Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Mengenal Lebih Dalam Antibiotik sebagai Terobosan Obat-obatan

Perjalanan revolusi antibiotik sejak penemuan penisilin hingga tantangan masa kini seperti resistensi antibiotik.

26 Desember 2023 | 15.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi antibiotik. Pexels/Karolina.Grabowska

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Antibiotik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Sejak penemuan penisilin pada tahun 1928 oleh Sir Alexander Fleming, antibiotik telah merevolusi pengobatan infeksi bakteri dan menyelamatkan jutaan nyawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan penyebaran resistensi antibiotik telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia dan hewan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari studi berjudul The Treasure Called Antibiotics, sebelum awal abad ke-20, penyakit menular menyebabkan morbiditas dan mortalitas tinggi di seluruh dunia. Umur harapan hidup rata-rata pada saat lahir hanya mencapai 47 tahun (46 untuk pria dan 48 untuk wanita) bahkan di dunia yang terindustrialisasi.

Penemuan penisilin pada 1928 oleh Sir Alexander Fleming (1881-1955) menandai awal revolusi antibiotik. Ernst Chain dan Howard Florey membersihkan penisilin pertama, penisilin G, pada 1942 tetapi baru menjadi tersedia luas di luar militer Sekutu pada 1945.

Ini menandai awal era antibiotik. Era antibiotik ini menyaksikan penemuan banyak antibiotik baru, dan periode antara 1950-an dan 1970-an dinamakan sebagai era emas penemuan antibiotik baru, dan tidak ada kelas antibiotik baru yang ditemukan sejak saat itu.

Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), investasi swasta yang menurun dan kurangnya inovasi dalam pengembangan antibiotik baru telah menghambat upaya untuk melawan infeksi yang resisten terhadap obat.

Era antibiotik merevolusi pengobatan penyakit menular di seluruh dunia, meskipun dengan banyak kesuksesan di negara-negara maju. Namun, tantangan besar bagi pencapaian era antibiotik adalah resistensi antibiotik, yaitu kemampuan bakteri untuk menahan efek antibiotik yang pada awalnya peka terhadapnya.

Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC), setidaknya 2 juta orang terinfeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan lebih dari 23.000 orang meninggal setiap tahun sebagai akibat dari infeksi tersebut. Ancaman ini lebih besar di negara-negara berkembang di mana penyakit menular tetap menjadi penyebab kematian utama.

Organisme resisten sulit diobati, memerlukan dosis lebih tinggi atau obat alternatif yang mungkin lebih toksik dan mahal. Misalnya, Streptococcus pneumonia yang resisten terhadap penisilin (PRSP), Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA), Enterokokus yang resisten terhadap vankomisin (VRE), dan Basil Gram-Negatif Multiresisten (MDRGNB) merupakan contoh patogen resisten yang signifikan di dunia.

WHO dan Drugs for Neglected Diseases Initiative (DNDi) telah membentuk Global Antibiotic Research and Development Partnership (GARDP), sebuah organisasi penelitian dan pengembangan nirlaba yang mempercepat pengembangan antibiotik yang baru dan lebih baik untuk mengatasi infeksi yang resistan terhadap obat.

Strategi GARDP adalah untuk memberikan lima pengobatan baru pada tahun 2025. GARDP bekerja sama dengan lebih dari 50 mitra sektor publik dan swasta di 20 negara untuk mengembangkan dan memastikan akses yang berkelanjutan terhadap pengobatan. Mendorong penggunaan yang bertanggung jawab dan keterjangkauan bagi semua orang yang membutuhkan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus