Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mobil Daihatsu Hi-Jet berondol keluaran 1980 itu tak memiliki tangki bensin. Sebagai gantinya, nangkring tabung oksigen 53 kilogram di kerangka belakang. Ujung tabung dihubungkan dengan selang kuning ke sebuah kotak hitam seukuran aki motor yang tersambung ke mesin mobil. Saat si empunya mobil, dokter Helmy Dja'far, memutar kunci untuk menghidupkan mesin, terdengarlah suara menderu. Lalu Helmy pun menyetir mobil itu perlahan.
"Kotak hitam itulah kuncinya," kata Helmy saat ditemui Tempo di rumahnya, di Jalan Kendangsari, Surabaya, Selasa malam pekan lalu. Di kotak hitam itulah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, itu menumpahkan kreasinya. Rangkaian mesin yang detailnya dirahasiakan itu memiliki konstruksi khusus yang bisa melepas tekanan udara dari tabung sehingga menggerakkan mesin mobil. Prinsip kerjanya seperti balon udara yang dilepas. "Waktu kecil sering meniup balon lalu dilepas. Pas dilepas kan balonnya bergerak sendiri," kata pria 45 tahun yang mengaku IQ-nya 160 ini.
Mobil udara bikinan Helmy sudah diuji coba muter-muter di jalanan sekitar kompleks tempat tinggalnya, termasuk Rabu pekan lalu. Dengan mesin yang sudah berumur 30-an tahun, mobil kreasinya bisa melaju 50-70 kilometer per jam. Ia mengkalkulasi per 10 kilometer hanya menghabiskan Rp 100. Ini dihitung dari biaya listrik yang dihasilkan kompresor setiap pengisian udara ke dalam tabung. Satu tabung oksigen dengan tekanan gas 150 bar, seperti yang dipakai saat ini, bisa menempuh perjalanan 3-4 kilometer. Jika udara habis, tinggal dipompa saja dengan kompresor pengisi angin. Keunikan lain mobil yang dibangun dengan biaya Rp 300-an juta itu adalah bebas polusi. Bahkan, jika knalpot dihubungkan dengan dinamo, emisinya bisa mendinginkan kabin mobil.
Mobil udara itu sebenarnya sudah diciptakan Helmy 15 tahun lalu. Namun saat itu ia menyebutkan ada pelarangan oleh intelijen karena waktunya dinilai belum tepat. Momentum datang ketika Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mencanangkan mobil listrik beberapa bulan lalu. Maka dua pekan lalu ia pergi ke Jakarta dan berniat memperlihatkan kreasinya kepada Dahlan. Sayang, keinginan Helmy ditolak. Padahal ia sudah mempersiapkan desain mobil udara secara rinci.
Helmy, yang sempat kuliah di Jurusan Teknik Elektro Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya (kini Universitas Negeri Surabaya), mengaku ada perusahaan besar dari luar negeri yang menawar temuannya hingga miliaran rupiah, tapi ia tolak. "Saya ingin mobil ini bisa bermanfaat bagi Indonesia," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo