Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Obat kuping dari siemens

Pergantian peralatan di sentral telepon otomat dengan sistem digital (dengan komputer), tender dimenangkan oleh siemens a.g. (ilt)

30 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKHIR tahun 1983, demikian menurut rencana, telinga para pemakai telepon di Indonesia tak akan diganggu lagi oleh kebisingan, percakapan menyilang yang menjengkelkan atau suara 'lawan' bicara yang kadang timbul tenggelam. Itu harapan pihak pemberi jasa telepon. dalam hal ini Direktorat Pos dan Telekomunikasi (Postel), yang telah lama mengetahui gangguan itu bersumber pada peralatan di Sentral Telepon (STO). Dan gangguan itu rupanya baru bisa terobati, setelah Siemens AG, perusahaan multinasional dari Jerman Barat secara tak terduga berhasil meraih tender dua pekan lalu, menyisihkan enam perusahaan telekomunikasi lain termasuk I..M. Ericsson dari Swedia dan CIT Alcatel dari Prancis yang tersohor itu. Kontrak yang dimenangkan Siemens berjumlah US$ 170 juta, atau kurang lebih Rp 110 milyar. Dengan bekal banyak itu, Siemens diminta untuk mengganti sistem lama-dikenal sebagai sistem analog -- di mana isyarat dikirim dalam bentuk gelombang yang mengalir tanpa putus. Pada sistem digital isyarat mula-mula dibentuk dalam takaran-takaran tertentu, yang bisa hitung. Takaran-takaran pulsa itu kemudian diubah dalam kode-kode berhuruf jutaan titik, mirip bintik-bintik dalam layar televisi, oleh apa yang disebut PCM coder pulse code modulation coder). Kode-kode itulah yang kemudian dikirim secara terputus-putus menurut jumlahnya, dan begitu tiba di tempat tujuan, dikembalikan kepada isyarat (sinyal) aslinya oleh PC oder untuk masuk ke pesawat telepon biasa yang masih memakai sistem analog. Dari cara pengiriman ini, sinyal digital tak akan terganggu, baik oleh jarak, media transmisi ataupun banyaknya repeater (peralatan- penguat isyarat) di kabel. Dengung repeater bisa mempengaruhi gerakan gelombang isyarat yang dikirim secara biasa, dan semakin banyak repeater semakin berisik, gelombang berubah sehingga suara hilang timbul. Pada sistem digital, sinyal yang terbungkus dalam kode-kode cahaya tak terpengaruh oleh bunyi repeater. Efisiensi sistem digital juga lebih tinggi, karena isyarat yang dapat dikirim bukan cuma suara, juga gambar dan data. Ini yang akan membawa dunia telekomunikasi ke masa jaringan digital pelayanan terpadu (ISDN). Sedangkan keunggulan ekonomis sistem digital terletak pada alat penyambung (switch). Dewasa ini alat penyamung di STO Perumtel (yang memungkinkan dua orang berbicara lewat telwpon) ada bermacam-macam merk. Ada yang masih bekerja secara mekaliik penuh dengan roda-roda bergerigi (mirip jam mekanik). Untuk menggesernya secara tahap (mirip posisi angka telepon putar) diperlukan catu (power) yang tinggi. Peralatan 'kuno' ini memakan mang yang sangat besar, biaya pemeliharaan mahal karena harus diminyaki, gigi aus, dan sebagainya. Sejak 1979 sentral telepon sudal nemakai alat penyambung secara otontatis dengan sistem komputer (stored program control atau 5PC). Ini memungkinkan pemakaian pesawat telepon pencet tombol angka. Switch SPC ini sudah jauh lebih kecil dan memerlukan catu dan biaya pemeliharaan lebih kecil. Tapi sistem digital dengan komputer ini jauh lebih kecil lagi, dengan catu yang sangat kecil. Cara bekerja alat penyambungnya tidak seperti switch ana log (dua kabel bersambungan) tapi lewat alokasi angka (waktu) yang sesuai (time vision switch). Deretan sinyal-sinyal digital yang masuk STO disimpan dalam suatu ingatan komputer menurut waktu tertentu (dalam ukuran mikro detik), kemudian diteruskan lagi setelah diadakan perubahan urutannya sesuai tujuan sinyal-sinyal digital tersebut. Komponen-komponen ini ringkas sekali, bisa ribuan komponen dipadatkan dalam satu potongan semi-conductor ukuran milimeter persegi. Sentral telepon digital seperti ini yang hendak dipasang Siemens AG di Jakarta (termasuk proyek Lapangan Udara Internasional Cengkareng dengan STO berkapasitas 6.000 satuan sambungan), di Kabanjahe (Sum-Ut) dan Gorontalo (Sul-Ut). Seluruhnya berkapasitas 52.500 satuan sambungan akan dipasang Siemens bersama Perumtel dengan biaya DM 70091.202 ( @ Rp 269). Sentral Gerbang Internasional pertama di Gambir, Jakarta, sementara belum diganti. Tapi Postel hendak membangun Sentral Gerbang Internasional (SGI II) di Medan. "Dibuat dua SGI supayabisa saling mengisi bila yang satu tak bekerja," kata manajer komersial PT-Indosat, Ir. Tjahjono Soerjodibroto. Proyek ini meniang ditangani Siemens bersama PT Indosat, pengelola sentral telepon dan teleks internasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus