Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Layar telepon seluler Ketut Buda Artana menayangkan puluhan citra berbentuk kotak dan bulat berimpit dengan latar berwarna biru muda. Kotak-kotak kecil itu bergerak perlahan. Di antara mereka terlihat garis sejajar. “Kotak-kotak ini adalah semua kapal yang saat ini berada di Selat Madura. Adapun garis itu pipa bawah laut,” kata Wakil Rektor IV Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) itu, Rabu pekan lalu.
Ketut lantas menyentuh satu kotak, yang seketika pecah dan memperlihatkan data kapal yang meliputi identitas, nomor lambung, posisi, muatan, dan kecepatan. Semua informasi itu ditampilkan aplikasi Automatic Identification System ITS (AISITS) yang dikembangkan Ketut dan koleganya.
Aplikasi yang dirancang berbasis mobile phone dan web tersebut dibuat untuk meningkatkan keselamatan transportasi dan instalasi laut. Lewat aplikasi itu, semua pergerakan kapal di satu area laut bisa diawasi secara langsung (real-time). “Apakah posisinya sedang di dekat pipa atau kabel bawah laut, mana kapal yang jalan atau berhenti karena lego jangkar, terpantau dari telepon seluler ini,” ucapnya.
Ketut menjelaskan, AISITS adalah pengembangan riset automatic identification system ITS dengan beberapa perguruan tinggi lain sejak 2007. Perguruan tinggi itu antara lain Kobe University, Osaka University, Tokyo University, dan National Maritime- Research Institute dari Jepang, Universiti Teknologi Malaysia, serta Dokuz Eylul University dan Istanbul Technical University dari Turki. “Hasil riset yang bagus itu akhirnya kami manfaatkan ke aplikasi mobile dan web,” ujarnya.
Aplikasi AISITS digodok oleh Jurusan Teknik Perkapalan serta Teknik Elektro dan Informatika ITS. Data instalasi bawah laut diperoleh dari Pusat Hidrografi dan Oseanografi Angkatan Laut. Para peneliti juga mengumpulkan data dari pemetaan izin penggelaran pipa yang dilakukan pemerintah.
Penelitian ini juga didanai Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Riset dikembangkan di bawah bendera kerja sama antara PT ITS Tekno Sains—perusahaan rintisan ITS—dan PT Bali Towerindo Sentra Tbk. Pada 17 Oktober lalu, mereka meluncurkan aplikasi ini bersamaan dengan peluncuran data center dan central monitoring room di Jakarta. “Dalam era industry 4.0 saat ini, aplikasi semacam ini memegang peranan yang sangat penting,” tutur Menteri Riset Mohamad Nasir saat meresmikan AISITS.
AISITS bisa melengkapi teknologi radar yang hanya dapat mendeteksi kapal besar berbahan baja. AISITS lebih detail memantau kapal nonbaja lewat pancaran sinyal radio dari perangkat yang terpasang. “Kalau dikombinasikan, makin bagus,” kata Ketut, yang juga koordinator Pusat Unggulan Iptek Keselamatan Kapal dan Instalasi Laut.
AISITS akan dikembangkan untuk mencegah tabrakan antarkapal. Dalam aplikasi, posisi kapal terpantau dan diperbarui setiap sepuluh detik. Jika terjadi kecelakaan, bisa diketahui kapal mana yang menabrak. Hal ini berguna untuk pengurusan asuransi kecelakaan dan pemeriksaan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi.
Aplikasi ini juga akan dikembangkan untuk mengetahui muatan kapal yang sedang bersandar dan isi bahan bakarnya. Informasi itu akan berguna bagi petugas yang tak bisa memeriksa kapal satu per satu. Padahal setidaknya 20 persen kapal harus diperiksa isinya. Lewat aplikasi tersebut, muatan yang terindikasi melanggar ketentuan atau berbahaya bisa diketahui dan petugas tinggal menggerebeknya.
KUKUH S. WIBOWO (SURABAYA)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo