Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus termasuk figur yang telah selama ini terus mengingatkan akan dampak cepat dari teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bagi masyarakat. Dia menekankan kalau setiap teknologi seharusnya untuk menghormati martabat manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sikapnya itu sejalan dengan Rome Call for AI Ethics. Seruan dibuat pada 2020 lewat dokumen yang diteken bersama Akademi Kepausan untuk Kehidupan bersama Microsoft, IBM, FAO, serta Kementerian Inovasi Italia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paus Fransiskus yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio ini sudah vokal sebelum dia sendiri kemudian menjadi korban penyalahgunaan AI. Gambar-gambar deepfake dirinya pernah beredar tahun lalu, antara lain, mengenakan puffer jacket putih bak selebritis.
Berikut daftar pernyataan Paus Fransiskus tentang AI,
Pesan tahunan Hari Perdamaian Sedunia, Desember 2023
Hari Perdamaian Sedunia dirayakan setiap 1 Januari. Adapun pesan yang disampaikannya mengambil judul spesifik 'Artificial Intelligence and Peace'. Di dalamnya, Paus menyerukan komunitas bangsa-bangsa di dunia untuk bekerja sama dan mengadopsi perjanjian internasional yang mengikat untuk mengatur pengembangan dan penggunaan AI. Diserukannya pula regulasi tersebut agar tidak hanya mencegah bahaya, tapi mendorong praktik-praktik terbaik.
Karena pengaruh globalnya, Paus Fransiskus juga mengatakan penggunaan dan pengerahan AI seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintahan dan organisasi internasional. Dia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap penggunaan AI dalam Sistem Senjata Otonom Mematikan.
Dialog Minerva, Maret 2023
Paus Fransiskus beserta ilmuwan, insinyur, pemimpin bisnis, pengacara, filsuf, teolog, ahli etika, dan anggota Kuria Roma, membahas teknologi digital dalam Dialog Minerva yang diselenggarakan oleh Dikasteri Kebudayaan dan Pendidikan Vatikan. Paus kembali menitikberatkan pada evaluasi terhadap perkembangan teknologi untuk lebih menghormati martabat manusia.
Dia menyampaikan secara terbuka keyakinannya bahwa banyak individu yang bekerja pada teknologi dengan menempatkan etika, kebaikan bersama, dan pribadi manusia sebagai nilai yang tak terbantahkan. "Saya mendorong Anda, untuk menjadikan martabat intrinsik setiap pria dan wanita sebagai kriteria utama dalam mengevaluasi teknologi yang sedang berkembang," tuturnya.
Pria 87 tahun asal Argentina tersebut juga mengutarakan keyakinannya akan potensi AI untuk berkontribusi secara positif bagi masa depan umat manusia. Pada saat yang sama, dia menambahkan, potensi itu hanya akan terwujud jika ada komitmen yang konstan dan konsisten dari pihak-pihak yang mengembangkan teknologi ini untuk bertindak secara etis dan bertanggung jawab.
KTT G7, Juni 2024
Dalam pidatonya di hadapan pemimpin negara-negara G7 Paus Fransiskus melabeli AI sebagai kreativas yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia, dan sudah semestinya berada dalam kuasa manusia serta melayani umat manusia. Paus juga merujuk pada Kitab Suci yakni ajaran Konsili Vatikan II, khususnya Gaudium et Spes, yang mengatakan teknologi sekarang mengubah wajah Bumi dengan memperkenalkan masalah-masalah baru.
Meskipun AI memiliki kemampuan untuk memproduksi teks, gambar, bahkan video sekalipun, tapi tidak akan pernah bisa menggantikan kecerdasan dan refleksi manusia sebenarnya. Paus Fransiskus juga memberi sorotan pada risiko yang nantinya bermunculan akibat pemakaian AI yang tidak tepat guna.
Menurutnya, mesin tidak dapat membuat keputusan karena hanya manusia yang dikaruniai kecerdasan dan belas kasih oleh Tuhan, sehingga mampu membuat keputusan dan pilihan etis. “Kita akan mengutuk umat manusia pada masa depan tanpa harapan jika kita mengambil kemampuan membuat keputusan tentang diri mereka sendiri dan hidup mereka, dengan membuat mereka bergantung pada pilihan mesin. Martabat manusia itu sendiri bergantung padanya,” tuturnya.
Pertemuan Centesimus Annus Pro Pontifice, Vatikan, Juni 2024
Bersama peserta konvensi internasional, Paus Fransiskus berpidato dalam Centesimus Annus Pro Pontifice bertajuk Kecerdasan Buatan Generatif dan Paradigma Teknokratis. Ia bertanya-tanya soal tujuan AI sebenarnya.
Menurutnya, AI mestinya berada dalam kuasa manusia, bukan alat yang mendukung ketidaksetaraan, apalagi mendorong manusia untuk membuat keputusan di luar kewenangannya.
Apakah AI digunakan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia, meningkatkan kesejahteraan, dan perkembangan integral manusia, atau malah sebaliknya, "AI digunakan untuk memperkaya dan meningkatkan kekuasaan beberapa raksasa teknologi yang sudah besar meskipun menciptakan bahaya bagi kemanusiaan?"
BAYU MENTARI