Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Lebah Raksasa Wallace Perlu Dilindungi, Ahli LIPI: Banyak Diburu

Populasi lebah raksasa Wallace sangat sedikit, endemik dalam area yang sangat sempit, serta unik untuk dunia dan Indonesia.

26 Februari 2019 | 09.05 WIB

Perbandingan lebah madu biasa dengan lebah raksasa Wallace. (Dok. Clay Bolt | claybolt.com)
material-symbols:fullscreenPerbesar
Perbandingan lebah madu biasa dengan lebah raksasa Wallace. (Dok. Clay Bolt | claybolt.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini, lebah raksasa Wallace ditemukan kembali oleh fotografer satwa dan alam Clay Bolt. Lebah tersebut sebelumnya dikabarkan sudah punah.

Baca: Lebah Raksasa Wallace Ditemukan Lagi, Sempat Dikira Punah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ahli serangga atau entomologist Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) Rosichon Ubaidillah mengusulkan agar serangga langka itu dilindungi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Saya mengusulkan kepada LIPI sebagai scientific authority dan Kementerian LHK sebagai management authority untuk segera melakukan beberapa tindakan. Hewan itu populasinya sangat sedikit, endemik dalam area yang sangat sempit, unik untuk dunia dan Indonesia, banyak diburu untuk dijual dan nilai konservasi sangat tinggi," ujar Rosichon saat dihubungi Tempo, Selasa, 26 Februari 2019.

Penemuan lebah yang memiliki nama ilmiah Megachile Pluto atau disebut juga Wallace's Giant Bees ini merupakan publikasi pertama tentang lebah terbesar di dunia dalam beberapa dasawarsa terakhir. Menurut organisasi internasional di bidang konservasi IUCA, Megachile Pluto sudah masuk dalam Red-List species sejak 2014.

Organisasi pelestarian lingkungan Global Wildlife Conservation (GWC) mempublikasikan temuan Bolt tersebut seperti dikutip laman goettinger-tageblatt.de, Jumat, 22 Februari 2019.

Spesies ditemukan pertama kali oleh naturalis Inggris Alfred Russel Wallace pada 1859, kemudian dia berikan kepada kawannya seorang ahli serangga Frederick Smith. Oleh Smith serangga itu dinyatakan spesies baru dan diberi nama Megachile pluto pada 1860 dan di umumkan setahun kemudian.

"Tindakan yang harus segera dilakukan adalah melindungi spesies Megachile Pluto, pengawasan ketat perburuan lebah tersebut serta mengawasi peneliti asing yang tanpa ijin riset dari pemerintah," tutur Rosichon.

Selain itu, Rosichon juga mengusulkan agar LIPI dan Kementerian LHK melakukan ekspedisi khusus untuk mengetahui populasi, biologi dan ekologi spesies tersebut. "Dengan data yang terkumpul akan segera digunakan untuk submit proposal atau uplisting dan downlisting ke COP 18 CITES, serta bahan perlindungan spesies ini," kata Rosichon.

Simak artikel lainnya tentang lebah raksasa Wallace di kanal Tekno Tempo.co.

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus