SEMANGAT Pemerintah DKI Jakarta membangun pasar tetap menggebu.
Pasar Blok M Kebayoran Baru misalnya dalam waktu dekat akan
diremajakan -- disesuaikan dengan suasana lingkungan. Antara
lain Pusat Pertokoan Aldiron Plaza yang berlantai 6.
Tapi menariknya banyak pasar yang sudah ala ternyata masih
kosong. Dan ini disaksikan Wakil Gubernur drs Asmawi Manaf pekan
lalu. Ketika itu untuk pertama kalinya Wakil Gubernur DKI yang
baru dilantik dan membidangi urusan Ekonomi, Keuangan dan
Perindustrian itu berkunjung ke pasar-pasar.
Pertama-tama yang dilihat Asmawi Pasar Tanah Abang yang populer
sebagai pasar "kaum pribumi". Di sini ternyata dari 3700 kios
masih 1000 kosong. Jangankan Wagub Asmawi, Kepala Pasar Tanah
Abang sendiri, Eddy Sofyan, tidak faham mengapa kios-kios itu
masih begitu. Tapi para pedagang maklum akan sebabnya. Kata
mereka kioskios itu dibiarkan kosong karena pembeli segan
menghampirinya. Maklum tempatnya di lantai atas. Sementara ada
pula cerita pedagang yang menyebut kekosongan itu sebagai hasil
spekulasi pemiliknya.
Tidak semua pasar kosong yang dikunjungi Asmawi karena berada di
bangunan bertingkat. Pasar Rawabening di Jakarta Timur, dan
Pasar Inpres Senen di Jakarta Pusat sebagian besar dari kiosnya
juga masih kosong. Pada hal bangunannya tak bertingkat.
Mengapa? "Saya juga tidak mengerti. Padahal tempatnya bagus.
Jadi ada masalah sosial ekonomi yang perlu difikirkan," kata
Djoko Brotosuryono, Kepala Direktorat V/Perekonomian DKI Jaya
salah seorang pejabat di bawah Wagub Asmawi.
Wagub Asmawi cepat menangkap maksud Djoko. "Kalau begitu kita
kasih hiburan murah di dalamnya," komentar Asmawi. Dengan adanya
hiburan ini diharapkan dapat memancing keramaian pasar. Tapi
Empong Yusuf, Pimpinan Pasar Inpres Senen justru pernah mengeluh
soal hiburan.
Ketika beberapa bulan lalu pasar ang dikelolanya masih belum
banyak pedagang -- kendati sudah mendaftar - ia memanggil satu
orkes Melayu untuk memeriahkan suasana. Ternyata, "yang datang
malah lebih banyak gelandangan ketimbang pembeli," kata Empong.
Jadi, "lebih banyak segi negatif yang timbul dari pada segi
positif."
Sungguh pun begitu Empong Yusuf optimis Pasar Inpres Senen kelak
bakal ramai. Sebab satu terminal oplet akan dibangun di sisi
sebelah utara pasar tersebut. Dengan begitu warga Jakarta satu
waktu diharap bisa melirik ke pasar yang selama ini merana.
Asmawi sendiri mengisyaratkan satu tindakan lain. Yakni para
pedagang yang sudah mendasar dan dinyatakan berhak berjualan
tapi belum membuka usaha akan ditindak tegas. Pemilik 1OOO kios
yang masih tutup di Pasar Tanah Abang misalnya diberi waktu
sampai akhir Maret. Lewat waktu itu haknya dicabut untuk
diberikan kepada pedagang lain. Terutama pedagang modal lemah.
Sebab seperti dikatakan Asmawi Pemerintah DKI mempunyai
ancer-ancer menertibkan komposisi pedagang pribumi dan bukan
pribumi di pasar-pasar Jakarta dengan perbandingan paling
sedikit 20%-80%. "Kalau pemerintah tidak campur tangan, sampai
kiamat pedagang pribumi akan tetap tergencet," katanya.
Tentu saja masih harus ditunggu pelaksanaannya. Gubernur
Tjokropranolo dua pekan lalu mengatakan bahwa para pemilik
pusat-pusat pertokoan seperti Hayam Wuruk Plaa, Glodok Plaza
dan berbagai plaza yang lain lagi, sudah diminta agar ketentuan
paling sedikit menampung 20% pedagang pribumi ini dilaksanakan.
Sanksinya katanya tidak ada. "Tapi mereka yang enggan
melaksanakannya, akan tahu sendiri nanti!" kata Tjokro tegas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini