HAMPIR setiap orang ingin tahu nasibnya di masa datang. Ini
menyebabkan tukang ramal, yang asli maupun yang gadungan, selalu
dirubung. Dia harus menjawab masa depan setiap arang. Tapi
mungkin sekali kemudian diikuti oleh tuntutan, kenapa ramalannya
tak kunjung terbukti. "Karena saya pernah meramalkan orang akan
ke luar negeri, setiap ketemu ia selalu menuntut kenapa belum
juga berangkat," kata Hariyadi S. Hartowardoyo, seorang peramal
yang pernah memegang rubrik astrologi di Harian KAMI.
"Kalau ada pekerjaan lain, lebih baik berhenti menjadi peramal,"
kata Tjia Tjie Hoa (60 tahun), peramal yang sudah berpraktek
selama 20 tahun. Kenapa? Ternyata karena hasilnya secara
materiil tidak begitu sedap. "Kalau lagi hoki ada saja orang
datang ke rumah, tapi sekarang saya lagi sial," ujarnya kepada
TEMPO. Selama beberapa bulan terakhir ini katanya ia hanya
memperoleh Rp 24 ribu dari hasil meramal. Setelah dibagi
separo-separo dengan pengurus Vihara Budi Dharma, di Jalan
Perniagaan Jakarta-kota tempatnya praktek. "Mungkin ini hukuman
Tuhan karena saya membuka rahasia alam," ujarnya sedih.
Isteri Kedua
Profesi Tjia dimulai dengan memperhatikan seorang peramal lain.
Ia kagum dan kemudian penasaran. Lalu ia membeli beberapa buku
pelajaran meramal dalam bahasa Cina. "Selama 6 bulan siang-malam
saya membaca buku ramal," ujar kakek yang sudah punya 3 cucu
itu. Kemudian mulailah ia menggarap teman-temannya sendiri
sebagai kelinci percobaan. Dalam tempo 3 tahun, kemudian ia
mulai menerima pasien sesungguhnya. Sampai sekarang ia sudah 8
kali menebak secara telak batas usia orang. "Tapi sekarang biar
orang mau bayar Rp 1 juta untuk menebak kapan matinya seseorang,
akan saya tolak," ucapnya tegas.
Tjia meramal dengan cara memperhatikan guratan garis telapak
tangan. Kemudian meneliti bentuk wajah pasien. Kalau perlu, ia
akan mengeluarkan kaca pembesar untuk meneliti, agar lebih
jelas. Kebanyakan langganannya adalah kaum wanita. Yang remaja
biasanya menanyakan soal jodoh, sedang yang berusia setengah
umur menanyakan soal anak dan suami. "Kalau ibu-ibu biasanya
bertanya tentang anaknya yang put hauw (tidak berbakti)," kata
Tjia.
Sejauh karirnya. Tjia hanya menjumpai orang-orang yang putus
asa, kalut pikiran karena selalu dibetot kegagalan. "Jarang
orang yang sedang jaya iseng-iseng datang minta diramal,"
ujarnya. Ditambahkannya "Paling sukar pasien orang intelek,
harus pakai alasan ilmiah."
Soal tarif Tjia hanya buka tangan saja. "Terserah mau dibayar
berapa, saya terima," ujarnya. Ia pernah dibayar Rp 40 ribu.
Tapi seringkali malah harus memberi ongkos pulang buat pasien.
"Habis, kalau orang nggak punya uang apa harus dipaksa bayar,"
katanya.
Khoe Jin Nyan (50 tahun), adalah peramal yang juga ahli
membetulkan jam. Ia tinggal di Jalan Hidup Baru, Gunung Sahari
Jakarta. Ia selalu tersenyum. Sejarahnya sebagai peramal dimulai
sejak ia berbeda pendapat dengan ayahnya yang juga menjadi
peramal. Ia sendiri sebenarnya tidak semata-mata meramal. Lebih
cenderung sebagai penasihat rumah tangga dalam menghadapi
soal-soal hidup.
Khoe sering datang ke rumah tangga yang sedang ricuh. Di situ ia
buka mulut panjang lebar. Tapi hasilnya sering bagus. Orang yang
sedang cakar-cakaran bisa rujuk dan baik lagi. Padahal Khoe
hanya bilang: "Yah daripada anda bercerai ada kemungkinan kalau
kawin lagi akan menjadi istri kedua. Kan lebih baik tidak
cerai?"
Pasien yang diramalnya tidak melupakan Khoe begitu saja.
Seringkali datang kembali membawa kejutan. Satu kali pernah
muncul seorang pedagang yang lagi risau karena urusan bisnis.
Setelah dapat wejangan Khoe, beberapa bulan kemudian ia muncul
lagi dengan oleh-oleh kipas angin. Ada juga yang datang dengan
tv berwarna. Khoe tidak pernah minta, tarif pun tidak ia
tentukan. "Pokoknya terserah," ujarnya tenang. "Pasien yang
janji-janji bagus, biasanya malahan tidak kembali biarpun
ramalannya tepat," ujar Khoe.
Khoe tidak mau membuka berapa hasilnya dari kerja meramal. Ia
hanya bilang cukup untuk hidup dengan belasan anak. Tapi
kemudian ia berkata: "Sebenarnya saya lebih senang sebagai
tukang jam saja." Kenapa? Karena berhadapan dengan jam tidak
banyak pusing dan pekerjaan pasti. Sedangkan meramal harus
berhubungan dengan macam-macam manusia dengan segala
persoalannya. "Capek sekali. Kalau malam-malam kadang terbayang
muka orang," kata Khoe. Kemudian disambungnya: "Tapi saya puas
kalau pasien saya pulang dari sini dengan hati yang gembira."
Nyonya Lauren Natakusumah (48 tahun) adalah wanita kelahiran
Belgia. Tadinya ia punya nama keluarga van Hooff. Ia menerima
pasien biasanya di ruang khusus harian Berita Buana. Langganan
harus mendaftar 1 bulan di muka pada sistennya. Tarif telah
ditentukan. Untuk soal bisnis Rp 10 ribu. Pribadi Rp 5 ribu.
Konsultasi penyakit Rp 3 ribu. "Itu pihak sponsor yang
menentukan," kata nyonya peramal itu.
Nyonya ini mengaku sejak usia 7 tahun sudah biasa meramal.
"Seakan-akan saya melihat suatu bayangan seperti pertunjukan
film," katanya menjelaskan. Jenis seperti ini biasanya dikenal
dengan sebutan clairvoyance. Pada usia 16 tahun ia pergi ke
Spanyol dan Prancis mencari ilmu kebatinan. Baru 4 tahun yang
lalu, resmi sebagai peramal profesional, setelah 1 tahun
kematian suaminya. Tadinya almarhum suami melarangnya meramal.
Selain meramal Nyonya Natakusumah juga mempelajari berbagai ilmu
-- seperti Subud. Ia meramal dengan perantara kartu remi, tarrot
dan lanorman. Ia juga dapat menyembuhkan penyakit dengan bekal
pejalaran kebatinan dari Sumedang, Jawa Barat. Ia sangat kesal
kalau berhadapan dengan bapak-bapak yang minta jimat untuk
"memelet" wanita agar dapat dijadikan istri kedua. "Apa dikira
saya ini dukun?" ujarnya. Tapi karena ia tidak bisa marah,
dengan berbagai alasan ia menjelaskan pada pasiennya bahwa hal
tersebut tidak mungkin.
Pada suatu hari datanglah ke rumahnya seorang ibu yang berputra
6 orang. Suaminya telah 6 tahun "main gila" dengan wanita lain.
Ia minta bantuan. Nyonya Natakusumah memberikan nasihat-nasihat.
Dengan bantuan sembahyang dan kontak telepati (dengan media foto
suami, akhirnya keluarga yang nyaris berantakan itu dapat
dipulihkan kembali. "Saya rasanya bahagia sekali, biarpun tidak
terima sesen pun, asal berhasil," ujar peramal ini.
Selain soal kericuhan keluarga, ada ibu yang datang mengadukan
kebingungannya karena suaminya menghadapi masa persiapan
pensiun. Ada pula seorang wanita usia 40-an yang jatuh cinta
pada pemuda usia 26 tahun. Tapi cintanya tidak dibalas oleh Sang
Arjuna karena mendapat tantangan dari keluarganya. "Setelah saya
mengadakan kontak telepati dengan pria tersebut, saya merasa
pria tersebut sudah tidak cinta lagi. Eh wanita tersebut marah
sekali sambil menyatakan kesanggupannya untuk membayar berapa
saja," kata Nyonya Natakusumah.
Suatu ketika muncul pula di hadapan peramal bermata biru ini 2
orang lelaki. "Waktu masuk saya sudah merasa ini bukan kasus
untuk ditolong," ujarnya. Ternyata benar. Tamu tersebut ternyata
hanya ingin mencoba ilmu. Terpaksa ditolak dengan halus. Nyonya
Lauren juga selalu menolak kalau diminta menyebutkan siapa
pelaku suatu pencurian. "Saya kapok, sebab pernah 2 kali diancam
oleh orang yang mencurinya," kata Lauren mengeluh.
Sejak itu, kalau ada yang menanyakan masalah kehilangan barang,
ia tidak pernah secara gamblang menunjuk siapa pelakunya. Cukup
memberi tanda-tanda garis besar sambil berkata: "Silakan tebak
sendiri, mungkin orang dalam dengan potongan tubuh seperti ini...
Baby Huwae
Pasien yang menanyakan soal politik, agama, suku dan judi juga
tidak dilayani. Yang lebih sulit adalah sesuatu yang bisa
diketahui tapi sulit untuk dikatakan. Misalnya soal musibah.
"Paling ngeri kalau kita melihat gambaran bahwa orang yang kita
kenal baik, keluarga ataupun teman, bakal mendapat musibah. Ini
penderitaan saya. Mana bisa saya terangkan pada yang
bersangkutan. Paling bisa juga saya panggil dan menasihatkan
agar hati-hati," ujarnya. Nyonya peramal ini sudah memiliki anak
gadis yang kini berusia 21 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah
kontrakan, setengah tembok. Di ruang tamunya ada tv hitam-putih,
sebuah tape recorder kecil. Tampak rumahnya terawat dengan baik.
Ia mengku tidak punya murid. "Saya bukan guru," ujarnya, "apa
yang ada pada saya pemberian Allah sejak kecil," ujarnya.
Meramal Diri Sendiri
Baby Huwae (42 tahun) bintang film dan peragawati tahun 60-an
belakangan dikenal pula sebagai peramal. Ia aktif sejak 4 tahun
yang lalu. "Bisanya tiba-tiba saja, waktu sedang nyepi di
Batutulis Bogor," Baby mengungkapkan. Kebetulan pula waktu itu
ada temannya yang memberinya kartu tarrot (kartu untuk meramal
buatan Eropa). Pantas diketahui bahwa seorang kakak Baby juga
seorang peramal.
Bagi Baby meramal dalah pekerjaan yang sangat melelahkan.
"Kemana-mana kita pergi selalu dihujani pertanyaan.
Kadang-kadang sangat menjemukan," ucapnya. Memang selama menjadi
peramal Baby telah menerima berbagai hadiah. Patung, keris,
jimat sampai kue-kue: Tapi tidak jarang juga mengeluarkan ongkos
bemo buat pasiennya. Yang datang berbagai lapisan masyarakat.
Mulai tukang kacang sampai ke Dubes asing. "Biasanya kalau sudah
melihat 12 orang, saya sudah grogi," kata Baby terus terang.
Lalu kalau ada pasien bertanya soal pengobatan, ia serahkan pada
asistennya yang ahli kebatinan.
Sekali tempo muncul seorang ibu yang mengadukan suaminya ada
main dengan cewek lain. "Suz Baby tolong dong berikan resep
cinta dan seks supaya suami saya tidak lari pada wanita lain,"
kata Baby mengungkapkan permintaan orang itu. Baby mengaku waktu
itu tidak bisa bicara apa-apa. "Emangnya apa, hal tersebut bisa
diajarkan pada orang lain, kan malu," kata wanita yang sudah
menjanda selama 4 tahun ini.
Pada kesempatan lain, muncul seorang pejabat yang ingin dapat
kedudukan tinggi. "Suz Baby saya merasa akan mendapat kedudukan
tersebut, minta konfirmasi anda," ujarnya. Baby bingung. Tapi
menjawab terus terang: "Tapi saya tidak melihat hal tersebut,
Pak !"
Di samping yang tidak lucu tentu saja ada juga yang enak. Karena
peramal tidak hanya bisa melihat nasib orang lain. Baby juga
dapat memandang masa depannya sendiri. Misalnya ia sudah melihat
hidupnya akan menginjak masa bahagia sekali lagi. "Saya meramal
diri sendiri, tahun ini akan mendapat jodoh. Untuk itu mungkin
saya akan berusaha di bidang klinik kecantikan," katanya terus
terang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini