Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mitos seputar asal muasal minyak masih terus ada, di antaranya anggapan bahwa bahwa minyak berasal dari dinosaurus yang mati. Tapi itu salah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahli geologi Reidar Müller dari Universitas Oslo berupaya menghilangkan prasangka mitos dinosaurus ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Untuk beberapa alasan yang aneh, gagasan bahwa minyak berasal dari dinosaurus telah melekat pada banyak orang. Tapi minyak berasal dari triliunan alga kecil dan plankton,” kata Reidar pada Sciencenorway.no.
Menurut Reidar, ketika alga dan plankton di laut mati, mereka tenggelam ke dasar laut. Residu ini terakumulasi dalam lapisan tebal di dasar laut, dan lama kelamaan tertutup tanah liat dan pasir.
Akhirnya, mereka berada beberapa kilometer di bawah tanah. Di sini suhunya antara 60 dan 120 derajat Celsius dan tekanan dari berat semua sedimen ‘memasak’ alga dan plankton itu.
Minyak yang dihasilkan menetes keluar dari lapisan tersebut dan mengalir ke atas hingga mencapai lapisan batuan yang padat.
Lapisan batuan bertindak sebagai penutup, yang dibor oleh perusahaan minyak untuk mencapai minyak.
Fantasi murni
Apakah penting untuk menghilangkan prasangka mitos dinosaurus? “Ya, menurutku begitu,” kata Reidar.
Menurutnya, masyarakat Norwegia harus mengetahui dari mana minyak di negara mereka berasal. “Minyak sangat penting bagi kita, jadi kita harus tahu dari mana asalnya,” kata Reidar.
“Kedengarannya keren untuk mengatakan bahwa minyak adalah sejenis sup dinosaurus, tapi ini murni khayalan,” katanya.
Lantas, dari mana asal mula mitos dinosaurus? “Sulit untuk mengatakannya,” katanya.
Ia mengatakan, satu tulang dinosaurus pernah ditemukan di sebuah sumur minyak di Norwegia.
“Kami telah menemukan kerangka reptil prasejarah berukuran besar, seperti plesiosaurus dan ichthyosaurus, di lapisan yang sama dengan minyak yang ditemukan di Svalbard. Mungkin saja ada sedikit minyak yang keluar darinya,” kata Reidar.
Jika plankton dan reptil bisa menjadi minyak, apakah manusia juga bisa menjadi minyak? "Ya. Jika kita manusia menumpuk dalam gumpalan besar di dasar laut dan tinggal di sana dalam waktu lama, kita bisa menjadi minyak. Kita juga harus tertutup lapisan pasir tebal dan berbaring di sana dalam waktu lama,” kata Reidar.
Kemungkinan besar tubuh kita sudah dimakan hewan lain sebelum kita bisa berubah menjadi minyak.
Sebaliknya, plankton dan ganggang yang diubah menjadi minyak 150 juta tahun yang lalu tidak dimakan. “Tidak banyak oksigen di laut lepas Norwegia saat itu. Artinya tidak banyak kehidupan di dasar laut,” kata Reidar.
Plankton mati tenggelam ke dasar laut dalam lapisan tebal dan kemudian berubah menjadi minyak.
Mengapa terjadi kekurangan minyak? Bukankah masih ada plankton dan alga yang bisa berubah menjadi minyak dalam jangka panjang?
“Ketika kita berbicara tentang kehabisan minyak, masalahnya adalah kita mengekstraksi minyak lebih cepat dibandingkan dengan pembuatan minyak baru. Setelah beberapa saat, ladang minyak menjadi terlalu kosong sehingga tidak ada gunanya mengekstraksi sisa minyak tersebut,” kata Reidar.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.