Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Najaq, badak Sumatera (Dicerorhinus sumatraensis), yang ditangkap Tim Penyelamatan Badak Sumatera, akhirnya mati pada Selasa pekan lalu. Tim dokter menduga kematian Najaq disebabkan oleh infeksi parah pada kaki kirinya yang terluka akibat jerat tali.
Komunitas konservasi sempat gembira saat badak betina itu tertangkap dalam lubang jebakan pada 12 Maret lalu. Sebab, spesies langka itu tak pernah ditemukan lagi di area ini selama lebih dari 40 tahun. Lama tak terlihat, badak Sumatera sempat dianggap punah di Kalimantan.
Badak berusia sekitar 10 tahun itu diperkirakan menjadi korban perburuan liar. Ketika terekam kamera jebak pada akhir Oktober tahun lalu, terlihat jerat tali pada kaki kiri belakang hewan ini. Saat ia berhasil ditangkap, jeratnya sudah putus. Tapi tali tersebut telanjur menancap terlalu dalam pada kakinya.
Tim dokter hewan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Taman Safari Indonesia, Yayasan Badak Indonesia, Institut Pertanian Bogor, dan World Wide Fund for Nature Indonesia berusaha mengobati luka Najaq. Mereka memberikan antibiotik, obat anti-bengkak, dan vitamin.
Kondisi Najag sempat membaik. "Pengobatan yang diberikan tim dokter hewan sempat direspons positif. Sayang, luka pada kaki kirinya terlalu parah dan menyebabkan infeksi," ujar Muhammad Agil, anggota tim dokter gabungan, dalam siaran pers yang dirilis WWF Indonesia, Selasa lalu.
Najag merupakan satu-satunya badak Sumatera di Kalimantan yang pernah ditangkap. Tachrir Fathoni, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, mengatakan tertangkapnya Najaq menunjukkan populasi badak Sumatera di Kalimantan masih ada.
Najaq diduga tak sendiri. Keberadaan badak Sumatera di Kutai Barat pertama kali teridentifikasi oleh tim survei WWF Indonesia melalui jejak tapak pada 2013. Bukti rekaman kamera jebak mengindikasikan ada beberapa badak yang berkeliaran selama beberapa tahun terakhir.
Tim konservasi berhasil mendapatkan foto 15 badak di kawasan lindung di Kutai Barat. Badak itu terekam kamera jebak di dua dari tiga lokasi perlindungan. "Di Blok 1, ada 12 ekor yang terlacak, sementara di Blok 3 ada tiga ekor, termasuk Najaq," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK Novrizal, saat dihubungi Tempo, Kamis pekan lalu.
Selain perburuan liar, keberadaan badak ini terancam karena sebagian habitat mereka berdekatan dengan kawasan tambang dan hutan produksi. "Di dalam hutan lindung, kondisinya lebih aman," kata Novrizal. "Habitat lain, seperti tempat Najaq, terdesak oleh aktivitas pertambangan, perkebunan, dan industri kehutanan."
Habitat Badak Indonesia
Indonesia dihuni dua dari lima spesies badak yang tersisa di bumi, yaitu badak Jawa dan badak Sumatera. Ukuran badak Sumatera paling kecil.
Spesies ini hanya ditemukan di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Di bagian Kalimantan yang masuk wilayah Malaysia, badak Sumatera sudah dinyatakan punah tahun lalu.
Berat badak Sumatera mencapai 800 kilogram dengan panjang 3,2 meter. Hewan yang tubuhnya ditutupi rambut kaku ini lebih memilih habitat berupa hutan lebat di pegunungan.
Populasi badak Sumatera diperkirakan tinggal 100 ekor. Adapun badak Jawa, yang hanya ada di Ujung Kulon, Jawa Barat, berjumlah 63 ekor.
Estimasi Populasi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo