Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Lumba-Lumba Mengandalkan Gelombang Bunyi untuk Kelangsungan Hidup di Lautan

Saat menentukan arah berenang, lumba-lumba mengandalkan gelombang bunyi, kemampuan sonar biologis atau ekolokasi

23 Februari 2022 | 14.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Lumba-lumba putih Cina yang muncul ke permukaan air di Teluk Sanniang di Kota Qinzhou, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, Cina, 30 Agustus 2020. Terdapat sekitar 6.000 lumba-lumba yang hidup di dunia, sebagian besar ada di sepanjang pantai Pasifik barat, sekitar 4.000 hingga 5.000 di antaranya berada di China. Xinhua/Zhao Yi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lumba-lumba adalah mamalia laut yang sangat cerdas. Itu hal yang paling membedakan dengan hewan laut lainnya. Saat menentukan arah berenang, lumba-lumba mengandalkan kemampuan sonar biologis atau ekolokasi, seperti dikutip dari Dolphins World.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekolokasi adalah proses mengirimkan gelombang bunyi yang dipantulkan kembali. Lumba-lumba menggunakan kemampuannya itu untuk menentukan lokasi, bentuk, maupun ukuran objek tertentu. Lama waktu gelombang bunyi untuk kembali membantu lumba-lumba menentukan jarak. Gelombang bunyi kembali membutuhkan waktu yang lama lama jika jaraknya jauh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian tentang ekolokasi diterbitkan dalam buku berjudul The Silent World pada 1953. Ahli oseanografi Jacque-Yves Cousteau menuliskan berbagai laporan penelitiannya dalam buku itu.

Ekolokasi merupakan kemampuan hewan untuk menemukan objek melalui gelombang bunyi. Proses evolusi lumba-lumba yang mempengaruhi kemampuan bertahan hidup di lingkungan perairan. Di dalam air, gelombang bunyi merambat 4,5 kali lebih cepat daripada di udara. Itu sebabnya, ekolokasi merupakan kemampuan bertahan hidup lumba-lumba di lautan.

Kemampuan ekolokasi lumba-lumba berguna untuk menentukan arah, berburu, dan melindungi diri dari predator. Ekolokasi sangat berguna untuk aktvitas berkomunikasi lumba-lumba di perairan yang keruh atau gelap. Di perairan yang gelap, lumba-lumba tak bisa mengandalkan indra penglihatan. Itu sebabnya, pancaran bunyi  sangat penting untuk kelangsungan hidupnya.

Ada karakteristik umum lumba-lumba ketika mengeluarkan suara dengan frekuensi tertentu. Saat berkomunikasi lumba-lumba selalu berkomunikasi dengan frekuensi rendah. Tapi, lumba-lumba memancarkan frekuensi tinggi saat menggunakan ekolokasi. Bunyi bervariasi sesuai dengan keadaan dan tujuannya.

Mengutip Wonderopolis, para ilmuwan meyakini kemampuan ekolokasi berkembang perlahan. Adapun untuk ekolokasi objek yang dekat, lumba-lumba menggunakan frekuensi tinggi untuk membuat gelombang bunyi yang bergerak cepat melalui air.

Ketika gelombang bunyi memantul dari objek, akan kembali ke lumba-lumba sebagai gema. Lumba-lumba menangkap gema itu dengan rahang bawah dan dahi. Area ini memiliki rongga jaringan lemak yang menyalurkan bunyi ke telinga, kemudian ke otak.

KAKAK INDRA PURNAMA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus