Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Lebah Raksasa Wallace asal Maluku Ini Pernah Dijual Rp 546 Juta

Lebah Raksasa Wallace hanya hidup di beberapa pula di Maluku Utara dan hampir punah.

26 Februari 2019 | 09.43 WIB

Fotografer Clay Bolt bersama lebah raksasa Wallace yang ditemukannya di Maluku Utara, Februari 2019. (Dok.Clay Bolt | claybolt.com)
Perbesar
Fotografer Clay Bolt bersama lebah raksasa Wallace yang ditemukannya di Maluku Utara, Februari 2019. (Dok.Clay Bolt | claybolt.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Lebah raksasa Wallace ternyata memiliki nilai yang tinggi, hewan bernama ilmiah Megachile Pluto itu pertama kali ditemukan oleh naturalis Inggris Alfred Russel Wallace pada 1859. Salah satu koleksi spesimen terbaru lebah betina yang berasal dari Pulau Bacan, Maluku dijual pada Februari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Pada Februari 2018 oleh orang asing ditawarkan dalam international online dan dibeli oleh seorang kolektor seharga US$ 9.100 atau setara dengan Rp 127 juta. Sebulan setelah itu pada 24 Maret 2018 ditawarkan kembali dengan harga US$ 39 ribu setara Rp 546 juta melalui penawaran dalam online yang sama," ujar ahli serangga atau entomologist Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) Rosichon Ubaidillah kepada Tempo, Selasa, 26 Februari 2019.

Megachile Pluto memiliki ciri morfologi, betina dengan panjang 3,8 centimeter, bentang sayap 6,35 centimeter, dan digolongkan dalam lebah terbesar di dunia. 

Setelah dideskripsi dan diberi nama, lebah yang juga dusebut Wallace’s Giant Bee itu tidak pernah dijumpai lagi.

Perbandingan lebah madu biasa dengan lebah raksasa Wallace. (Dok. Clay Bolt | claybolt.com)

Beberapa entomologist dari organisasi internasional di bidang konservasi IUCA pada 1983 menduga lebah itu sudah punah. Namun, entomologist lain yaitu Adam Catton Messer dari Cornel University, AS, melaporkan penemuannya satu jantan dan betina pada 1981 dan meyakinkan kepada IUCA bahwa lebah raksasa itu belum punah, tapi sudah jarang dan sulit ditemukan.

"Lebah raksasa ini adalah endemik pada lokasi yang sangat sempit yaitu di Maluku utara yaitu di Pulau Bacan, Halmahera dan Tidore menurut Messer pada 1984. Lebah ini rentan kepunahan, serta perburuan yang akan terus meningkat," tutur Rosichon.

Spesies itu ditemukan pertama kali oleh naturalis Inggris Alfred Russel Wallace pada 1859, kemudian dia berikan kepada kawannya seorang ahli serangga Frederick Smith. Oleh Smith serangga itu dinyatakan spesies baru dan diberi nama Megachile Pluto pada 1860 dan di umumkan setahun kemudian.

Namun, beberapa hari yang lalu, lebah raksasa Wallace yang sudah masuk dalam Red-List species IUCA sejak 2014 itu ditemukan kembali oleh fotografer satwa dan alam Clay Bolt. Temuan itu dipublikasikan oleh organisasi pelestarian lingkungan Global Wildlife Conservation (GWC).

Yudono Yanuar

Yudono Yanuar

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus