Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Memisahkan 3 Mayat, Menghapuskan...

Ali suanto, istri, dan sopirnya, diketemukan mati terbunuh. korban pembunuhan penuh siasat, ketiga mayat dipisahkan di tiga tempat berjauhan, dan mobilnya dibakar. (krim)

18 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANDA duka, pita baru, dan sio berwarna merah masih melekat di bendul pintu bercat hijau itu. Pemilik rumah itu, Ali Susanto, alias Lie Din Lung, serta istrinya, Tan Soei Jin, Jumat pekan lalu diperabukan di Kota Banyumas. Dan hari Minggunya, abu dibuang ke Samudra Indonesia, di selatan Cilacap. Keduanya, bersama seorang sopir, Kusman alias Kuncung, merupakan korban pembunuhan yang penuh siasat. Pembunuh itu, agaknya dengan rencana yang diatur rapi, sengaja memisahkan ketiga maya itu di tempat-tempat yan berjauhan. Mobil milik korban dibakar, juga di tempat lain, puluhan kilometer dari tempat korban ditemukan. Sang pembunuh nekat, "berani mengambil risiko tertangkap sambil membawa mayat-mayat itu," kata Letnan Kolonel Anwari Dansatserse Kepolisian Daerah Jawa Tengah. "Itu semua modus baru untuk menghapuskan jejak," katanya lagi. Semula, polisi hanya menemukan mobil tak bertuan. Colt dengan nomor polisi R 7965 A itu ditemukan di jalan sempit di tengah persawahan, di Desa Jenar Lor, Purworejo. Karena dibakar, mobil itu telah berubah warna dari hijau metalik menjadi kecokelatan. Polisi menemukannya dengan semua pintu terkunci, sementara di bagasi belakang terdapat sisa-sisa bakaran bahan pakaian dan batik. Esok harinya, 7 Februari pukul 14.00, seorang penduduk yang akan mandi menemukan jasad Ali Susanto, 38, tepat di bawah jembatan Bogowonto Bagelen, Purworejo. Atau sekitar 25 km dari tempat Colt itu ditemukan. Mayat itu telah membusuk. Pada pelipis kiri pemilik toko kelontong Sentral di Wangon, 30 km barat daya Purwokerto, itu terdapat luka akibat tusukan benda tajam. Dari lubang telinganya mengalir darah. Kaki dan tangannya diikat dengan tali plastik, dan dihubungkan dengan karung yang berisi tujuh buah batu kali yang besar. Dan 26 jam kemudian, baru polisi Purworejo menemukan mayat istri Susanto. Perempuan itu ditemukan di Dukuh Jambu, Bagelen, juga di tepi Sungai Bogowonto, sekitar satu kilometer arah selatan dari tempat suaminya ditemukan. Pada muka korban juga didapati luka akibat benda tajam. Kaki dan leher wanita umur 38 ini pun diikat tali plastik dan diganduli lima buah batu kali. Dua jam sebelum mayat Susanto ditemukan, seorang penduduk Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulonprogo, Yogya menemukan mayat seorang lelaki berambut keriting. Korban hanya memakai celana jean, terdampar sekitar 300 meter dari muara Sunai Boowonto, atau hanya 10 meter di tepi pantai Samudra Indonesia. "Di bagian belakang kepalanya ada lubang sebesar kelingking," ujar Darmadi, lurah Jangkaran. Tapi, pada mayat ini tak ditemukan batu pemberat. Mayat berambut gondrong keriting, dan berkulit kuning, inilah yang kemudian diduga jasad Kusman alias Kuncung. Kuncung, ayah tiga anak, dan telah tiga tahun menjadi sopil Ali Susanto itu, memang kribo dan berkulit kuning. Akan tetapi, kapolres Kulonprogo masil meragukannya. "Masih belunr bisa dipastikan," ujar Letnan Kolonel HC. Rehatta. Korban yang diduga mati akibat penganiayaan dengan henda tumpul itu, "ditemukan dengan muka rusak dan tubuh membengkak karena air," kata Rehatta. Kendati polisi telah mendapat foto Kuncung, sulit menyimpulkan apakah mayat itu benar-benar si Kuncung. Menurut keluarga, 5 Februari itu ketiga orang tadi memang pergi dengan Colt. Hari itu, entah kenapa, Ali Susanto cepat menutup tokonya. "Baru pukul setengah empat, toko sudah ditutup," ujar ibunya, Ny. Lie Hen Nie. Mereka singgah di toko Peni, Purwokerto. Di situ Susanto membeli barang dagangan berupa beberapa lembar bahan pakaian dan kain batik seharga Rp 250.000. Setelah itu, mereka singgah di rumah orangtua Ali Susanto. "Tapi hanya semenit," kata Lie Mei Ing, adik bungsu Susanto. "Koh Atin kemudian pergi menengok mertuanya di rumah sakit Immanuel Klampok, Banjarnegara," katanya. Dari rumah sakit itu, Atin, nama kecil Ali Susanto sernpat singgah di rumah mertuanya di Purbolinggo. Bahkan, ketiga korban itu sempat pula menonton "Dunia dalam Berita" di tv. Dan pulangnya, Ho Lie Long, ipar Atin, turut pula nebeng Colt yang dikemudikan Kuncung sampai di Purwokerto. Setelah Long diturunkan, "sekitar pukul 10 malam, mereka bertiga kembali pulang ke Wangon, kata Mei Ing. Dan esok malamnya, 6 Februari, keluara korhan di Purwokerto mendapat kabar dari polisi tentang Colt yang ditemukan terbakar. Sampai Senin lalu, polisi belum berhasil mengungkapkan pembunuhan ini. Juga belum diketahui motifnya. Ada kabar, Ali Susanto membawa uang Rp 4,5 juta, dan inilah yang menggoda si pembunuh. "Mana mungkin Atin punya uang sebanyak itu," kata Ny. Lie Hen Nie. "Utuk membetulkan rumahnya saja, ia tak mampu," ujarnya. Bahkan, mobil Colt itu dibeli dengan bantuan beberapa anggota keluarga. "Dan kalau dirampok, mengapa cincin kawinnya masih melekat utuh," kata sang ibu penasaran. Kini pengusutan soal ini langsung dikoordinasikan dan Semarang, ujar Anwari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus