Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Padi anti-tungro

Pusat riset padi internasional (irri) filipina ber hasil mencangkokkan gen anti-tungro pada beberapa varietas padi. tungro lebih buas dari pada wereng hijau.

26 Januari 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI antara deretan penyakit berbahaya bagi tanaman padi, virus tungro menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara. Setiap tahunnya, "Ribuan hektare sawah dihancurkannya, mengakibatkan kerugian jutaan dolar," ujar Dr. Ryoichi Ikeda, ahli pemuliaan tanaman Jepang yang bekerja di Pusat Riset Padi Internasional (IRRI) Los Banos, Filipina. Namun, kini ancaman tungro bisa diredam. Para ahli IRRI telah berhasil mencangkokkan gen anti-tungro pada beberapa varietas padi. Memang, varietas-varietas itu masih perlu dipoles lebih lanjut sebelum dilepas ke sawah-sawah petani. Tapi, "Epidemi tungro akan segera dipatahkan," kata Ikeda-san. Tungro turun ke sawah membonceng hama wereng hijau (Niphotettix virescens), kemudian menimbulkan kerusakan yang lebih hebat dibanding serangan wereng hijau itu sendiri. Rumpun padi muda yang kebangkitan tungro biasanya sulit membentuk anakan baru, menjadi kerdil, daunnya menciut dan menguning, lantas bulir-bulirnya tak sanggup memberi butiran padi. Puso. Sejak awal 1970-an, IRRI telah mengetahui bahwa padi-padian liar lebih tahan terhadap "gigitan" virus bengis ini. Namun, para pemulia tanaman kesulitan untuk memboyong gen anti-tungro itu ke varietas padi budi daya. Hibridasi (perkawinan silang) tak bisa dijalankan lantaran terdapat "kesenjangan" genetik yang cukup jauh antara padi liar dan padi budi daya. Tak ada jalan lain, pemulian harus lewat rekayasa genetika. Gen padi liar itu harus dibongkar dan dicangkokkan ke padi budi daya. Tapi gen yang mana? Apa boleh buat. Para ahli genetika tanaman di IRRI harus memeriksa struktur genetik satu per satu atas 40 ribu varietas (dari 86 ribu varietas) yang tersimpan di bank gen lembaga riset internasionai itu. Sejauh ini, Dr. Ikeda masih harus kerja keras. Dia harus memperbanyak stok benih padi anti-tungro itu, untuk kemudian dipindahkan ke varietas-varietas baru dengan jalan yang lebih praktis: hibridasi. Pekerjaan itu akan makan waktu karena jenis yang dilepas tak cuma harus tahan terhadap tungro, tapi juga dituntut sanggup melawan beberapa jenis penyakit dan hama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus