Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Penjelajah Laut dari Bogor

RJ 45 buatan IPB mampu menjelajahi laut dangkal sedalam 45 meter. Butuh perbaikan di sana-sini.

5 April 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sungguh berat tugas Liliek Litasari. Kepala Suku Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Seribu ini harus merehabilitasi terumbu karang di 110 gugusan pulau kecil dengan luas perairan sekitar 699.750 hektare. Sebagian besar kawasan ini rusak akibat penggunaan potasium nelayan dan pencemaran di pesisir pantai utara. Salah satu solusinya, Liliek gencar membuat terumbu buatan atau fish shelter.

Terumbu buatan itu ditenggelamkan di dasar laut dengan kedalaman bervariasi, 5-45 meter, sebagai tempat perlindungan dan berkumpulnya ikan. Kini, ada ribuan terumbu buatan di 25 titik di Kepulauan Seribu. ”Terumbu karang buatan bisa berkembang 1 sentimeter per tahun,” kata Liliek pekan lalu.

Terumbu karang buatan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setiap enam bulan, Liliek menerjunkan para penyelam untuk mencatat perkembangan ekosistem bawah laut. ”Tapi penyelam sulit menjangkau kedalaman lebih dari 20 meter,” katanya. Dibutuhkan alat atau teknologi yang mendukung program rehabilitasi terumbu karang ini.

Permasalahan Liliek dijawab para peneliti Institut Pertanian Bogor. IPB mengembangkan sebuah wahana pendukung kegiatan observasi dan pengamatan bawah air. Lahirlah RJ 45 atau robot jelajah bawah air dengan kedalaman maksimal 45 meter. RJ 45 meraih penghargaan dari Kementerian Riset dan Teknologi sebagai salah satu inovasi paling prospektif sepanjang 2009.

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Indra Jaya menjelaskan RJ 45 merupakan salah satu wahana bawah air sejenis remote operating vehicle (ROV), yang dilengkapi dengan sistem video, baling-baling (propeller), sistem pengendali, kabel, dan catu daya. ”Ide awalnya memang untuk mengevaluasi fish shelter di Kepulauan Seribu,” katanya.

ROV bisa disebut sebagai kapal selam mini tanpa awak yang berguna untuk menjelajahi kedalaman lautan. Selain untuk kepentingan konservasi alam dan lingkungan, teknologi ini bermanfaat mengeksplorasi dasar laut. Maklum, ketertarikan manusia menyingkap misteri laut semakin kuat. Kalangan akademisi, militer, dan pebisnis pun terus berlomba-lomba menelusuri isi perut bumi. Terlebih bagi Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim. Kepulauan republik ini memiliki garis pantai sepanjang 81 ribu kilometer. ”Eksplorasi laut di Indonesia mempunyai nilai ekologis dan ekonomis tinggi,” kata Indra.

Teknologi ROV memang tidak baru. Awalnya ROV dikenalkan oleh Dimiri Rebikoff, ahli teknik asal Prancis, pada 1953. Selanjutnya, Amerika Serikat menjadi motor utama pengembangan teknologi jelajah bawah laut ini. Pada perkembangannya, ROV makin mampu menyelam lebih dalam. Salah satu penjelajah bawah laut yang spektakuler dibuat oleh Amerika. Penyelam canggih yang dikendalikan dari kapal EDT Offshore milik Phoenix International, sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Chicago, ini mampu menyelam hingga kedalaman 6.000 meter. ROV inilah yang menemukan kotak hitam pesawat Adam Air yang tenggelam di perairan Sulawesi Barat pada kedalaman 2.000 meter, pada 2007.

Indra menjelaskan RJ 45 tidak bisa dibandingkan dengan ROV buatan luar negeri yang mampu menjelajahi lautan hingga ribuan meter. ”RJ 45 cocok untuk laut dangkal,” katanya.

Mengapa IPB yang kajian utamanya di bidang pertanian mengembangkan robot bawah air? Indra menjawab bahwa sejak awal IPB berdiri pada 1963 telah dibentuk Fakultas Perikanan. Selanjutnya berkembang menjadi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada 1996. Jadi, kata Indra, IPB sejak awal telah berkecimpung di dunia bawah air dan dunia kelautan.

Kehadiran RJ 45 merupakan inisiatif awal dalam pengembangan wahana bawah air bagi keperluan perikanan dan kelautan, khususnya dalam membantu mendapatkan gambaran tentang kondisi bawah air. ”Ini penting bagi IPB yang diberi mandat mengembangkan bidang perikanan dan kelautan,” katanya. Tanpa inisiatif awal, tidak akan pernah ada langkah nyata untuk meneliti kekayaan kelautan di Indonesia.

RJ 45 terdiri atas rangka baja antikarat berbentuk kubus yang berfungsi meletakkan badan ROV. Badan ROV sendiri berbentuk tabung yang sengaja diletakkan di tengah-tengah rangka penyangga. Bagian depan tabung ROV dilengkapi kaca tahan air yang berguna untuk menempatkan kamera agar bisa melihat ke kedalaman laut. Bagian samping dan belakang penyangga dilengkapi baling-baling—pengganti sirip pada ikan—untuk mengendalikan robot bergerak bebas. Ada juga lampu sorot untuk melihat dasar laut yang gelap. ROV buatan IPB ini tak lebih besar daripada televisi 21 inci.

Bagaimana RJ 45 seberat 20 kilogram ini menyelam di lautan? Peneliti RJ 45, Ayi Rahman, mengatakan sistem pengendali RJ 45 dilakukan dengan bantuan joystick yang terhubung dengan laptop. Gerakan RJ 45 ke kanan-kiri, muka-belakang, dan atas-bawah dalam kolom air dilakukan dengan bantuan baling-baling. RJ 45 terhubung dengan pengendali melalui kabel. Adapun catu daya disuplai melalui genset berdaya 1.000 watt yang dioperasikan dari atas kapal.

RJ 45 dilengkapi dengan kamera video bawah air. Sistem ini khusus dibuat agar kondisi bawah air dapat diketahui melalui pemantauan yang terus-menerus, khususnya di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai lokasi yang perlu dikonservasi. Demikian pula dengan pengecekan kabel dan pipa bawah laut dapat dilakukan dengan memanfaatkan wahana seperti ROV atau sejenis RJ 45. ”Kita bisa mengobservasi sekaligus mengambil data, seperti menjelajahi bawah air untuk mencari kapal karam, SAR atau penyelamatan,” ujar Ayi.

Ayi menjelaskan RJ 45 masih dalam tahapan pengembangan yang memerlukan modifikasi dan penyempurnaan. Sampai saat ini statusnya masih uji coba, belum dilepas atau dioperasikan secara penuh oleh instansi tertentu. Ada kelemahan mendasar RJ 45 yang wajib disempurnakan, di antaranya sistem kendali dan sistem kabel yang sering melilit bila diempas gelombang laut.

Pengembangan RJ 45 dilakukan atas kerja sama dan kemitraan dengan Suku Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Seribu. Selama ini respons yang diperoleh cukup positif, walaupun biaya yang dikeluarkan belum dapat dikuantifikasi secara terperinci. Proses panjang pengembangan RJ 45 telah dimulai sejak 2007. Perencanaan, perancangan dan konstruksi, uji coba lab dan lapangan, sampai penyempurnaannya dilakukan secara mandiri oleh IPB.

Sedikitnya dibutuhkan waktu lebih dari setahun. Para peneliti membuat sendiri bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pengembangan RJ 45. ”Kami gunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di dalam negeri, sebagian lainnya sudah tersedia di laboratorium di Darmaga,” kata Ayi.

Meski kampus yang berlokasi di Darmaga, Bogor, telah melahirkan prototipe kapal jelajah laut pertama, Indra Jaya jauh dari puas. Rencananya IPB akan mengembangkan RJ 45 agar bisa menjangkau kedalaman 200 meter. Artinya, RJ 45 yang merupakan ROV diarahkan menjadi autonomous underwater vehicle (AUV) yang beroperasi di laut dalam. Model robot AUV memungkinkan penelitian di bawah laut tidak mengandalkan robot yang terhubung dengan kabel di atas permukaan laut. ”Butuh beberapa tahun lagi,” kata Indra.

Masalahnya, Kepulauan Seribu membutuhkan teknologi yang murah, mudah, dan cepat untuk merehabilitasi laut. ”Produk dalam negeri bisa menjadi solusi,” kata Liliek.

Rudy Prasetyo, Diki Sudrajat (Bogor)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus