LIMBAH tak selalu membuat resah, bahkan bisa memberikan berkah. Salah satu buktinya adalah limbah baja dan nikel, yang ternyata belum lama ini malah bisa dimanfaatkan oleh sebuah tim peneliti di Institut Teknologi Bandung (ITB). Keempat peneliti itu, yakni Gde Pradnyana, Saptahari Sugiri, Agus Suwarso, dan Acep Prasojo, berhasil menggunakan limbah baja dan nikel untuk bahan pelapis pipa bawah laut.
Selama ini, bagian luar pipa-pipa di dasar laut untuk menyalurkan minyak dan gas dari pabrik pengolahan ke depot-depot penampungan dilapisi dengan semacam lapisan beton. Bahan utama lapisan ini bernama iron ore, yang diimpor dari Meksiko dan Australia. Dengan adanya lapisan beton, pipa-pipa di bawah laut menjadi tetap berat, tak rusak ataupun terganggu oleh gaya angkat, baik statis maupun dinamis, dan gaya seret.
Rupanya, kebutuhan impor iron ore semakin besar. Maklum, jumlah anjungan minyak di Indonesia mencapai 560 buah. Bahkan Per-usahaan Gas Negara (PGN) telah mengimpor 260 ribu ton iron ore untuk melapisi pipa sepanjang 230 kilometer. Biaya pelapisan ini mencapai US$ 27 per meter. Dari biaya ini, sebanyak 60 persen atau sebesar US$ 16,2 merupakan biaya pembelian bahan baku iron ore.
Bayangkan besarnya devisa yang bakal terkuras untuk mengimpor iron ore. Apalagi, menurut catatan Asia Oil & Gas pada 1997, nantinya pipanisasi gas di Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Natuna menuju Malaysia dan Thailand akan mencapai 3.789 kilometer. Artinya, dibutuhkan dana US$ 61,4 juta untuk membeli bahan baku iron ore.
Sudah begitu, ternyata kualitas lapisan beton dari bahan iron one diragukan. Soalnya, lapisan itu gampang retak, sering terkupas, bahkan bisa hancur. Akibatnya, pipa baja bawah laut akan mudah terguncang atau segera terapung. Risiko ini makin besar dengan kian dalamnya laut tempat pipa diletakkan.
Berdasarkan fenomena itulah tim peneliti ITB mencari alternatif pengganti iron one. Setelah mereka mengadakan penelitian sejak 1997 sampai 2000, akhirnya ditemukan limbah baja dan nikel untuk bahan pelapis pipa bawah laut. Limbah baja dan nikel ternyata masih mengandung silikon berkadar 43 persen sebagai bahan utama pelapisan tadi.
Ramuan bahan untuk pelapisan diperoleh tim peneliti tersebut dengan cara mencampur limbah (slag) baja ataupun nikel, semen, dan air. Dengan catatan, slag itu terdiri atas 60 persen slag halus dan 40 persen slag kasar. Perbandingan dalam ramuan itu: slag antara 50 dan 70 persen, semen 10-25 persen, dan air 15-25 persen.
Hasilnya? "Sangat mengejutkan," ucap Gde Pradnyana, ketua tim peneliti tersebut. Campuran itu menghasilkan bahan pelapis pipa yang lebih kuat dari iron one. Dengan tebal pelapisan antara 7 dan 12 sentimeter, daya tekan lapisan itu mencapai 50 hingga 55 metrik paskal (mpa) dengan berat jenis 3.000 sampai 3.600 kg/m3. Bandingkan dengan pelapis dari bahan iron ore, yang daya tekannya hanya 30 sampai 40 mpa dengan berat jenis 2.250 sampai 3.050 kg/m3.
Selain itu, harga pembuatan lapisan berbahan slag baja atau nikel ternyata lebih murah 50 persen ketimbang ongkos pelapisan dengan bahan iron one. Jelas hal ini amat penting bagi penghematan devisa akibat biaya mengimpor iron ore.
Lagi pula hasil penemuan yang sudah diuji di pabrik baja PT Krakatau Steel di Cilegon, Jawa Barat, dan di pabrik nikel di Soroako, Sulawesi Selatan, itu klop dengan kondisi di lapangan. Betapa tidak, di Krakatau Steel saja selama setahun ada limbah baja sebanyak 800 ribu metrik ton. Sementara itu, di Soroako ada slag nikel sebanyak 2.600 metrik setahunnya.
Bila limbah itu bisa dimanfaatkan, tentu bencana bisa berubah menjadi berkah. Di Soroako, timbunan slag nikel berbahaya terhadap lingkungan. Bahan bersuhu 1.400 derajat Celsius itu bila terkena hujan akan meleleh dan mengalir seperti lahar sehingga mematikan pepohonan.
Kini tim peneliti ITB tersebut tinggal menunggu perolehan hak paten atas penemuan itu, yang beberapa waktu lalu juga sudah memperoleh penghargaan Teknologi Adi Cipta Rekayasa dari Persatuan Insinyur Indonesia. Sementara itu, tawaran pasar mulai muncul. Kabarnya, awal November 2001, PGN berminat menggunakan teknik pelapisan tersebut untuk proyek pipanisasi gas dari Batam ke Jambi.
Ahmad Taufik, Rinny Srihartini (Bandung)
Proses Pembungkusan Pipa Bawah Laut
Pipa antikarat, diputar untuk mempermudah prose pembungkusan.
Beton campuran, dengan kandungan iron ore, kerikil, pasir, dan semen. Iron ore kini diganti dengan slag.
Polyethylene, sebagai bungkus luar.
Lembar baja, sebagai bungkus dalam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini