Merogoh jalan

PERBAIKAN jajan Jakarta boleh dikatakan tak henti-hentinya. Boleh jadi pengaspalan rampung, namun tiang listrik ada yang masih terpancang di tengahnya, seperti terdapat di jalan Senen Raya. Ini berarti sebentar lagi bakal ada penggalian. Selanjutnya niscaya ada susulan galian: kabel telepon, pipa ledeng, gas, ataupun beton pemisah untuk jatah jalur lambat. Musim hujan memang bukan melulu membaca bencana banjir, tapi juga menggigit jalan raya. Mengapa begitu, tentu terpulang pada rahasia-rahasia pemborongnya. Namun hujan tentu tak selamanya pantas dituding sebagai biang rusuh, apa bila cukup upaya menjinakkannya. Satu contoh: jalan Senen Raya ini lazimnya langganan genangan air. Tapi serentak didandani, air lalu bisa diajak damai. Polongan air yang terbuat dari beton itu nampaknya belum perlu diangkat dengan mesin. Sebab tenaga manusia toh melimpah, dan mereka tak pantang meski terperosok ke dalam onggokan lumpur, semangat kerja toh tak mengendor. Buat orang kantoran mungkin hujan sekarang suka jadi alasan buat terlambat masuk kerja. Tapi tidak renyai-renyai yang lazim bikin kepala nyut-nyutan toh mereka tekun menyusun batu itu satu-persatu. Bak kata peribahasa: sedikit-demi sedikit, lambat laun jalan tak lagi sakit. Bisa disaksikan, namun sulit menerangkan apa kiranya perasaan pekerja yang terendam ini ketika sedang memperbaiki pipa ledeng yang bocor.