SELAMA kurang lebih dua dasawarsa, sejumlah satelit huatan heredar pada orbitnya untuk menginventarisasikan isi bumi. Dalam dasawarsa yang akan datang, angkasa akan menerima penghuni baru: kapal-kapal udara tak berawak yang digerakkan tenaga surya. Pesawat udara senyap ini akan mengitari bumi pada jarak rendah dan bersifat semipermanen. Ia melakukan pekerjaan monitoring, pemetaan, in inventarisasi sumber daya alam, dan . . . pengintaian untuk tujuan militer. Pesawat demikian dapat meliput daerah yang lebih luas, dengan biaya jauh lebih rendah, dan ketelitian lebih terperinci. Soalnya, pesawat-pesawat itu hanya mengorbit pada ketinggian sekitar 20 km. Padahal, satelit-satelit buatan mengorbit pada ketinggian sekitar 160 km, bahkan mungkin lebih. Pada saat ini, lembaga penerbangan dan antariksa AS (NASA) sedang memikirkan pengembangan pesawat tipe baru ini untuk memonitor panen di lembah San Joaquin, California. Penelitian yang scdang giat dilakukan NASA di langley mengusulkan pesawat raksasa bertenaga surya yang akan mengorbit +- 18 km di atas bumi, dengan kecepatan 80 kn per jam. Pesawat tersebut di atas mempunyai sayap sepanjang 93 meter, lebih panjang dari sayap pesawat B-747. Diperkirakan mampu mengangkut muuatan 45 kg, pesawat ini berkulit Mylar, tendon Kevlar, dan kerangka komposit untuk mencapai keringanan tubuh. Pesawat ini akan menerima tenaga melalui sel-sel surya yang menempati hampir seluruh luas sayap dan hagian ekornya. Sistem energi solarnya akan menggerakan baling-baling dengan diameter 5,5 meter. Di samping itu, sistem listrik suryanya akan mensuplai 100 wat bagi muatannya, sambil mengisi sel-sel lain untuk beroperasi pada malam hari. Diperkirakan, sistem energi surya itu cukup kuat untuk dapat mengangkasakan pesawat itu di atas California dari musim semi hingga musim gugur dengan kecepatannya yang normal. Kini, sedang diusahakan penyempurnaan sel-sel surya agar dapat mengurangi hesar pesawat dengan 10% sampai 20%. Di samping itu, NASA juga memikirkan untuk memperoleh tenaga dari energi laser dan gelombang mikro. Ini berarti, energi tadi harus dipancarkan dari bumi ke pesawat itu. Tapi, gagasan itu masih dihadang banyak kesulitan yang belum sepenuhnya teratasi. Pada Agustus 1982 lalu, NASA memberikan kontrak semhilan bulan dengan nilai Rp 86 juta kepada Lockheed. Pemsahaan itu diminta menyusun studi kelayakan bagi pengembangan pesawat bertenaga surya tersebut di atas. M. T. Zen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini