Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Yang membaca nasib anda

Hariyadi s. hartowardoyo, suka duka sebagai peramal. (sd)

12 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR setiap orang ingin tahu nasibnya di masa datang. Ini menyebabkan tukang ramal, yang asli maupun yang gadungan, selalu dirubung. Dia harus menjawab masa depan setiap arang. Tapi mungkin sekali kemudian diikuti oleh tuntutan, kenapa ramalannya tak kunjung terbukti. "Karena saya pernah meramalkan orang akan ke luar negeri, setiap ketemu ia selalu menuntut kenapa belum juga berangkat," kata Hariyadi S. Hartowardoyo, seorang peramal yang pernah memegang rubrik astrologi di Harian KAMI. "Kalau ada pekerjaan lain, lebih baik berhenti menjadi peramal," kata Tjia Tjie Hoa (60 tahun), peramal yang sudah berpraktek selama 20 tahun. Kenapa? Ternyata karena hasilnya secara materiil tidak begitu sedap. "Kalau lagi hoki ada saja orang datang ke rumah, tapi sekarang saya lagi sial," ujarnya kepada TEMPO. Selama beberapa bulan terakhir ini katanya ia hanya memperoleh Rp 24 ribu dari hasil meramal. Setelah dibagi separo-separo dengan pengurus Vihara Budi Dharma, di Jalan Perniagaan Jakarta-kota tempatnya praktek. "Mungkin ini hukuman Tuhan karena saya membuka rahasia alam," ujarnya sedih. Isteri Kedua Profesi Tjia dimulai dengan memperhatikan seorang peramal lain. Ia kagum dan kemudian penasaran. Lalu ia membeli beberapa buku pelajaran meramal dalam bahasa Cina. "Selama 6 bulan siang-malam saya membaca buku ramal," ujar kakek yang sudah punya 3 cucu itu. Kemudian mulailah ia menggarap teman-temannya sendiri sebagai kelinci percobaan. Dalam tempo 3 tahun, kemudian ia mulai menerima pasien sesungguhnya. Sampai sekarang ia sudah 8 kali menebak secara telak batas usia orang. "Tapi sekarang biar orang mau bayar Rp 1 juta untuk menebak kapan matinya seseorang, akan saya tolak," ucapnya tegas. Tjia meramal dengan cara memperhatikan guratan garis telapak tangan. Kemudian meneliti bentuk wajah pasien. Kalau perlu, ia akan mengeluarkan kaca pembesar untuk meneliti, agar lebih jelas. Kebanyakan langganannya adalah kaum wanita. Yang remaja biasanya menanyakan soal jodoh, sedang yang berusia setengah umur menanyakan soal anak dan suami. "Kalau ibu-ibu biasanya bertanya tentang anaknya yang put hauw (tidak berbakti)," kata Tjia. Sejauh karirnya. Tjia hanya menjumpai orang-orang yang putus asa, kalut pikiran karena selalu dibetot kegagalan. "Jarang orang yang sedang jaya iseng-iseng datang minta diramal," ujarnya. Ditambahkannya "Paling sukar pasien orang intelek, harus pakai alasan ilmiah." Soal tarif Tjia hanya buka tangan saja. "Terserah mau dibayar berapa, saya terima," ujarnya. Ia pernah dibayar Rp 40 ribu. Tapi seringkali malah harus memberi ongkos pulang buat pasien. "Habis, kalau orang nggak punya uang apa harus dipaksa bayar," katanya. Khoe Jin Nyan (50 tahun), adalah peramal yang juga ahli membetulkan jam. Ia tinggal di Jalan Hidup Baru, Gunung Sahari Jakarta. Ia selalu tersenyum. Sejarahnya sebagai peramal dimulai sejak ia berbeda pendapat dengan ayahnya yang juga menjadi peramal. Ia sendiri sebenarnya tidak semata-mata meramal. Lebih cenderung sebagai penasihat rumah tangga dalam menghadapi soal-soal hidup. Khoe sering datang ke rumah tangga yang sedang ricuh. Di situ ia buka mulut panjang lebar. Tapi hasilnya sering bagus. Orang yang sedang cakar-cakaran bisa rujuk dan baik lagi. Padahal Khoe hanya bilang: "Yah daripada anda bercerai ada kemungkinan kalau kawin lagi akan menjadi istri kedua. Kan lebih baik tidak cerai?" Pasien yang diramalnya tidak melupakan Khoe begitu saja. Seringkali datang kembali membawa kejutan. Satu kali pernah muncul seorang pedagang yang lagi risau karena urusan bisnis. Setelah dapat wejangan Khoe, beberapa bulan kemudian ia muncul lagi dengan oleh-oleh kipas angin. Ada juga yang datang dengan tv berwarna. Khoe tidak pernah minta, tarif pun tidak ia tentukan. "Pokoknya terserah," ujarnya tenang. "Pasien yang janji-janji bagus, biasanya malahan tidak kembali biarpun ramalannya tepat," ujar Khoe. Khoe tidak mau membuka berapa hasilnya dari kerja meramal. Ia hanya bilang cukup untuk hidup dengan belasan anak. Tapi kemudian ia berkata: "Sebenarnya saya lebih senang sebagai tukang jam saja." Kenapa? Karena berhadapan dengan jam tidak banyak pusing dan pekerjaan pasti. Sedangkan meramal harus berhubungan dengan macam-macam manusia dengan segala persoalannya. "Capek sekali. Kalau malam-malam kadang terbayang muka orang," kata Khoe. Kemudian disambungnya: "Tapi saya puas kalau pasien saya pulang dari sini dengan hati yang gembira." Nyonya Lauren Natakusumah (48 tahun) adalah wanita kelahiran Belgia. Tadinya ia punya nama keluarga van Hooff. Ia menerima pasien biasanya di ruang khusus harian Berita Buana. Langganan harus mendaftar 1 bulan di muka pada sistennya. Tarif telah ditentukan. Untuk soal bisnis Rp 10 ribu. Pribadi Rp 5 ribu. Konsultasi penyakit Rp 3 ribu. "Itu pihak sponsor yang menentukan," kata nyonya peramal itu. Nyonya ini mengaku sejak usia 7 tahun sudah biasa meramal. "Seakan-akan saya melihat suatu bayangan seperti pertunjukan film," katanya menjelaskan. Jenis seperti ini biasanya dikenal dengan sebutan clairvoyance. Pada usia 16 tahun ia pergi ke Spanyol dan Prancis mencari ilmu kebatinan. Baru 4 tahun yang lalu, resmi sebagai peramal profesional, setelah 1 tahun kematian suaminya. Tadinya almarhum suami melarangnya meramal. Selain meramal Nyonya Natakusumah juga mempelajari berbagai ilmu -- seperti Subud. Ia meramal dengan perantara kartu remi, tarrot dan lanorman. Ia juga dapat menyembuhkan penyakit dengan bekal pejalaran kebatinan dari Sumedang, Jawa Barat. Ia sangat kesal kalau berhadapan dengan bapak-bapak yang minta jimat untuk "memelet" wanita agar dapat dijadikan istri kedua. "Apa dikira saya ini dukun?" ujarnya. Tapi karena ia tidak bisa marah, dengan berbagai alasan ia menjelaskan pada pasiennya bahwa hal tersebut tidak mungkin. Pada suatu hari datanglah ke rumahnya seorang ibu yang berputra 6 orang. Suaminya telah 6 tahun "main gila" dengan wanita lain. Ia minta bantuan. Nyonya Natakusumah memberikan nasihat-nasihat. Dengan bantuan sembahyang dan kontak telepati (dengan media foto suami, akhirnya keluarga yang nyaris berantakan itu dapat dipulihkan kembali. "Saya rasanya bahagia sekali, biarpun tidak terima sesen pun, asal berhasil," ujar peramal ini. Selain soal kericuhan keluarga, ada ibu yang datang mengadukan kebingungannya karena suaminya menghadapi masa persiapan pensiun. Ada pula seorang wanita usia 40-an yang jatuh cinta pada pemuda usia 26 tahun. Tapi cintanya tidak dibalas oleh Sang Arjuna karena mendapat tantangan dari keluarganya. "Setelah saya mengadakan kontak telepati dengan pria tersebut, saya merasa pria tersebut sudah tidak cinta lagi. Eh wanita tersebut marah sekali sambil menyatakan kesanggupannya untuk membayar berapa saja," kata Nyonya Natakusumah. Suatu ketika muncul pula di hadapan peramal bermata biru ini 2 orang lelaki. "Waktu masuk saya sudah merasa ini bukan kasus untuk ditolong," ujarnya. Ternyata benar. Tamu tersebut ternyata hanya ingin mencoba ilmu. Terpaksa ditolak dengan halus. Nyonya Lauren juga selalu menolak kalau diminta menyebutkan siapa pelaku suatu pencurian. "Saya kapok, sebab pernah 2 kali diancam oleh orang yang mencurinya," kata Lauren mengeluh. Sejak itu, kalau ada yang menanyakan masalah kehilangan barang, ia tidak pernah secara gamblang menunjuk siapa pelakunya. Cukup memberi tanda-tanda garis besar sambil berkata: "Silakan tebak sendiri, mungkin orang dalam dengan potongan tubuh seperti ini... Baby Huwae Pasien yang menanyakan soal politik, agama, suku dan judi juga tidak dilayani. Yang lebih sulit adalah sesuatu yang bisa diketahui tapi sulit untuk dikatakan. Misalnya soal musibah. "Paling ngeri kalau kita melihat gambaran bahwa orang yang kita kenal baik, keluarga ataupun teman, bakal mendapat musibah. Ini penderitaan saya. Mana bisa saya terangkan pada yang bersangkutan. Paling bisa juga saya panggil dan menasihatkan agar hati-hati," ujarnya. Nyonya peramal ini sudah memiliki anak gadis yang kini berusia 21 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah kontrakan, setengah tembok. Di ruang tamunya ada tv hitam-putih, sebuah tape recorder kecil. Tampak rumahnya terawat dengan baik. Ia mengku tidak punya murid. "Saya bukan guru," ujarnya, "apa yang ada pada saya pemberian Allah sejak kecil," ujarnya. Meramal Diri Sendiri Baby Huwae (42 tahun) bintang film dan peragawati tahun 60-an belakangan dikenal pula sebagai peramal. Ia aktif sejak 4 tahun yang lalu. "Bisanya tiba-tiba saja, waktu sedang nyepi di Batutulis Bogor," Baby mengungkapkan. Kebetulan pula waktu itu ada temannya yang memberinya kartu tarrot (kartu untuk meramal buatan Eropa). Pantas diketahui bahwa seorang kakak Baby juga seorang peramal. Bagi Baby meramal dalah pekerjaan yang sangat melelahkan. "Kemana-mana kita pergi selalu dihujani pertanyaan. Kadang-kadang sangat menjemukan," ucapnya. Memang selama menjadi peramal Baby telah menerima berbagai hadiah. Patung, keris, jimat sampai kue-kue: Tapi tidak jarang juga mengeluarkan ongkos bemo buat pasiennya. Yang datang berbagai lapisan masyarakat. Mulai tukang kacang sampai ke Dubes asing. "Biasanya kalau sudah melihat 12 orang, saya sudah grogi," kata Baby terus terang. Lalu kalau ada pasien bertanya soal pengobatan, ia serahkan pada asistennya yang ahli kebatinan. Sekali tempo muncul seorang ibu yang mengadukan suaminya ada main dengan cewek lain. "Suz Baby tolong dong berikan resep cinta dan seks supaya suami saya tidak lari pada wanita lain," kata Baby mengungkapkan permintaan orang itu. Baby mengaku waktu itu tidak bisa bicara apa-apa. "Emangnya apa, hal tersebut bisa diajarkan pada orang lain, kan malu," kata wanita yang sudah menjanda selama 4 tahun ini. Pada kesempatan lain, muncul seorang pejabat yang ingin dapat kedudukan tinggi. "Suz Baby saya merasa akan mendapat kedudukan tersebut, minta konfirmasi anda," ujarnya. Baby bingung. Tapi menjawab terus terang: "Tapi saya tidak melihat hal tersebut, Pak !" Di samping yang tidak lucu tentu saja ada juga yang enak. Karena peramal tidak hanya bisa melihat nasib orang lain. Baby juga dapat memandang masa depannya sendiri. Misalnya ia sudah melihat hidupnya akan menginjak masa bahagia sekali lagi. "Saya meramal diri sendiri, tahun ini akan mendapat jodoh. Untuk itu mungkin saya akan berusaha di bidang klinik kecantikan," katanya terus terang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus