Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMANYA Morfeus, singkatan dari Modern Fertilizer Ultrasound. Ini mesin pembuat pupuk nano. Morfeus menggunakan gelombang ultrasonik untuk memecah partikel pupuk. Keunggulannya, alat ini bisa mencacah partikel hingga berukuran 50-60 nanometer hanya dalam waktu satu jam. Mesin biasa yang memakai sistem ball mill butuh waktu di atas 10 jam.
"Kami membuat mesin ini dengan biaya murah, mudah, dan efektif," kata Aginta Friska M., Sabtu dua pekan lalu. Dia mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, ketua tim peneliti yang menciptakan alat ini.
Pupuk nano adalah pupuk cair yang partikelnya berukuran di bawah 100 nanometer. Partikel pupuk cair biasa berukuran di atas 800 nanometer. Dengan pupuk cair nano, petani bisa menghemat anggaran penyubur tanaman sekitar 30 persen.
Menurut Aginta, dia dan teman-temannya sefakultas, Reinhardt Alexandro, Desak Putu Ariska Pradnya D., Agung Heriyatmo, dan Widyo Bayu, geregetan melihat begitu banyaknya negara ini mengimpor aneka hasil pertanian. "Padahal pemerintah mencanangkan swasembada pangan," katanya. Mereka lalu berinisiatif membuat pupuk yang murah dan bagus.
Lewat program kreativitas mahasiswa, pada akhir 2014 mereka mendapatkan dana penelitian Rp 12,1 juta dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Penelitian pun dimulai, di bawah bimbingan Yusron Sugiarto, dosen di Fakultas Teknologi Pertanian.
Butuh waktu 10 bulan untuk melakukan riset, percobaan, hingga merampungkan mesin berukuran 51 x 36,5 x 33 sentimeter ini. Saking lamanya, di tengah jalan anggota tim sempat berganti. Agung dan Widyo, yang tamat kuliah pada pertengahan tahun lalu, digantikan oleh Dwi Novanda Sari dan Rofifah Yusadi, junior mereka di kampus.
Komponen yang mereka pakai untuk membangun mesin ini antara lain generator ultrasonik dengan frekuensi 40 kilohertz, 4 buah transduser, cawan, layar monitor LCD, lampu indikator, stainless steel, omron, serta sensor suhu. Generator dan transduser merupakan bahan utama pembuatan mesin. Kedua komponen ini mereka pesan dari Cina seharga Rp 12 juta. Lainnya mereka beli di toko elektronik setempat.
Oktober tahun lalu Morfeus akhirnya rampung. "Kami menghabiskan dana Rp 60 juta," kata Aginta. Uji coba pada kebun cabai di Malang menunjukkan hasil yang menggembirakan. Daun cabai tumbuh lebih lebat dan pohonnya lebih tinggi. Pada Januari lalu, buah kerja keras Aginta dan tim ini adalah gelar juara School on Internet (SOI) Asia Business and Gestation 2015 di Jepang.
1. Hidupkan generator ultrasonik.
2. Tuang pupuk cair ke dalam cawan.
3. Atur suhur 40 derajat Celsius selama 50 menit. Semakin lama proses dansemakin tinggi temperaturnya, partikel nano yang dihasilkan kian kecil.
4. Celupkan transduser ke dalam pupuk cair. Transduser mengubah gelombang listrik menjadi ultrasonik. Getaran yang dihasilkan dari perubahan gelombang akan menciptakan tumbukan yang memecah partikel pupuk hingga berukuran 50-60 nanometer.
5. Pupuk nano siap digunakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo