"13 Orang Di Wisma Nusantara, Terkurung 2 Jam Dalam Lift,"
begitu bunyi berita pendek yang bersumber dari KNI itu pekan
lalu--suatu yang menarik, karena gedung itu adalah salah satu
gedung pencakar langit di Jakarta.
Bagi para pembaca di Indonesia yang belum pernah mengenal lift,
bisa diceritakan bagaimana rasanya bersesak-sesak dalam lift
yang macet. Kita berada dalam ruang tertutup, seperti lemari,
menggantung entah berapa meter di atas muka bumi dan dag-dig-dug
kalau-kalau kabel penggantung lift tiba-tiba putus, dan kotak
besi itu mendadak anjlok. Harap ingat: Gedung Wisma Nusantara
setinggi 30 tingkat, Ik 100 m.
Menurut berita KNI itu, setelah ada yang berteriak minta tolong,
sang malaikat penyelamat datang: dinding atas lift dibongkar.
Kemudian, dengan menaiki tangga secara bergilir penumpang lift
itu dikeluarkan, lewat atap. Lalu, berpegangan pada besi dan
kawat dalam suasana remang-remang mereka diajak bergelayutan ke
lift sebelahnya, untuk masuk dari atap lift itu pula. Begitulah
jalannya operasi penyelamatan penumpang lift yang macet itu.
"Kemacetan lift itu, tak sampai dua jam," sangkal P. Adjie,
Asisten Manajer Office Building Operation di kantornya di
tingkat 12B (orang asing takut kepada angka "13"), Wisma
Nusantara. Kepada Said Muchsin dari TEMPO, dibilangnya kemacetan
itu tak lebih dari sejam. Seandainya keterangan inipun benar,
toh 30 menit tersekap dalam lift sudah bisa merasa kiamat. Maka
di gedung yang tertib, lift selalu dirawat baik.
Menurut Adjie, "tiap minggu semua lift diservis." Bahkan tiap
pagi ditest. Juga ada petugas gedung yang setiap hari bertugas
mengontrol semua lift. Tapi diakuinya si petugas itu hanya mampu
memperbaiki kerewelan ringan. Kalau ada yang rusak, maka
supervisor dari PT Citas Engineering -- perusahaan yang
mengageni semua lift merek Otis di Indonesia--harus dipanggil.
Tapi perusahaan yang berkantor di Kebayoran Baru cuma punya 8
orang supervisor. Hingga cukup kewalahan juga melayani kerusakan
atau kemacetan dan kerewelan lift Otis di seluruh Jakarta.
Sementara itu, pertolongan darurat yang dapat dijalankan adalah
memindahkan penumpang lift yang macet ke lift sebelahnya. Dalam
soal ini, lift Otis made in Japan yang digunakan gedung pampasan
perang itu sudah agak ketinggalan zaman, pintu daruratnya di
atap lift. Berbeda dengan lift Pertamina Oil Centre, tetangga
dua gedung dari Wisma Nusantara, yang sudah menggunakan pintu
darurat di dinding samping. Jadi lebih mudah membukanya, dan
lebih mudah pula masuk ke lift sebelahnya.
Juga, rupanya telepon darurat di kotak lift itu tak bekerja.
Telepon itu bisa digunakan oleh setiap penumpang lift dalam
keadaan darurat.
Kesimpulannya, setelah berumur 5 tahun, lift-lift Wisma
Nusantara itu mungkin sudah harus cuti. Lift bermerek sama di
Gedung Bina Manajemen, jalan Menteng Raya (bertingkat 4)
misalnya menurut orang-orang LPPM juga terkenal suka rewel.
Kadang-kadang berhenti meter lebih dalam, kadang-kadang meter
lebih dini. Pernah iua ada seorang gadis tersekap seperempat
jam di salah satu lift Otis itu: ia kontan menanis sakin
takutnya.
Mungkin lift Otis yang sudah masuk ke mari semenjak pembangunan
Hotel Indonesia sudah terlalu banyak jumlahnya, sementara
personil PT Citas yang merawatnya terlalu sedikit. Atau, kita
persilakan saja Lembaga Konsumen menyelidikinya. Atau PUTL,
sebab instansi itulah kabarnya yang berwenang menilai mutu
setiap peralatan gedung tinggi yang masuk ke Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini