TERSEBUTLAH Elias Nasiem alias Ahiahu, orang Yahudi kelahiran
Baghdad, yang sejak usia tiga tahun bermukim di Surabaya. Rajin
mengutak-atik perkakas listrik, awal bulan ini Nasiem
memperkenalkan ciptaannya: alat pengering tembakau (APT)
bertenaga matahari. "Hasil penyelidikan dan percobaan selama
enam tahun," ujar Nasiem, 58, dengan wajah berseri-seri.
Nama yang diberikan Nasiem pada penemuannya ini lumayan gagah:
Nasiem's Hot Air Collector. Berbentuk setengah lingkaran,
menggunakan fibreglass (gelas serat) berukuran 5 x 23 x 1,5
meter, berlantai semen, dan dibangun permanen. Dua sisi tangki
dibuat dari lembaran baja. Kerangka di dalamnya terdiri dari 100
batang besi siku yang dilengkungkan.
Permukaan gelas serat dari tangki bervolume 120 m3 inilah yang
diandalkan menyerap panas matahari, dengan kemampuan 65%. Pada
sisi depan tangki dipasang pipa bergaris tengah 30 cm, dan kipas
penyedot udara yang digerakkan mesin berkekuatan 5 PK, atau
listrik 500 watt. Dengan cara ini, udara panas dialirkan ke
gudang pengeringan, yang berjarak sekitar tujuh meter.
Menurut cara 'tradisional', pada malam hari tembakau yang berada
di gudang rumah panggung berbentuk kerucut itu dipanaskan dengan
membakar kayu di kolong. Kelak, dengan APT Nasiem, tak ada lagi
asap yang mengganggu, juga ancaman kebakaran.
Dari pipa induk tadi, hawa panas didistribusikan melalui
sejumlah pipa kecil, yang dipasangi klep untuk membuka dan
menutup. Di bagian belakang APT, ada dua jendela persegi. Yang
pertama, yang bisa dimasuki orang, dimaksudkan untuk mengecek
bagian dalam tangki. Yang kedua, berfungsi sebagai katup
pengatur sirkulasi udara. Katup ini hanya dibuka pada malam
hari.
Bila siang hari udara mendung, panas yang dikumpulkan hanya
bisa bertahan sampai pukul 22.00. Kalau matahari terang
benderang, panas itu bertahan hingga 24 jam. "Anggaplah hawa
yang tersimpan dalam tangki itu seperti air panas atau es di
dalam termos," kata Nasiem, lulusan STM Jurusan Listrik.
Sudah sempurnakah APT ini? "Saya puas, tapi belum sreg," sahut
Nasiem. Soalnya, pada percobaan di Jember itu, ternyata tembakau
Na Oogst menjadi kering seperti kerupuk. Rupanya, katup
pengatur udara kurang terbuka. Ketika itu lantai gudang
pengeringan langsung diguyur dengan air untuk menurunkan suhu.
Sayangnya, Nasiem belum bersedia menerangkan perincian cara
kerja APT ini. "Kalau diuraikan terperinci, semua orang bisa
bikin. Nah, saya makan apa?" kata Nasiem menyeringai, memamerkan
gigi palsunya yang ompong satu. "Pokoknya, di balik atap gelas
serat itu ada bahan penyerap, sekaligus penyimpan panas
matahari," ujarnya menambahkan.
Nasiem, boleh dikata, memang hidup dari berbagai hasil
'penemuan'-nya. Ia sejak lama dikenal sebagai pencipta alat
pemanas air bertenaga matahari. Sebelumnya, malah sebagai ahli
pendingin.
Pada 1968, Nasiem mulai memanfaatkan tenaga matahari untuk
memanaskan air. Dua tahun kemudian ia memproduksikan water
heater ini besar-besaran. Pesanan datang dari rumah sakit, para
pejabat, dan pengusaha swasta. Alat pemanas air Nasiem terpasang
antara lain di rumah bekas gubernur Jawa Timur, Mohammad Noer,
dan di rumah wali kota Surabaya, Muhadji Widjaja. Pada 1973,
Nasiem mengajukan permohonan hak paten pemanas air itu kepada
pemerintah. "Sampai sekarang tak ada jawaban," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini