Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Matahari tidak pernah sama

Bambang hidayat, direktur observatorium bosscha, lembang, tidak setuju tentang pendapat yang mengatakan gerhana matahari total kalau dipandang menimbulkan buta. (ilt)

11 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA tidak setuju dengan berbagai larangan yang didasarkan informasi yang keliru. "Soalnya pada saat gerhana matahari, tak terjadi radiasi tambahan seperti banyak diduga orang," katanya tegas. Melihat gerhana itu sama bahayanya dengan melihat matahari pada keadaan biasa. "Itu memang berbahaya jika dilihat langsung," ujarnya. "Karena intensitas cahayanya yang besar.' Prof. Dr. Bambang Hidayat, direktur Observatorium Bosscha di Lembang dan tokoh astronomi Indonesia, masih tampak sedikit jengkel menghadapi berbagai anggapan keliru sekltar eristlwa alam yang lazim itu. "Ini terjadi cukup sering," ujarnya pekan lalu. "Sekitar 3 kali setiap tahun untuk gerhana matahari sebagian dan 18 bulan sekali untuk gerhana matahari total." Ia menunjuk pada berita tentang 3.000-an orang India menjadi buta karena melihat gerhana matahari dua tahun lalu. "Saya minta bukti, tapi ternyata sampai sekarang tak dapat diberikan." Ia yakin masyarakat dapat diberi pengertian tentang bahaya melihat GMT secara langsung dan bagaimana dapat dilihat dengan aman. Juga ketika terjadi GMT beberapa kali sebelumnya di Indonesia. "Dari semua kejadian itu tak ada catatan adanya peristiwa kebutaan karena gerhana," ucap Bambang. Ia bukan tak menyadari maksud baik dari larangan pemerintah itu, "tapi sebaiknya tidak dilakukan dengan membohongi masyarakat." Bambang Hidayat, selain menjabat sebagai wakil ketua Panitia Nasional Gerhana Matahari 1983, juga ditunjuk oleh pertemuan IAU International Astronomical Union) sebagai Koordinator Nasional bagi penelitian ilmiah GM 1983 di Indonesia. Akhir bulan lalu ia giat dalam penyelenggaraan Sekolah Internasional bagi astronom muda, serta Kolokia Internasional dalam rangka peringatan HUT ke-60 Observatorium Bosscha. Rencananya mengahadapi GMT pekan ini ialah dengan berusaha meneliti korona. Dengan mempelajari kepadatan korona itu serta merekamnya, para astronom Indonesia akan mencari korelasi antara kepadatan korona dan bintik matahari. "Untuk penelitian itu, kami memiliki microdensity meter," ujar Bambang menjelaskan peralatannya. Tapi para astronom yang ada di Lembang, di Departemen Astronomi ITB, juga ingin memotret korona, untuk mengetahui contour korona itu. Ini bisa diukur untuk mengetahui pula jangkauan korona matahari yang diketahui selalu berubah. Bambang mengutip Prof. Jay Passachoff yang mengatakan bahwa walau tekniknya lama (pemotretan atau pengamatan), tapi mataharinya tidak pernah sama. Penelitian terhadap matahari memang sudah berlangsung lama. Tapi masih di awal abad ke-19 para astronom menganggap korona itu bagian dari bulan atau atmosfir bulan yang menjadi terang karena cahaya matahari di baliknya. Penelitian ilmiah sekitar tahun 1860-an baru bisa membuktikan bahwa korona itu sebetulnya bagian dari matahari. Baru sekitar Perang Dunia ke-2 para ilmuwan mulai menyadari bahwa korona itu suhunya ribuan kali lebih panas dari permukaan matahari sendiri. Sampai saat ini belum ada satu pun teori yang tuntas menerangkan mekanisme gerak energi di matahari. Itu sebabnya sekian banyak tim peneliti mencari jawab melalui berbagai eksperimen pada GMT 1983 ini. Kesempatan terjadinya GMT bulan ini di Indonesia, menurut Bambang, memang suatu kesempatan baik sekali bagi mereka yang ingin mengembangkan ilmu-ilmu interdisipliner. Misalnya geofisika, angkasa bumi, biologi, dan lainnya. Hanya, sayangnya, banyak penelitian seperti itu menunggu sampai saat terakhir. "Padahal untuk mempelajari irama kehidupan, misalnya, diperlukan kurun waktu yang lebih lama," ujar Bambang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus