Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Mao dze-dung ?

Para cendekiawan cina diminta ketua mao untuk menyederhanakan tulisan tradisionil yang mewakili ide. akan diseragamkan tulisan yang mewakili bunyi dengan ejaan baru. cendekiawan di taiwan menentang. (ilt)

31 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM bahasa Cina, kata "Mao" diucapkan dengan nada menanjak dapat berarti "rambut", "tombak", sejenis serangga, atau selusin barang lain. Namun begitu itu sudah dituliskan ke kertas, seorang Cina langsung bisa mengetahui bahwa simbol yang menyerupai huruf "J" yang tertarik ke belakang dengan satu goresan di kepalanya dan 2 goresan menembus batangnya berarti "Mao", atau "rambut". Itulah juga nama keluarga Ketua Partai Komunis Tiongkok (PKT). Dengan tulisan Cina, memang tidak akan ada kesalahfahaman tentang arti Mao yang dimaksud si penulis. Namun problimnya timbul kembali, karena kini Ketua Mao sendiri menghendaki penghapusan tulisan tradisionil itu dan kepingin sekedar menulis namanya itu dengan tulisan Latin. Begitu pula kata lainnya, pokoknya, seluruh bahasa Cina. Hal itu tidak disetujui oleh orang-orang Cina di Taiwan, yang mengatakan bahwa itu "tidak bisa" dan tidak boleh" dilakukan. Mereka juga telah menentang cara para cendekiawan Mao menyederhanakan tulisan Cina di sana -- kadang-kadang dengan mengurangi secara drastis jumlah goresan yang harus dibuat. Mao Ze-dong Kebetulan saja, masalah peng-Latinan tulisan Cina itu telah dibahas secara mendalam baik oleh koran resmi Peking Ren Min Ri Bao. (Harian Rakyat) dan majalah Tsungho yang terbit di Taiwan. Begitu dikemukakan oleh wartawan AP yang ahli Cina, Phil Brown. Menurut majalah Tsungho itu, tanggal 1 September 1975 -- sebulan sebelum ulang tahun ke-26 proklamasi, RRT -- telah ditetapkan oleh Peking sebagai tanggal permulaan pergantian penulisan nama-nama Cina dalam naskah-naskah bahasa asing. Namun sampai sekarang perubahan itu belum dilakukan mengingat sulitnya merubah tradisi yang sudah lama mapan itu. Perubahan itu membawa akibat misalnya, bahwa Peking harus ditulis Beijing dan Mao Tse-tung menjadi Mao Ze-dong. Mengapa begitu? Ada 3 sistim ejaan bahasa resmi Tiongkok (RRT), yang didasarkan pada logat Peking. Berdasarkan sistim Wade-Giles, yang sekarang lazim dipakai dalam penulisan nama-nama orang dan tempat di Tiongkok, simbol yang melambangkan kata "kejam" harus ditulis (dalam tulisan Latin) "hsiung" Sedang berdasarkan sistim Universitas Yale, yang paling dekat dengan cara pengucapan orangorang Amerika, simbol itu ditulis syung, dan berdasarkan sistim di Daratan Tiongkok tulisannya xiong. Nah, berdasarkan sistim Yale itulah nama Ketua Mao seharusnya ditulis "MaoDze-dung". 36 Makna Tapi terlepas dari sistim tulisan manapun yang digunakan, mencoba menulis istilah-istilah Cina dalam huruf Latin selalu terbentur pada kenyataan bahwa bahasa Cina kaya dengan selusin kata-kata yang bunyinya persis sama. Ini disebabkan karena setiap simbol (kata) dalam tulisan Cina bunyinya satu silabel saja. Kalau situasi ini membingungkan buat kata "Mao" yang diucapkan dengan nada menanjak, lebih repot lagi buat kata hsih yang diucapkan dengan nada menurun. Menurut kamus Hsin hua, ada 36 arti untuk kata ini, mulai dari kata "berada" (is) sampai yang bermakna "melihat". Orang-orang Cina Daratan telah menarik manfaat dari kenyataan itu untuk menggantikan beberapa kata yang mudah ditulis dengan kata lain yang bunyinya sama yang sulit ditulis. Untuk mendorong ekspansi sistim ini, Harian Rakyat menyebutkan bahwa pemerintah RRT akan mengurangi jumlah kata yang perlu dimiliki percetakan-percetakan dalam stoknya dan jumlah kata (simbol, atau gambar) yang harus dipelajari oleh rakyat untuk menulis dan membaca. Dengan syarat bahwa arus dihindari substitusi gambar yang dapat menimbulkan kebingungan. Keuntungan sistim ini, tulis harian itu lebih lanjut, ialah bahwa ia dapat melicinkan jalan ke arah hahasa tulisan Cina yang mewakili bunyi dan bukan ide. Sehingga banting setir ke tulisan Latin akan lebih mudah. Koran itu mengakui bahwa kalangan terdidik di Tiongkok meslentang sistim itu, sehingga perlu propaganda yang meluas. Satu kesulitan pokok yang disebutkan oleh koran itu adalah kenyataan bahwa tidak semua orang Cina menggunakan bahasa resmi Kuo-Yi (Mandarin) kendati semua orang Cina menggunakan bahasa tulisan yang sama. Itu sebabnya sebelum bahasa nasional itu dimengerti dan dipakai oleh semua orang Cina, setiap bentuk tulisan yang mewakili bunyi dan bukan ide akan gagal di tengah jalan. Di samping alasan-alasan praktis, ada juga alasan politis mengapa Peking bernafsu sekali merubah ejaan lama di sana. Ada 7000 sampai 8000 kata (gambar Cina yang lazim dipakai, tapi jumlah sebanyak itu sulit dibaca, sulit diingat, dan sulit ditulis. Dengan kepingin mempertahankan tulisan lama itu klas borjuis mau mempertahankan anjuran antara mereka yang melakukan pekerjaan otak dan mereka yang melakukan pekerjaan tangan, kata Haffan Rakyat. Akibatnya, para pekerja dijadikan kelas yang diperintah, bukan yang memerintah. Padahal doktrin Komunis menghendaki kaum buruh ini menjadi klas yang memerintah. Sebaliknya, para cerdik-pandai di Taiwan menuduh usaha itu merupakan usaha kaum Komunis merusak kebudayaan dan sejarah Tiongkok, sama seperti negara-negara penjajah yang berusaha menghancurkan negeri yang dijajahnya. "Memaksa mereka yang sudah mahir menulis tulisan Cina mempelajari ejaan baru itu tanpa menjadi golongan butahuruf baru merupakan satu usaha raksasa yang banyak makan waktu", kata Wang Hsueh-wen dari Pusat Pengkajian Hubungan Internasional, Universitas Cheng-chiih. Jadi, masih bingunglah orang-orang Tionghoa di daratan Tiongkok, fikiran mana yang harus diturut ....

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus