Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jejak-jejak Keluarga Caufield

Novel The Catcher in the Rye tidak berdiri sendiri. Ternyata ada beberapa cerita pendek yang berkaitan dengan keluarga Caufield yang bertebaran.

5 April 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada beberapa cerita pendek (yang panjang) dan novel yang berkaitan dengan anggota keluarga Caufield lainnya. Sementara novel The Catcher in the Rye menampilkan suatu hari tentang kehidupan Holden Caufield—seorang anak SMA yang baru saja ditendang keluar dari sekolah—cerpen-cerpen berikut ini mengisahkan Vincent Caufield (biasa dipanggil DB oleh Holden), sang abang yang sangat mencintainya dan digerus rasa kehilangan karena Holden menghilang di medan perang.

Meskipun cerpen-cerpen ini diciptakan sebelum novel The Catcher in the Rye lahir, setting-nya mengambil waktu ketika tokoh Holden Caufield sudah berusia 20 tahun, sudah ikut terjun ke medan perang dan dinyatakan MIA (missing in action).

Berikut cerpen tentang keluarga Caufield.

The Stranger

”… listen. I loved Vincent. I loved Vincent. I loved his house and I loved his brothers and I loved his mother and father. I loved everything. Listen, Babe. Vincent didn’t believe anything. It was summer he didn’t believe it; if it was winter he didn’t believe it. He didn’t believe anything from the time little Kenneth Caufield died. His brother.”
(Dimuat di majalah Collier, Desember 1945)

Cerita pendek ini diterbitkan di majalah Collier, 1945, setahun sebelum kelahiran cerpen Slight Rebellion off Madison (The New Yorker, 1946), yang merupakan cikal bakal novel terkemuka The Catcher in the Rye.

Cerita The Stranger dibuka dengan kedatangan Babe Gladwaller dari medan perang ke sebuah apartemen mewah berselera buruk di New York. Ditemani adik perempuannya, Mattie, Babe yang sedang dilanda alergi sibuk dengan sapu tangannya yang menggerus-gerus ingusnya menanti di ruang tamu apartemen itu. Ruang tamu Nyonya Helen Pollack. Nyonya Pollack adalah perempuan cantik, istri Tuan Pollack, tentu saja. Dan Nyonya Pollack ini adalah kekasih Vincent Caufield.

Pembaca setia karya J.D. Salinger tentu ingat dalam novel The Catcher in the Rye, tokoh utama Holden Caufield menyebut-nyebut nama kakaknya yang dia panggil DB. Ini adalah nama panggilan Holden terhadap abangnya, Vincent. Dalam cerita pendek The Stranger, Vincent hanya muncul sebagai nama seseorang yang tewas di medan perang karena dihajar bom. Sepanjang cerita pendek ini, seperti biasa, Salinger tidak berpretensi menggunakan simbol atau metafora apa pun. Dia menggunakan kekuatan dialog dan deskripsi ruang tamu yang menggambarkan karakter sekaligus plot cerita yang terbangun perlahan-lahan. Seluruh cerpen ini berisi upaya Babe membawa kabar buruk itu kepada kekasih Vincent.

Melalui pandangan mata Babe, kita jadi paham karakter pemilik apartemen itu. Pasangan Pollack dikesankan sebagai pasangan OKB (orang kaya baru) yang memiliki kursi dan meja yang tak berselera, perapian artifisial, tetapi memiliki koleksi buku dan piringan hitam yang menarik. Sembari bersin-bersin, Babe terus bertanya-tanya dalam hati siapakah pemilik buku Rilke itu, Nyonya atau Tuan Pollack? Dan setiap kali Babe bertanya dalam hati, pembaca semakin penasaran, nyonya macam apakah yang dipacari Vincent Caufield, tokoh yang telanjur kita kenal melalui The Catcher in the Rye ini?

Salinger menggambarkan Helen Pollack sebagai perempuan yang kecantikannya, bentuknya, dan melodi suaranya tak mungkin bisa dihadapi seorang lelaki dengan cara apa pun. Babe gagap menghadapi Nyonya Pollack. Bersinnya semakin kerap, dan dia menyumpah-nyumpah Vincent almarhum yang kenapa harus ikut tewas bersama serdadu lainnya.

Dari dialog antara Babe dan Helen, terbangunlah sebuah cerita: Helen adalah kekasih Vincent Caufield untuk waktu yang lama. Mereka bahkan sudah bertunangan. Kita tak tahu kenapa pertunangan itu putus, kecuali dari rentetan ucapan Helen yang mengatakan, ”He didn’t believe anything from the time little Kenneth Caufield died. His brother.” Dari dialog ini, terbangun sebuah interpretasi bahwa sejak kematian Kenneth Caufield, hidup keluarga Caufield menjadi berubah. Itulah yang kemudian mengubah Vincent dari lelaki yang penuh cahaya menjadi lelaki yang gelap.

Dari dialog itu pula, Salinger menggambarkan betapa tentara yang baru saja dari medan perang selalu mengalami problem beradaptasi di dunia sipil. Ketika Helen menanyakan bagaimana Vincent tewas, Babe ngoceh dengan terperinci bagaimana Vincent dan tiga serdadu lainnya dihajar mortir. Babe juga mengatakan jangan berharap mereka yang sudah kena bom sempat menyampaikan kata-kata terakhir seperti dalam film atau novel. ”Dia hanya menatapku dengan mata terbuka…,” kata Babe di antara kesibukannya bersin dan menyerot ingus.

Cerita ini diakhiri dengan sepotong puisi untuk Helen Pollack—tokoh Babe selalu menyebut Helen sebagai ”Vincent’s Girl”, meski Babe tahu, Helen sudah bersuami. Puisi itu ditemukan di balik sebuah amplop surat yang tak terpakai. Puisi itu jelas untuk Helen, yang dipanggil ”Miss Bieber” sebagai sebutan terkasih Vincent.

Ketika Babe dan Helen Pollack berpisah, Helen yang air matanya sudah kering kemudian mengucapkan ”Aku gembira kamu bersedia mampir, Babe.”

Dan pada saat itulah Babe tak dapat menahan air matanya yang tumpah.

l l l

THE LAST DAY OF THE LAST FURLOUGH

”… For the last time, how was New York?”

”No good, sergeant. My brother Holden is missing. The letter came while I was home.”

”No, Vincent!”  Babe said, taking his feet off the desk.

”Yes,” said Vincent. He pretended to look through the pages of the book in his hand. ”I used to bump into him at the old Joe College Club on Eighteenth and Third in New York. A beer joint for college kids and prep-school kids. I’d go there just looking for him, Christmas and Easter vacations when he was home. I’d drag my date through the joint, looking for him, and I’d find him way in the back. The noisiest, tightest kid in the place. He’d be drinking Scotch and every other kid in the place would be sticking to beer. I’d say to him,  ’Are you okay, you moron?  Do you wanna go home?  Do you need any dough?’  And he’d say, ’Naaa. Not me. Not me, Vince. Hiya boy. Hiya. Who’s the babe’  And I’d leave him there, but I’d worry about him because I remembered all the crazy, lost summertimes when the nut used to leave his trunks in a wet lump at the foot of the staircase instead of putting them on the line. I used to pick them up because he was me all over again.” 

(Dimuat di Saturday Evening Post, Juli 1944)

Ini adalah cerpen dari keluarga Caufield yang pertama dipublikasikan. Cerita ini berkisah tentang Sersan John F. Gladwaller Jr.,—biasa dipanggil Babe Gladwaller—dengan nomor angkatan ID ASN 32325200 (ini adalah nomor identifikasi tentara J.D. Salinger yang asli) yang baru saja pulang dari medan perang dan akan berangkat lagi untuk menghajar Nazi.

Meski cerita pendek ini lebih menjelajahi hubungan Babe dengan adiknya, Mathilda—atau Mattie—dan keluarganya, Salinger sebetulnya juga memperkenalkan sosok Vincent Caufield yang tengah berkunjung ke rumah Babe. Vincent Caufield adalah seorang penulis terkenal. Sebelum dia bergabung dengan militer, Vincent dikenal sebagai sutradara tiga radio program terkenal, salah satunya I Am Lydia Moore. (Dalam novel The Catcher in the Rye, kita berkenalan dengan Vincent alias DB yang sudah memiliki mobil Jaguar berkat pekerjaannya sebagai penulis skenario dan sutradara radio di Hollywood—Red.).

Tetapi cerpen ini adalah masa muram. Holden sudah tiada. Kedua tentara, Vincent dan Babe, ditugaskan kembali ke medan perang keesokan hari. Mereka membicarakan bagaimana sulitnya masyarakat sipil memahami mereka, dan bagaimana sukarnya mereka dicemplungkan kembali ke New York.

Salinger menggambarkan hubungan Babe dengan Mattie yang berusia 10 tahun seperti halnya hubungan Vincent (dan Holden) dengan Phoebe, adik perempuan mereka yang masih kecil. Adegan Babe yang menjemput Mattie dari sekolah untuk bermain papan luncur di atas salju itu memperlihatkan betapa tokoh-tokoh Salinger selalu merasa hangat dan jujur di antara anak-anak. Bersama Mattie, sang abang merasa menjadi manusia yang dibutuhkan. Manusia yang memiliki hati. Dia tak perlu berpura-pura dan berstrategi seperti saat dia menghadapi orang dewasa penduduk New York.

Dalam cerpen ini, kita untuk pertama kalinya berkenalan dengan adik Vincent bernama Holden. Dari diskusi mereka berdua, Vincent dengan pahit menceritakan bahwa Holden dinyatakan MIA (missing in action, di medan perang). Dalam cerpen ini, Holden sudah berusia 20 tahun. Karena itu, novel The Catcher in the Rye bisa dikatakan sebuah prekuel dari cerita pendek ini, karena novel itu menceritakan saat Holden baru saja dikeluarkan dari sekolahnya, sebuah SMA swasta terkemuka. Vincent hatinya tercabik-cabik sehingga dia tak bisa memutuskan apakah sebetulnya dia ingin menghindar dari diskusi tentang Holden, atau ingin mendiskusikannya dengan serius. Di sini Salinger berusaha memperlihatkan bagaimana keseharian kita dalam percakapan. Setiap kali Babe bertanya tentang New York, Vincent menghindar dan menjawabnya dengan pertanyaan lagi. Akhirnya setelah beberapa kali menghindar, barulah Vincent menjawab dengan tegas seperti kutipan di atas, ”Keadaan tidak bagus, Sersan. Adik saya Brother menghilang. Beritanya tiba ketika saya baru saja datang.”

Sesudah itu, percakapan di antara kedua tentara itu menjadi muram. Perlahan-lahan pembaca diperkenalkan—dari pandangan Vincent, sang abang—tentang Holden yang luar biasa binal, sering diskors sekolah, dan bahkan dikeluarkan dari salah satu SMA terkemuka.

Ada satu tahap emosi Vincent yang membuat kita paham mengapa dia justru menyambut perang sebagai katarsis. ”Dia bahkan belum mencapai 20 tahun, Babe. Baru bulan depan dia berusia 20 tahun. Aku ingin sekali membunuh, aku bahkan tak bisa duduk dengan tenang. Aneh kan…. Seumur hidupku, aku biasanya menghindar dari perkelahian, selalu berhasil menghindar gebuk-gebukan dengan cara berbicara saja. Sekarang, aku ingin menembak.”

Kehilangan Holden seperti sebuah kematian bagi Vincent. Dan itulah sebabnya, semua hubungannya—termasuk dengan kekasihnya—hancur lebur berantakan. Salinger menggambarkan kisah ini seperti seorang pelukis realisme yang menggunakan kata-kata yang sederhana, menjadi lukisan yang penuh warna. Tetapi warna apa pun yang digunakannya, Salinger tetap berhasil mencabik hati.

l l l

This Sandwich Has No Mayonnaise

”Where are you Holden? Never mind this missing stuff. Stop playing around. Show up. Show up somewhere. Hear me? Will you do that for me? It’s simply because I remember everything. I can’t forget anything that’s good, that’s why. So listen. Just go up to somebody, some officer or some G.I., and tell them you’re Here—not Missing, not dead, not anything but Here.

Stop kidding around. Stop letting people think you’re Missing. Stop wearing my robe to the beach. Stop taking the shots on my side of the court. Stop whistling. Sit up to the table…”

Cerita pendek ini dimuat di majalah Esquire, Oktober 1945, dan dimuat dalam antologi cerita The Armchair Esquire 1958, editor Arnold Gingrich dan L. Rust Hills.

Kali ini Sersan Vincent Caufield tengah berada di dalam truk puluhan tentara muda lainnya di bawah curahan hujan yang sesekali menepis mereka. Tetapi dengan peluru dan bom saja mereka sudah biasa, apalagi sekadar hujan.

Di antara pembicaraan antartentara itu, sembari bergurau dan tanya-jawab, pikiran Vincent tetap terpusat pada hilangnya Holden. Dia masih saja tak ingin percaya pernyataan pemerintah.

”Where’s my brother? Where’s my brother Holden? What is this missing-in-action stuff? I don’t believe it. I don’t understand it, I don’t believe it. The United States Government is a liar. The Government is lying to me and my family. I never heard such crazy, liar’s news.”

Vincent seorang tentara. Tentu saja dia tahu MIA (missing in action) lebih sering diterjemahkan sebagai kematian daripada ”hilang”. Tetapi ini adiknya, Holden Caufield, yang luar biasa badung, yang sangat dia sayangi itu.

Seperti juga pada banyak cerita Salinger, hubungan antarsaudara sering digambarkan begitu dekat, begitu mesra, dan saling tergantung. Hubungan Vincent dan Holden (dan juga Kenneth dan Phoebe) lebih sering dinyatakan sebagai empat bersaudara yang saling mencintai. Tetapi keluarga Caufield tak pernah dideskripsikan dengan terperinci dan intens seperti bagaimana Salinger melukiskan keluarga Glass yang luar biasa jenius itu.

Namun, dari cerpen-cerpen yang bertebaran ini, jelas Salinger memperlihatkan bahwa Holden Caufield adalah pusat dari cerita Salinger yang diutarakan melalui mata Vincent.

THE LAST AND BEST OF THE PETER PANS (1942)

Ini satu dari lima karya Salinger yang belum pernah dipublikasikan. Dua di antaranya dianggap karya yang superior, yakni The Last and Best of the Peter Pans dan The Ocean of Bowling Balls. Karya-karya ini disimpan di perpustakaan Universitas Princeton, AS, dalam keadaan terkunci, dan siapa pun yang ingin membacanya harus dikawal agar tidak terjadi duplikasi ilegal.

Salinger memberikan wasiat bahwa karya-karya ini hanya boleh dipublikasi 60 tahun setelah kematian Salinger.

The Last and Best of the Peter Pans diketik dengan mesin ketik spasi dobel oleh Salinger yang menceritakan suatu hari saat Vincent Caufield dan ibunya, Mary Moriarity, berdiskusi, salah satu yang mereka bicarakan adalah Holden Caufield, adik lelaki Vincent yang sangat cerdas dan bandel (yang menjadi protagonis novel terkemuka The Catcher in the Rye). Salah satu topik dialog itu adalah kepergian seorang anak dan bagaimana jika seseorang memutuskan melompat dari tubir bukit. Di tengah pembicaraan itu, Phoebe Caufield muncul. Cerita ini diakhiri dengan adegan Vincent yang merenung di kamarnya.

THE OCEAN FULL OF BLOWING FISH (1945)

Cerita ini juga salah satu dari dua fiksinya yang tersimpan dan dikunci di perpustakaan Universitas Princeton dan baru bisa dibaca Public 70 tahun lagi, seperti yang dititahkan penulisnya (kalau kita masih berumur panjang).

Inilah cerita tentang hari-hari terakhir Kenneth Caufield dari mata Vincent Caufield. Dalam novel The Catcher in the Rye, Kenneth dipanggil akrab sebagai Allie.

Konon kisah inilah yang akan banyak menceritakan perkembangan karakter Holden yang sinis terhadap dunia. Pada saat penulisan cerita-cerita keluarga Caufield ini, konon Salinger banyak berkorespondensi dengan sastrawan Ernest Hemingway pada Juli 1945 tentang pemikirannya.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus