli dapat segera dikerahkan ke tempat kejahatan
terjadi.
Mengetahui apa yang terjadi dan siapa pelakunya tentu juga
sangat penting. Untuk itu teknologi mutakhir menyediakan Closed
Circuit Television (CCTV) yang dikaitkan dengan Video Recording
System. Peralatan ini memungkinkan petugas keamanan bergerak
lebih tepat dan siaga, sekaligus merekam semua kejadian, waktu
dan rupa pelakunya. Pelacakan kemudian, bila diperlukan, akan
lebih mudah dengannya.
Jelas di sini bahwa soal pengamanan pusat keuangan bukan soal
gembok dan tombol di bawah meja saja. Juga bukan alat lainnya
yang lebih rumit saja. Diperlukan suatu persoalan yang terpadu
yang mencakup sistem alarem dan Satpam, serta bahkan lokasi dan
arsitektur bangunan.
Banyak perusahaan, bahkan juga bank, belum mencantumkan hal ini
dalam daftar prioritas. Tapi ada kemungkinan suatu ketika soal
pengamanan tercantum dalam persyaratan untuk izin usaha. Sudomo
sudah menyinggung kemungkinan itu.
Konon PT Sinar Iriawan kini menyesal kenapa telah tidak memasang
alat pengaman. Dua bulan sebelum terjadi perampokan di situ,
Rudi Iriawan, pemilik perusahaan money changer itu dianjurkan
supaya memasangnya, menurut cerita dari sumber Technodev Inti
Utama.
Iriawan ketika itu menolak karena alasan mahal. Juga ia khawatir
kalau ibunya nanti lekas terserang panik, lantas menekan tombol
alarem. Kemudian polisi datang, dan langganannya pun akan
panik, demikian alasannya dulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini