Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Komposisi Di Pasar, Kios-kios ...

Wagub Asmawi Manaf berkunjung ke pasar-pasar dan menyaksikan banyaknya kios yang masih kosong. Pemerintah DKI akan berikhtiar dan tetap akan membangun pasar serta membantu pedagang pribumi. (kt)

17 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMANGAT Pemerintah DKI Jakarta membangun pasar tetap menggebu. Pasar Blok M Kebayoran Baru misalnya dalam waktu dekat akan diremajakan -- disesuaikan dengan suasana lingkungan. Antara lain Pusat Pertokoan Aldiron Plaza yang berlantai 6. Tapi menariknya banyak pasar yang sudah ala ternyata masih kosong. Dan ini disaksikan Wakil Gubernur drs Asmawi Manaf pekan lalu. Ketika itu untuk pertama kalinya Wakil Gubernur DKI yang baru dilantik dan membidangi urusan Ekonomi, Keuangan dan Perindustrian itu berkunjung ke pasar-pasar. Pertama-tama yang dilihat Asmawi Pasar Tanah Abang yang populer sebagai pasar "kaum pribumi". Di sini ternyata dari 3700 kios masih 1000 kosong. Jangankan Wagub Asmawi, Kepala Pasar Tanah Abang sendiri, Eddy Sofyan, tidak faham mengapa kios-kios itu masih begitu. Tapi para pedagang maklum akan sebabnya. Kata mereka kioskios itu dibiarkan kosong karena pembeli segan menghampirinya. Maklum tempatnya di lantai atas. Sementara ada pula cerita pedagang yang menyebut kekosongan itu sebagai hasil spekulasi pemiliknya. Tidak semua pasar kosong yang dikunjungi Asmawi karena berada di bangunan bertingkat. Pasar Rawabening di Jakarta Timur, dan Pasar Inpres Senen di Jakarta Pusat sebagian besar dari kiosnya juga masih kosong. Pada hal bangunannya tak bertingkat. Mengapa? "Saya juga tidak mengerti. Padahal tempatnya bagus. Jadi ada masalah sosial ekonomi yang perlu difikirkan," kata Djoko Brotosuryono, Kepala Direktorat V/Perekonomian DKI Jaya salah seorang pejabat di bawah Wagub Asmawi. Wagub Asmawi cepat menangkap maksud Djoko. "Kalau begitu kita kasih hiburan murah di dalamnya," komentar Asmawi. Dengan adanya hiburan ini diharapkan dapat memancing keramaian pasar. Tapi Empong Yusuf, Pimpinan Pasar Inpres Senen justru pernah mengeluh soal hiburan. Ketika beberapa bulan lalu pasar ang dikelolanya masih belum banyak pedagang -- kendati sudah mendaftar - ia memanggil satu orkes Melayu untuk memeriahkan suasana. Ternyata, "yang datang malah lebih banyak gelandangan ketimbang pembeli," kata Empong. Jadi, "lebih banyak segi negatif yang timbul dari pada segi positif." Sungguh pun begitu Empong Yusuf optimis Pasar Inpres Senen kelak bakal ramai. Sebab satu terminal oplet akan dibangun di sisi sebelah utara pasar tersebut. Dengan begitu warga Jakarta satu waktu diharap bisa melirik ke pasar yang selama ini merana. Asmawi sendiri mengisyaratkan satu tindakan lain. Yakni para pedagang yang sudah mendasar dan dinyatakan berhak berjualan tapi belum membuka usaha akan ditindak tegas. Pemilik 1OOO kios yang masih tutup di Pasar Tanah Abang misalnya diberi waktu sampai akhir Maret. Lewat waktu itu haknya dicabut untuk diberikan kepada pedagang lain. Terutama pedagang modal lemah. Sebab seperti dikatakan Asmawi Pemerintah DKI mempunyai ancer-ancer menertibkan komposisi pedagang pribumi dan bukan pribumi di pasar-pasar Jakarta dengan perbandingan paling sedikit 20%-80%. "Kalau pemerintah tidak campur tangan, sampai kiamat pedagang pribumi akan tetap tergencet," katanya. Tentu saja masih harus ditunggu pelaksanaannya. Gubernur Tjokropranolo dua pekan lalu mengatakan bahwa para pemilik pusat-pusat pertokoan seperti Hayam Wuruk Plaa, Glodok Plaza dan berbagai plaza yang lain lagi, sudah diminta agar ketentuan paling sedikit menampung 20% pedagang pribumi ini dilaksanakan. Sanksinya katanya tidak ada. "Tapi mereka yang enggan melaksanakannya, akan tahu sendiri nanti!" kata Tjokro tegas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus