PARA ahli teknologi pertahanan Amerika tetap memasang kuda-kuda. Kesepakatan Reagan-Gorbachev bulan lalu untuk mem-"puso"-kan 2.611 pucuk rudal jarak pendek dan menengah tak mengendurkan kesiagaan para ahli itu dalam mereka-reka teknologi baru penangkal ancaman Rusia. Kesimpulan mereka: perlu pengembangan teknologi pemantauan angkasa luar. Memang Reagan dan Gorbachev, dalam pertemuan yang mesra di Gedung Putih itu, juga menyetujui adanya inspeksi-inspeksi mendadak pada instalasi peluncuran rudal nuklir kedua belah pihak oleh tim peninjau masing-masing. Tapi siapa bisa menjamin bahwa kedua pihak mematuhi perjanjian itu? Siapa tahu, Rusia diam-diam mencetak rudal-rudal baru, yang boleh jadi ditempatkan di angkasa raya? Maka, babak baru perlu dibuka. "Selama seperempat abad ini kita hanya memeriksa permukaan bumi dari angkasa. Kini kita harus berupaya memeriksa sekeliling bumi," kata Ashton B. Carter, ahli program militer angkasa luar dari Harvard. Namun, tentu, pemantauan angkasa raya itu bukan sebuah proyek yang gampang. Ruang angkasa yang mesti dipantau adalah daerah sampai ketinggian 36 ,~ ribu kilometer, yakni batas ketinggian satelit buatan manusia. Ini berarti ruang angkasa yang mesti diamati tak kurang dari 160 ribu trilyun kilometer kubik. Selama ini kemampuan Amerika dalam memantau aktivitas ruang angkasa itu sangat terbatas. Amerika hanya mengandalkan Pusat Komando Pertahanan Angkasa Luar AS, Norad (North American Aerospace Defense Command), yang berkubu di sela-sela pegunungan, dekat Colorado Springs, untuk mempatroli angkasa luar itu. Padahal, instansi ini hanya memiliki 30 stasiun radar luar angkasa dan enam buah stasiun lensa jarak jauh. Jangkauan Norad masih jauh dari memadai. Jaringan "mata-mata" Norad sebetulnya sehari mampu merekam 45 ribu gambar. Dari jumlah itu, 20 persen merupakan gambar-gambar J~acau, tak menuniukkan sosok obyek secara jelas. Distorsi gambar benda angkasa itu disebabkan oleh olakan-olakan material atmosfer. Karena obyek-obyek terekam pada layar komputer Norad itu tak begitu Jelas, diperlukan waktu cukup panjang untuk mengidentifikasinya. Diperlukan kerja ekstra untuk mengenal sifat-sifat dan fungsi obyek angkasa itu. San~pai saat ini ada 7.000 sasaran tetap yang dimonitor oleh jaringan "mata-mata" Norad itu. Mengingat keterbatasan kualitas sarana Norad itu, para ahli mengharapkan agar program Perang Bintang. Presiden Reagan tak ditunda-tunda. Mereka kini tak memprioritaskan pembuatan senjata-senjata pembunuh, namun menghendaki pengembangan sistem mata-mata yang canggih untuk mendeteksi kekuatan lawan di angkasa. Persenjataan lawan di angkasa yang perlu diintai, kata para ahli AS, berupa senjata sinar laser, partikel radiasi, roket bertenaga nuklir penghancur satelit atau rudal, dan tentu saja rudal berkepala nuklir. Hingga saat ini masih sulit mengidentifikasi benda-benda itu. Yang perlu dilakukan dalam program Perang Bintang itu ialah mengembangkan sistem pendeteksi dengan akurasi yang tinggi. Detektor semacam ini hanya bisa dipenuhi jika tersedia pengindera jauh dengan kepekaan tinggi. Pengindera konvensional, penangkap gelombang inframerah, atau lensa konvensional, seperti yang digunakan saat ini, dipandang tak lagi memadai. Para ahli Amerika memang belum mengemukakan gagasan yang kongkret mengenai sistem penginderaan baru itu. Mereka baru mengemukakan perlunya sebuah jaringan penginderaan yang dibangun di bumi dan di angkasa. Lensa Jarak Jauh masih dianggap perlu, tapi harus ada perbaikan daya tembusnya, sehingga tak terpengaruh oleh olakan-olakan material atmosfer. Detektor yang dibayangkan para pakar pertahanan Amerika di tahun 90-an nanti antara lain, berupa pesawat angkasa luar yang memancarkan sinar-X. Pantulan sinar frekuensi tinggi ini diharapkan memberikan informasi tentang benda-benda asing di angkasa, termasuk persenjataan yang digerakkan oleh energi nuklir. Selain itu, mereka juga punya keyakinan bahwa benda-benda lain yang memancarkan radiasi gelombang pendek akan mudah dideteksi. Sebab, pancaran radiasi itu akan berinteraksi dengan lapisan ionosfer bumi, lalu menghasilkan gelombang radio dengan frekuensi tertentu. Putut Tri Husodo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini