Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Lebah Raksasa Wallace Dikoleksi Museum Besar Dunia, Museum Bogor?

Sejak penemuan pertamanya pada 1859, lebah raksasa Wallace telah ditemukan beberapa kali, yaitu pada tahun 1863, 1951, 1953, 1981, dan 1991.

27 Februari 2019 | 09.30 WIB

Lebah raksasa Wallace atau lebah pluto (Megachile pluto). Kredit: Istimewa
Perbesar
Lebah raksasa Wallace atau lebah pluto (Megachile pluto). Kredit: Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kabar ditemukannya kembali lebah raksasa Wallace atau lebah pluto (Megachile pluto Smith 1861) di Maluku Utara telah menjadi pembicaraan hangat di kalangan ilmuwan, khususnya bidang zoologi.

Baca: Keunikan Lebah Raksasa Wallace dalam Membuat Sarang
Baca: Lebah Raksasa Wallace asal Maluku Ini Pernah Dijual Rp 546 Juta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Lebah dengan rahang bawah (mandibula) yang sangat besar ini dikoleksi oleh Alfred Russel Wallace pada tahun 1859 dan kemudian dideskripsi dan diberi nama oleh Frederick Smith pada tahun 1861. Penemuan ini memberikan harapan baru di tengah cepatnya penurunan keanekaragaman jenis dan populasi serangga secara global.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sejak penemuan pertamanya, lebah raksasa Wallace telah ditemukan beberapa kali, yaitu pada tahun 1863, 1951, 1953, 1981, dan 1991. Koleksi yang diperoleh tersebut disimpan di beberapa museum besar di dunia antara lain di Inggris, Belanda, dan Amerika Serikat.

“Kendati jenis asli dan endemik Indonesia, namun koleksi ilmiah lebah raksasa Wallace belum tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense sebagai pusat depositori nasional sekaligus museum zoologi terbesar di Asia Tenggara,” jelas Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Joeni Setijo Rahajoe, Rabu, 27 Februari 2019.

Joeni mengatakan, dari 29.794 nomer koleksi bangsa Hymenoptera (lebah, tawon dan semut) terdapat 4.368 nomer koleksi lebah (Apidae). Namun hanya beberapa koleksi lebah dari marga Megachile, yang memiliki mandibula besar, di antaranya Megachile clotho, M. lachesis, M. catinifrons, dan M. disjuncta.

“Hal ini yang akan menjadi perhatian kami untuk dapat memprioritaskan penemuan jenis-jenis langka dan endemik agar dapat menjadi referensi ilmiah bagi masyarakat Indonesia dan internasional,” jelas Joeni.

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi mengungkapkan, pada tahun 2018 jenis ini ditemukan kembali dan dipublikasikan pada Journal of Insect Conservation dan dilaporkan juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Kemudian di bulan Januari 2019 penemuan jenis ini kembali dilaporkan dalam Global Wildlife Conservation dari Maluku Utara.

“Lebah ini rentan terhadap perburuan dan kepunahan. Pengambilan koleksi lebah raksasa dengan tidak memperhatikan keberadaan sarang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup dari generasi lebah berikutnya sehingga meningkatkan resiko kepunahan jenis,” ujar Cahyo.

Simak artikel lainnya tentang lebah raksasa Wallace di kanal Tekno Tempo.co.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus