Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Paru-paru Sebagian Eks Pasien Covid-19 Ditemukan Rusak Permanen

Kasus kerusakan paru-paru pasca infeksi tidak baru. Tapi yang terjadi saat pandemi Covid-19 sekarang ini disebut berskala besar.

26 Juni 2020 | 12.59 WIB

Sejumlah petugas medis tengah merawat seorang pasien yang terjangkit virus Corona secara intensif di rumah sakit San Raffaele di Milan, Italia, 27 Maret 2020. Dalam waktu sekitar dua hari, total kasus Corona COVID-19 di seluruh dunia melonjak dari 400.000 menjadi 500.000 kasus. REUTERS/Flavio Lo Scalzo
Perbesar
Sejumlah petugas medis tengah merawat seorang pasien yang terjangkit virus Corona secara intensif di rumah sakit San Raffaele di Milan, Italia, 27 Maret 2020. Dalam waktu sekitar dua hari, total kasus Corona COVID-19 di seluruh dunia melonjak dari 400.000 menjadi 500.000 kasus. REUTERS/Flavio Lo Scalzo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Infeksi virus corona Covid-19 mungkin akan meninggalkan kerusakan permanen pada paru-paru. Ini terungkap dari laporan beberapa dokter tentang kondisi bekas pasien yang telah dinyatakan sembuh. Para dokter itu mendapati kasus batuk dan sesak napas pasca infeksi yang cukup banyak. Dan setelah dipindai, tampak di hadapan mereka bekas luka di paru-paru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak ada angka pasti dari jumlah orang-orang yang paru-parunya terdampak seperti itu. Tapi perkiraannya bisa satu dari antara lima yang pernah menjalani perawatan intensif kasus Covid-19. Kerusakan permanen itu kadang baru terlihat setelah ada infeksi lain serupa peradangan yang disebabkan Covid-19, seperti flu dan pneumonia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Sebelumnya juga selalu ada kasus seperti ini—yang membuat sekarang berbeda adalah skalanya,” kata James Chalmers, dokter paru dan penasihat di British Lung Foundation, seperti dikutip dari newscientist.com 25 Juni 2020. 

Dia mengungkapkan kalau kasus itu (bekas luka setelah infeksi) biasa ditemukan di kliniknya di Skotlandia, satu atau dua kali setahun. “Tapi sekarang kami bisa menemukannya pada belasan pasien yang berdatangan.”

Dalam sebuah studi di Italia, sebuah negara yang termasuk terpukul parah oleh infeksi virus corona, para dokter memindai paru-paru tiga bulan berselang setelah para pasiennya jatuh sakit. Meski hasil lengkap belum dilaporkan, Paolo Spagnolo di University Hospital of Padua memperkirakan 15-20 persen dari mereka yang pernah dirawat seara intensif di rumah sakit itu memiliki bekas luka pada paru-parunya. “Kita harus bersiap untuk menangani para pasien itu di masa mendatang,” katanya.

Pada kebanyakan orang, virus corona Covid-19 hanya menimbulkan gejala yang ringan. Tapi buat sisanya bisa menuntun ke peradangan paru yang serius dan pelepasan bahan kimia yang berlebihan dan menyebabkan komplikasi yang disebut badai sitokin. “Jika tidak dicek lagi, peradangan menyebabkan kerusakan dan meninggalkan luka,” kata Chris Meadows, seorang dokter di perawatan intensif di Guy’s and St Thomas’ NHS Foundation Trust di London.

Menurut Chalmers, tidak ada cara untuk memulihkan bekas luka, fibrosis, pada pura-pura. Yang bisa dilakukan setiap orang adalah mencoba memperbaiki kebugaran aerobiknya sebagai ganti dari menurunnya fungsi paru-paru, dan belajar beradaptasi dengan kesulitan bernapas.

Seperti halnya bekas luka, masih ada mekanisme lain yang menyebabkan masalah jangka panjang bagi eks pasien Covid-19 yakni darah yang semakin rawan menggumpal. Mereka yang pernah dirawat intensif disebut mengembangkan gumpalan-gumpalan kecil dalam pembuluh darahnya di paru-paru.

Untuk mengkompensasinya, jaringan pembuluh darah baru memang bisa tumbuh tapi ini bisa tak beraturan dan menyebabkan tekanan darah tinggi di paru-paru. “Itu artinya Anda tidak bisa menerima banyak oksigen lagi,” kata Chalmers.

Dia juga mengingatkan, kerusakan pada paru-paru tidak terbatas pada mereka yang pernah bergantung pada ventilator. “Semakin parah gejala Covid-19 yang dialami berarti semakin tinggi kecenderungan untuk kerusakan permanen paru-paru, tapi saya telah menemukan kasus dua pasien yang tidak pernah dirawat dengan ventilator memiliki komplikasi jangka panjang juga.”

NEWSCIENTIST

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus