KETIKA IBM 1401 dipasang oleh PT Stanvac Indonesia di Sungai
Gerong, Sumatera Selatan, alat komputer masih asing skali di
negeri ini pada tahun 1962 itu. Bagi kalangan IBM sendiri pun,
demikian suatu siarannya, kejadian itu merupakan suatu "lompatan
yang tidak tanggung canggung" dalam bisnisnya di Indonesia. Kini
sudah banyak perusahaan negara maupun swasta, bahkan juga
instansi pemerintah Indonesla yang menggunakan teknologi
komputer. Kemajuan pembangunan makin menuntut kehadirannya. Dan
guna mendorong permintaan akan komputer, para penjualnya pekan
ini menyelenggarakan konperensi.
Tentu saja, tak lupa mereka memamerkan berbagai alat yang
diperdagangkan masing-masing di Hotel Hilton, Jakarta, sembari
berbincang-bincang dengan para pemakai atau calon pemakai
komputer. Konperensi komputer itu baru pertama kali diadakan di
Indonesia, yang melibatkan APNI (kelompok penjual), BAKOTAN dan
IPKIN (kelompok pemakai) .
Sesudah Palapa
"Teknologi komputer dalam pembangunan nasional," demikian
temanya. Dari temanya saja diketahui bahwa pesan komersial
disampaikan secara terselubung. Yang jelas di situ ialah mereka
mencoba membuka mata tentang kenapa teknologi komputer
diperlukan dan bagaimana pula cara memakainya. Dengan sudah
adanya sistem komunikasi satelit Palapa, umpamanya, menyusul
pula tantangan baru dalam berbagai kegiatan. Kegiatan itu
dituntut oleh zaman supaya cepat, lebih cepat dan lebih efisien,
yang pada gilirannya memerlukan sistem informasi yang modern,
atau dalam bahasa kerennya information handling system. Dan ini
diperlukan oleh tiap manajemen -- apakah di bidang pemerintahan,
perusahaan, perbankan, industri dan sebagainya.
Dalam sistem informasi tadi tercakup soal pengolahan data dan
pengolahan kata. Dengan alat komputer, pengolahan itu
berlangsung cepat. Sesuatu pengolahan data tanpa komputer yang
mungkin berbulan-bulan, dengan komputer hanya beberapa jam.
Sistem pengolahan kata dengan komputer bukan hanya menghemat
waktu, tapi juga menghemat ruang kantor dan tenaga sekretaris.
Konsep "satu manajer dengan satu sekretaris" sudah tidak
diperlukan lagi. Filing yang tadinya merupakan masalah, kini
banyak jutaan kata (informasi) bisa gampang disimpan dan bisa
cepat pula dicari kembali. Kira-kira inilah yang ditonjolkan
dalam konperensi dan pameran komputer pekan ini.
Tadinya IBM (kini pemasarannya dipegang oleh PT Usaha Sistim
Informasi) merajai pasaran komputer di Indonesia. Kini IBM masih
mendapat porsi besar, tapi banyak merek lain sudah mengejar. NCR
(pemasarannya oleh PT Nusa Cipta Raya), misalnya, kelihatan
cepat meraih langganan walaupun sebagai pendatang baru -- mulai
1969. Juga agresif di pasaran lokal ialah WANG -- khusus
komputer mini. Menonjol pula Sudarpo Corporation yang memasuki
pasaran komputer dengan merek Univac.
Adalah Sudarpo Corporation, milik Sudarpo Sastrosatomo yang juga
Dir-Ut PT Samudera Indonesia (pelayaran), yang "tertua" di
antara 12 anggota APNl (Asosiasi Perusahaan Nasional
Informatik). Dalam bisnis komputer, perusahaan nasional
menikmati proteksi pemerintah dengan perundang-undangan tahun
1967. Undang-Undang itu mewajibkan perusahaan dagang asing
mengalihkan usahanya pada perusahaan nasional sesudah 10 tahun.
Ini pernah ditentang oleh IBM yang mencoba bertahan sampai saat
terakhir. Barulah awal 1978 IBM menunjuk PT USI, yang baru
dibentuk, sebagai agen tunggalnya.
Meskipun sudah boleh menjual produk IBM, PT USI masih belum
diterima sebagai anggota APNI. Asosiasi ini mewajibkan
anggotanya memiliki bengkel yang bisa memperbaiki dan memelihara
mesin. IBM rupanya hanya mendorong kelahiran PT USI tapi belum
melengkapi agen barunya dengan bengkel itu.
Kita Mampu
Pemasaran komputer di Indonesia melalui dua bidang -- hardware
(mesin dan alat) dan software (menyangkut ilmunya dan teknik
pemakaiannya). Jadi, para anggota APNI harus melibatkan diri
dalam latihan dan pendidikan. Apalagi alat komputer selalu
disusul oleh generasi baru -- pemakaiannya perlu dipelajari
lagi. Sudarpo mengatakan pada Said Muchsin dari TEMPO bahwa IBM
tadinya segan mendidik tenaga Indonesia, dengan alasan bahwa
orang Indonesia tidak akan mampu. "Nyatanya sekarang kita bisa,"
kata Sudarpo. "Mereka (IBM) membodohi kita."
Mesin komputer cukup mahal harganya. Kalau tidak sanggup beli,
pemakai boleh menyewa saja. "Jumlah sewa dan beli (di antara
langganan IBM) berimbang," ujar Presdir USI, J.P. Soebandono.
Ada pula di antara anggota APNI yang menjual jasa dengan
menyediakan Data Processing Center. DPC ini biasanya melayani
mereka dari organisasi atau perusahaan yang tidak begitu besar,
yang memerlukan komputer hanya sesekali. Misalnya PERURI,
perusahaan uang RI, mengolah datanya di DPC Univac, yang
disediakan Sudarpo Corporation. Terlalu mahal bagi PERURI kalau
membeli mesin, kata Sudarpo. "Pemakaiannya cuma dua hari saja.
Kalau komputer 'nganggur, boros."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini